"Kaivan, mau ikut lihat adik?"
Nara menggendong putra keduanya yang baru berusia dua tahun itu dengan agak kesusahan karena demi Tuhan, Kaivan sangat hiperaktif. Pas sekali, Eros yang pendiam dan Kaivan yang terlalu ramai. Sungguh keluarga yang pas.
Kaivan yang mendengarnya kemudian mengangguk antusias. "Adek bayi?" Tanyanya dengan mata yang berbinar-binar. Nara pun menjawab dengan sama semangatnya. Keduanya tampak tertawa bersama.
Lalu pandangan Nara beralih pada putra pertamanya yang tampak tampan sekali. Eros tumbuh menjadi anak yang semakin tampan dari tahun ke tahun, tetapi sifatnya juga semakin mirip Rajendra atau bahkan lebih parah?
Lalu ada suaminya, Rajendra yang juga tampak tampan walaupun sudah mulai bertambah usia sedang tersenyum menatapinya. "Sudah siap?"
Nara mengangguk, mereka akan pergi ke rumah sakit untuk menjenguk anak pertama Chandra yang baru saja lahir. Sungguh, keluarga Adam kini akan semakin ramai dengan kehadiran cucu baru yang belum diketahui kelaminnya oleh mereka semua tetapi Nara yakin jika itu perempuan.
Sesampainya di kemar Arena, Nara segera menghampiri perempuan itu dan memberikan ucapan selamat. Keduanya tampak menangis haru. "Selamat kelahiran anak pertama ya," ujar Nara.
Arena tertawa dan mengangguk, "Tebakan kamu bener, dia cewek," bertambahlah menangis kedua perempuan tersebut. Ditambah lagi dengan Mama Kirana yang sejak tadi juga menangis. Akhirnya dia juga memiliki cucu perempuan yang sangat cantik.
"Sudah siap nama?" Tanya Nara penasaran.
Arena menggeleng, "Ada beberapa tapi aku belum setuju sih-" Arena tampak melirik Chandra sinis, "Dia kalau mau kasih nama sukanya yang aneh. Masa mau dinamain Camera terus panggilannya Camer," lanjut Arena membuat Nara tertawa.
"Ya itu Ian, mama juga gak setuju kalau namanya Camera panggilannya Camer," Kirana juga menatap Chandra sinis. Chandra tertawa saja.
"Mau minta tolong gue gak? Nama anak gue bagus-bagus tuh," Nara tampak menatap Chandra serius yang diangguki oleh Rajendra.
"Siapa tahu otakmu itu masih belum berfungsi baik," timpal Rajendra membuat Arena dan Nara kembali tertawa.
"Erys,"
Tawa mereka terhenti saat mendengar Eros mengeluarkan suaranya setelah sejak tadi terdiam. Nara menatap anaknya itu yang sedang menatap sang bayi perempuan tanpa kedip, jari Eros terulur pada tangan kecil itu. Dan saat tangannya tergenggam, Nara bisa melihat tatapan berbinar Eros dan bagaimana senyum Eros melebar. Bayi perempuan Chandra dan Arena itu tertawa dengan mata menatap Eros, seolah tahu ada manusia lain yang menatapnya brrbinar.
"Erys,"
Arena tersenyum menatap Nara lalu tampak berpikir sejenak, "Erys Serapina Adam, gimana?" Tanya Arena dengan senyuman yang terkembang sempurna. Chandra tampak mengangguk dan tersenyum lebar.
Erys Serapina Adam hari ini telah terlahir ke dunia.
***
Rajendra memeluk tubuh Nara yang sedang menatapi anak dan keponakannya bermain. Sesekali Rajendra juga memberikan senyuman dan kecupan pada pelipis Nara. Sejak tadi bibirnya tidak berhenti tersenyum begitupula dengan Nara."Kamu tau? Mas sangat bahagia sekali dan dari waktu ke waktu kebahagiaan mas selalu bertambah," Rajendra membawa telapak tangan Nara untuk diciumnya. "Mas beruntung sekali."
Nara tertawa, "Aku juga bahagia, sangat bahagia. Lihat Eros disana-" Nara menunjuk pada Eros yang sedang duduk di samping Erys kecil dan Kaivan. Erys tampak menatap Kai dengan tatapan kesal khas anak-anak yang sebal diganggu sedangkan Eros merangkul pundak Erys dan menatap adiknya dengan tatapan memperingati. Nara tertawa melihat itu, "Persis kamu," lanjut Nara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall In Love
Fiction généraleFall in love Love And become a lovers Pernahkah kalian mendengar kalimat ini? Love enters a man through his eyes, woman through her ears, kutipan oleh Polish Proverb. Lalu, pernahkah kalian jatuh cinta? Jika iya, apa yang pertama kali membuatmu jatu...