16. Boost

2.1K 126 3
                                    

Sore ini awan terlihat mendung siap untuk menitikkan hujannya. Rajendra tidak menyukai hujan tetapi ia sangat suka jika tidur saat hujan karena menurutnya sangat pas untuk tidur. Tetapi itu dulu, tugas-tugasnya sebagai dokter sangat menyita waktunya. Tetapi ia menyukai pekerjaannya sebagai dokter.

Dulu, ia ingin menjadi pilot tetapi ayahnya tidak setuju. Ayahnya meminta Rajendra untuk mengurus rumah sakit keluarganya, meneruskan sang ayah yang bekerja sebagai dokter. Awalnya ia memang tidak tertarik dengan dunia kedokteran tetapi melihat sang ayah meninggal karena penyakit jantung, ia memilih untuk menyetujui keputusan sang ayah.

Mulai dari situ, ia menjadi benar-benar giat menjalani pendidikannya. Jika ingin menjadi dokter itu berat banyak hal yang harus dilakukan dan lumayan lama memakan waktu jika ingin menjadi dokter spesialis. Harus koas, Iship dan semacamnya tetapi ia beruntung karena otaknya yang cerdas, ia menjadi dokter di usianya yang masih muda, ya walaupun tidak muda-muda amat.

"Dam, temenin mamah ke Cafe Boost, yang baru itu loh," kata mamanya waktu itu ditelepon.

"Mau apa?" Tanya Rajendra lelah pada sang mama. Mamanya masih tidak menyerah setelah gagal dengan aksinya bersama Vero.

"Mau ditraktir Adrian katanya," balas Kirana, mamah Rajendra.

"Nggak, Adam sibuk!" Tolak Rajendra.

"Please lah Dam, masak mama pergi sendiri sih. Ini beneran ditraktir Iyan, nggak bohong deh," balas Kirana. Kirana mulai berdrama lagi, ini yang tidak Rajendra suka dari sang mama. Mamanya itu selalu mendramatisir keadaan.

"Ya," balas Rajendra singkat.

"Mama tunggu di rumah ya Adam!" Balas Kirana di seberang sana lalu menutup telepon setelah mengucapkan salam.

Sebenarnya ia tak terlalu percaya dengan alasan mamanya. Ia harus mengantisipasi supaya tidak terkena jebakan tikus oleh sang mama. Bisa saja ternyata mamanya mengajak dia ke cafe untuk dijodoh-jodohkan seperti biasanya. Rajendra menghela nafasnya gusar. Ia memutuskan untuk pulang ke apartemen yang ditempatinya selama beberapa tahun ini.

"Dokter Rajendra!" Sapa beberapa perawat saat Rajendra sedang berjalan di sekitar koridor utama rumah sakit yang dibalas Rajendra dengan anggukan singkat.

Rajendra menuju basement untuk mengambil mobilnya terlebih dahulu. Setelah itu ia langsung mengemudikan mobilnya menuju apartemen nya.

Letak apartemennya tidak terlalu jauh dari rumah sakit, hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja jika berkendara dengan kecepatan normal. Apartemen itu ia beli saat pulang studi dari luar negeri. Awalnya sang mamah tidak setuju dengan keputusan Rajendra untuk tinggal sendiri.

"Kalau kamu tinggal di apartemen terus mama sama siapa dong?" Tanya mamanya waktu itu.

"Sama Iyan!" Jawab Rajendra sambil melirik adiknya yang sedang makan keripik kentang.

"Mamah sama Iyan lah. Anak mamah kan ada 2. Oh atau jangan-jangan mamah itu nggak ngakuin Iyan sebagai anak ya?" Tuduh Adrian pada sang mamah yang di hadiahi Kirana dengan lemparan remote TV.

"Ya kan nanti mamah kesepian. Iyan juga sibuk sama tugas sekolahnya itu!" Alibi Kirana yang masih mempertahankan keputusannya.

"Adam juga kerja. Nggak bisa nemenin mamah juga," balas Rajendra tepat. Kirana langsung terdiam dibuatnya.

Pada akhirnya sang mama tetap mengijinkannya untuk tinggal sendiri di apartemennya. Apartemennya tidak terlalu luas hanya terdapat satu kasur ukuran king size serta barang-barang yang memang dia butuhkan bahkan isi apartemennya tidak beraturan. Dia tidak menyewa orang untuk membersihkan apartemennya jika ada waktu senggang maka ia yang akan membersihkan. Dia tidak mengijinkan orang luar untuk masuk ke apartemennya, sampai saat ini pun hanya mama, adik dan Vero saja yang boleh memasuki apartemennya.

Fall In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang