Selamat membaca
***
"Lo jadi kesini?"
Nara menempelkan teleponnya pada telinga sedangkan kakinya melangkah dengan pasti menuju ke depan karena Rajendra sudah menjemputnya. Ah iya, masalah ajar mengajar mobil belum terlaksana karena Rajendra sungguh sibuk. Baru ini saja dia luang dan tidak menyia-nyiakan waktu untuk mengajari Nara naik mobil.
"Jadi, tapi gue sama temen." Ujar laku-laki di seberang sana.
"Hah? Temen siapa deh, gue kenal ya?" Nara menjawab, tangannya melambai pada Rajendra yang menunggunya di depan mobil. Dahi Nara mengerut saat baru pertama ini dia melihat mobil jenis Mini Cooper yang dangat girly sekali. Nara menganga apalagi banyak orang yang memperhatikan Rajendra.
"Kenal banget, mantan gebetan lo." Jawab laki-laki itu, alias Praja. Yang merupakan sepupu Nara itu dengan cepat.
"Oke oke, gue jemput nanti. Dah dulu, hati-hati!" Nara segera menutup telponnya tanpa tau apa yang disampaikan Praja itu bisa menjadi sebuah masalah nantinya.
"Pulang sekarang?" Tanya Rajendra setelah Nara sampai di depannya. Rajendra membukakan pintu penumpang depan untuk Nara ysng masih diam, walaupun banyak pertanyaan muncul dibenaknya.
"Ini mobil siapa Mas Rajen?" Tanya Nara langsung setelah Rajendra duduk di kursi pengemudi. "Oh pertanyaan pulang sekarang, iya pulang sekarang." Lanjutnya.
"Mobil Nara," jawaban Rajendra yang kalem dan santai itu berbeda dengan reaksi Nara yang seakan jantungnya akan copot sebentar lagi.
"Hah? Kapan aku belinya? Uang aja gak punya!" Nara menggelengkan kepala tidak mengerti. Yah, dia punya SIM A dan bida mengendarai mobil tapi itu dulu. Sekarang mah sudah lupa karena tidak pernah naik mobil lagi dan mini cooper jelas berbeda dengan mobilnya di rumah.
"Memang kamu tidak beli dengan uang, tapi kamu beli dengan cinta," Rajendra tersenyum manis pada Nara. "Mas tau kamu bisa naik mobil tapi sudah lama tidak menyetir lagi. Ayah bilang kamu cuma bisa satu bulan selama masa pembuatan SIM, mau mencoba lagi?"
"Gak kalau mobil ini, gimana kalau lecet?" Nara bergidik, memikirkan harga untuk perbaikan bukannya sangat besar? Ah Nara tidak mau deh.
"Mas yang service nanti, kamu kabur-kaburan kalau dijemput Pak Hirman, nakal. Mas juga gak bisa jemput setiap saat," balas Rajendra mengingatkan kenakalan Nara yang kerap kali berbohong. Rupanya kecalakaan sepeda itu tidak membuat Nara jera.
"Aku naik motor aja," jawab Nara kemudian. Motornya di kost bahkan masih ada, kenapa harus membeli mobil. Naik motor lebih sat-set.
Rajendra menggeleng, "Mobil ini tetap untuk kamu, kalau tidak mau latihan saat ini tidak apa-apa jadi Pak Hirman yang jemput kalau mas tidak bisa," Rajendra tetap pada opsinya membuat Nara menjerit kesal.
"Okay! Sekarang aja latihannya, aku tunjukin skill terpendamku," ucapnya namun Rajendra menolak dengan gelengan tegas yang jelas tidak bisa Nara bantah lagi.
"No, latihan di dekat rumah Mama. Jangan sekarang, bahaya."
Dan begitu saja, Nara yang sewaktu-waktu tidak bisa membantah Rajendra maka hanya mengikuti keinginan Rajendra dengan dumelan yang senantiasa tercurah, tercurah dalam hati maksudnya. Mana berani Nara bicara langsung, Rajendra tidak akan marah namun Nara yang tidak tega.
Setelah mengganti pakaian dengan lebih nyaman dan makan masakan Ranjendra, di sinilah Nara sekarang. Duduk di balik kemudi dengan sikap kelewat tegang.
"Relaks, Tink. Jangan kaku begitu, bahaya." Ranjendra memberikan instruksi nafas dalam agar Nara lebih relaks. Nara mengikutinya hingga kemudian dirinya semakin relaks.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall In Love
قصص عامةFall in love Love And become a lovers Pernahkah kalian mendengar kalimat ini? Love enters a man through his eyes, woman through her ears, kutipan oleh Polish Proverb. Lalu, pernahkah kalian jatuh cinta? Jika iya, apa yang pertama kali membuatmu jatu...