Nara tersenyum menatap Rajendra yang sudah rapi dengan kemejanya. Dia menatap Rajendra penuh kekaguman, tampan sekali. Begini yang mau disia-siakan Nara? Mohon maaf, Nara memang jahat tapi dia tidak buta.
"Kenapa?"Tanya Rajendra sembari menatap Nara yang juga menatapnya dari tadi.
"Aku pernah bilang gak sih sebelumnya? Mas Rajen kenapa bisa seganteng ini sih," Nara menggeleng-gelengkan kepalanya.
Rajendra tertawa lalu berjalan menghampiri Nara yang duduk di sofanya, tempat dimana keduanya tertidur dengan berpelukan. "Keringin rambut mas," ujar Rajendra sambil memberikan hair dryer. Nara tersenyum lalu mulai mengeringkan rambut Rajendra.
"Lembut banget," ujar Nara memegang rambut Rajendra. "Mau coba style baru nggak?" Tanya Nara. Rajendra mengengguk saja.
"Duduk sini," Nara berdiri lalu menarik Rajendra untuk berganti duduk di sofa. Nara berjalan mengambil gel rambut dan berdiri di depan Rajendra. Rajendra memeluk perut Nara selagi Nara sibuk dengan rambutnya.
Nara mengerutkan keningnya sebentar, "Ini baru dipotong kan ya? Cepet banget numbuhnya." Gumam Nara heran, baru satu bulan saja rambut Rajendra sudah tampak lebih panjang. Rambut Rajendra memang tampak lembut dan sehat.
"Rambut mas memang pertumbuhannya sangat cepat," jelas Rajendra dengan suara tidak jelas karena wajahnya terbenam di perut Nara.
Nara melanjutkan aktivitasnya, membantuk rambut Rajendra dengan tatanan baru. Jika biasanya Rajendra tampak rapi sebagaimana biasanya, kali ini Nara akan membuat Rajendra tampak tampan, rapi, dan badboy disaat bersamaan. Nara tertawa pelan saat hasilnya sangat memuaskan.
"Tadaaa sudah jadi," Nara melepaskan pelukan Rajendra lalu mengambil kaca kecil untuk kemudian di arahkan pada Rajendra.
Rajendra menatap bayangannya di kaca dengan mengerutkan keningnya. Nara yang melihat itu kontan cemberut. "Kok gitu ekspresinya, gak suka ya?" Tanya Nara.
Rajendra lalu tersenyum melihat Nara yang cemberut, "Suka. Mas cuma kaget aja." ucap Rajendra.
"Halah bohong!" Nara menghentakkan kakinya, berjalan menuju meja untuk meletakkan peralatannya tadi.
Rajendra menarik Nara ke pelukannya lalu mengelus-elus rambut Nara. "Mas suka, apalagi ini hasil karya Nara-nya Mas. Mas cuma kaget karena kelihatan lebih muda." Ucap Rajendra menepuk-nepuk punggung Nara.
Nara mendongak, "Bener?" Tanyanya. Rajendra mengangguk membenarkan. "Kalau gitu biar tambah lebih muda-" Nara membawa tangannya ke pipi Rajendra, menariknya hingga membentuk sebuah senyuman. "-Mas Rajen harus senyum. Mas bahagia hari ini kan?" Tanya Nara karena merasakan aura Rajendra yang cerah.
"Mas bahagia banget," ujar Rajendra menjawab pertanyaan Nara dengan senyuman lebar.
"Kalau begitu, senyum. Tunjukin dong ke seluruh dunia kalau mas bahagia," ucap Nara membuat Rajendra tertawa pelan.
"Sudah setelannya begini. Susah," ucapan Rajendra membuat Nara tertawa ngakak, ternyata Rajendra bisa juga tertawa seperti itu.
"Bener sih, aku gak maksa." Nara tersenyum lalu mengambil handphonenya. "Ayo foto, tapi senyum ya di foto?" Nara membuka aplikasi kamera.
Rajendra mengangguk lalu tersenyum kaku di kamera, Nara tertawa sejenak sebelum membuat pose. "Cheese."
"Gantenggg bangett si sayang aku," ucap Nara menatap foto Rajendra dengan heboh. Rajendra tertawa malu.
"Ayo sarapan!" Nara menggandeng tangan Rajendra untuk keluar karena jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh, dia harus pulang. Dilihatnya Tante Kirana dan Chandra yang sudah duduk di kursi ruang makan. Rajendra menahan pegangan tangan Nara, Nara sadar itu. Sebenarnya dia juga tidak berniat melepaskan pegangannya. Rajendra tidak perlu khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall In Love
General FictionFall in love Love And become a lovers Pernahkah kalian mendengar kalimat ini? Love enters a man through his eyes, woman through her ears, kutipan oleh Polish Proverb. Lalu, pernahkah kalian jatuh cinta? Jika iya, apa yang pertama kali membuatmu jatu...