Jika biasanya mereka melalui perjalanan dengan keheningan, maka untuk kali ini tidak. Selain mobil Rajendra yang tempak lebih hidup akibat music yang tersambung dengan bluethoot ponsel Nara. Rajendra juga banyak menanyakan banyak hal pada Nara. Tentu membuat Nara semakin nyaman dan berani, tidak ada rasa canggung lagi. Sepertinya hubungan entah apa ini bisa bertahan lama karena lama kelamaan Nara pasti akan menyukainya juga.
"Tapi apartemen om udah bagus si, bagus banget dan juga rapi. Tapi terlalu suram gak si?" Tanya Nara sembari meringis.
Rajendra tertawa pelan, lalu mengelus kepala Nara. "Begitu ya? Besok saya mau ke arsitek, kamu ikut ya? Coba kamu tuangkan apa yang kamu mau nanti ke rumah Mas," katanya dengan senyuman manis sampai mata Rajendra menyipit.
Deg Deg Deg
Jantung Nara berdentang kian gemuruh. Ternyata berpacaran dengan orang dewasa plus kaya raya bukan hanya membuat jantungnya berdetak cepat tapi juga membuat jiwa miskinnya meronta-ronta. Bagaimana bisa Rajendra mengajaknya untuk mendesain rumahnya? Rumah yang akan ditempati Rajendra dengan keluarganya nanti? Tidak ada yang tau hari esok kan? Bisa saja Rajendra menemukan tambatan hati yang sesungguhnya.
"Mau kan?" Tanya Rajendra sekali lagi karena tidak mendengar jawaban dari Nara yang malah hanya melamun memperhatikannya.
"Emang om seyakin itu? Em maksudnya kenapa harus aku yang bantu om desain sama kesukaan aku?" Tanya Nara dengan penasaran. Tidakkah Rajendra ingat jika dia masih memiliki hatinya pada Chandra.
Rajendra kembali mengulas senyumnya, tersenyum tulus pada Nara. "Itu suatu bentuk rasa optimis Mas. Mas senang saja kamu mau berpartisipasi pada hidup mas. Mau kan?" Tanya Rajendra sekali lagi.
Nara belum menjawab, masih ada pertanyaan lagi untuk dilontarkan. "Kalau nih semisal, ini semisal aja yak an kita gak tau rencana Tuhan. Semisal aku nikahnya sama orang lain terus rumahnya bakal mas kasih buat keluarga mas? Gimana kalau istri mas mikir yang enggak-enggak?" Tanya Nara. Terbiasa membaca novel dengan masalah yang banyak membuat Nara memiliki banyak pemikiran juga.
Sebelum menjawab, Rajendra mengarahkan mobilnya ke samping. Pembicaraan ini harusnya melibatkan focus dan pemikiran yang tepat untuk menjawab. Berbicara sambil menyetir bukanlah pilihan yang pas. "Kalau memang begitu, saya hadiahkan rumah itu pada kamu. Nara, seperti kata kamu kalau kita tidak tau rencana Tuhan maka dari itu saya optimis. Hari ini ada Chandra di hati kamu, tidak ada yang tau hari kedepannya."
Nara speechless lalu memilih menganggukkan kepalanya saja. Berbicara dengan Rajendra akhir-akhir ini memang membuatnya sering speechless karena pemikiran Rajendra mengenainya yang sungguh di luar nalar manusia. Ternyata Rajendra juga pintar berkata-kata, laki-laki word of affirmation tersembunyi. Bisakah Nara bilang jika diirnya agak beruntung sekarang?
"Kemari kalau begitu," Rajendra merentangkan tangannya untuk memeluk Nara. Nara segera mendekat dan merasakan betapa nyamannya pelukan Rajendra. Pelukan Rajendra menggetarkan hatinya, membuatnya merasakan nyaman senyaman di pelukan papanya. Begitupun Rajendra, memeluk Nara serasa mengangkat seluruh bebannya. Hatinya candu, dirinya candu akan presensi Nara.
Setelah dua menit lebih, Nara melepaskan pelukannya terlebih dahulu. Lalu menyembunyikan wajahnya yang memerah dengan telapak tangan. Sungguh, Nara bisa merasakan panas di seluruh permukaan wajahnya. Wajahnya bertambah merah saat mendengar Rajendra yang tertawa.
"Your hand," pinta Rajendra lalu dengan malu-malu Nara menyerahkan tangannya pada Rajendra untuk kemudian diletakkan pada paha Rajendra. Rajendra kembali melajukan mobilnya dengan sesekali tangannya menggenggam tangan Nara, mereka kemudian diam. Diam menikmati suasanya yang damai. Diam yang menyenangkan, dengan tanpa bisa Nara cegah, dirinya nyaman.
![](https://img.wattpad.com/cover/159436613-288-k267425.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall In Love
Fiksi UmumFall in love Love And become a lovers Pernahkah kalian mendengar kalimat ini? Love enters a man through his eyes, woman through her ears, kutipan oleh Polish Proverb. Lalu, pernahkah kalian jatuh cinta? Jika iya, apa yang pertama kali membuatmu jatu...