"Balik yuk!" Ajak Nara karena sedari tadi mereka masih berdiri berpelukan. Rajendra menggelengkan kepalanya.
"Miss you," ujarnya pelan. Bukannya melepaskan pelukannya, Rajendra malah mengeratkan pelukan pada Nara. Nara hanya bisa tersenyum.
"Mas kan masih lemas, nanti gak cepet sembuh gimana?" Tanya Nara menepuk-nepuk punggung Rajendra pelan.
"Sudah sembuh," jawab Rajendra membuat Nara menggeleng tidak percaya. Rajendra kenapa jadi manja seperti ini sih sekarang, Nara ingin sekali mengusel-usel wajah Rajendra saking gemasnya.
"Oke tetap pelukan tapi sambil duduk di sofa okay?" Nara menawarkan. Ia mengintip wajah Rajendra yang berada di bahunya, wajah Nara langsung bertabrakan dengan hidung Rajendra membuat Nara menahan nafas.
"Iya," saat akhirnya Rajendra mau, Nara segera berjalan sambil terus menahan Rajendra yang menumpu sepenuhnya pada tubuh Nara. Rajendra ini apa tidak sadar jika dirinya berat ya? Tapi Nara tidak protes.
Nara mendudukkan dirinya di sofa, masih dengan Rajendra yang memeluknya. Nara menghela nafas, "Lepas dulu ya?"
Rajendra menggeleng.
"Mau nya apa terus?" Tanya Nara memanyunkan bibirnya.
"Peluk," jawab Rajendra.
"Mas Rajennn aku capek loh," Nara akhirnya berkata dengan tegas. Saat dirasakan Rajendra melepaskan pelukannya dengan pelan, Nara tersenyum. "Pinter banget Mas Rajennya Nara," kata Nara sambil mengusak rambut Rajendra.
Rajendra tersenyum malu dengan wajah yang memerah membuat Nara tergelak, "Ih malu-malu. Mas Rajen lucu banget kalau blushing." Nara terkekeh pelan melihat bagaimana pria dewasa di depannya bersemu malu.
"Sudah Naraa. Mas malu," ujar Rajendra dengan wajahnya yang masih memerah tidak hilang-hilang.
Nara kembali tertawa sampai sebuah deheman membuat Nara menghentikan tawanya dan Rajendra yang mendengus.
"Mau apa kesini?" Tanya Rajendra dingin pada si empunya yang berdehem.
Vero yang ternyata menghentikan tawa Nara dengan dehemannya kontan tertawa lalu disusul oleh seseorang yang Nara temui di pasar malam bersama Vero, kalau tidak salah namanya Ale.
"Emang selama lo dirawat yang nemenin siapa?" Tanya Vero sambil menggelengkan kepalanya.
"Wah ini yang kemarin ketemu di pasar malam ya, Nara kan?" Tiba-tiba Ale berjalan mendekati Nara dan duduk di samping Nara dengan senyuman pepsodent membuat Nara membalas senyumannya sama lebar.
Rajendra menggeram lalu menarik tubuh Nara ke arahnya, dia yang tadinya terlihat lemas bahkan tiba-tiba memiliki kekuatan menarik tubuh Nara. Tidak kasar, Rajendra masih selembut biasanya namun Nara terkejut saja. "Siapa yang suruh?" Tanya Rajendra.
"Apa sih Dam?" Ale menggaruk kepala belakangnya yang tidak gatal. Berteman lama dengan Rajendra pun tidak menjamin dia memahami kata-kata Rajendra yang suka singkat-singkat itu.
"Adam bilang siapa yang nyuruh lo duduk di sebelah Dek Nara," ujar Vero yang memilih duduk di salah satu sofa single.
"Apa lo bilang?" Tanya Rajendra dengan nada dingin, pandangannya sudah beralih pada Vero yang membalalakkan matanya.
Vero mengangkat tangannya, "Sorry-sorry gue kelepasan." Ujarnya dengan nada takut-takut, persis seperti dia biasanya jika berhadapan dengan Rajendra yang bersnelli.
Ale tertawa menatap Vero dengan tatapan mengejek yang kentara sekali membuat Vero berdecih namun memilih bungkam. Memang sebenarnya Ale lebih berani pada Rajendra daripada dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall In Love
Fiction généraleFall in love Love And become a lovers Pernahkah kalian mendengar kalimat ini? Love enters a man through his eyes, woman through her ears, kutipan oleh Polish Proverb. Lalu, pernahkah kalian jatuh cinta? Jika iya, apa yang pertama kali membuatmu jatu...