Jantungnya berdetak dengan keras, cuaca yang seharusnya dingin malah membuat Nara kegerahan. Di hadapannya ada Tante Kirana yang sedang menilai apakah kue tartnya sudah oke atau belum.
Vero yang memompa balon ditemani Chandra. Chandra memakai topi kerucut hasil paksaan dari Tante Kirana. Mana bakal menolak Chandra jika yang menitahkannya adalah sang mama.
"Adam kelihatan murung banget waktu kamu di Semarang," Nara menatap pada Ale yang duduk di sebelahnya. Tadi Ale yang menjemputnya dan saat perjalananlah mereka mulai mengakrabkan diri.
"Oh ya? Mas Rajen kalau waktu telfon atau video call kelihatan santai. Yah aku tau si soalnya sering dikirimin foto sama Kak Vero waktu Mas Rajen murung," jawab Nara sembari tertawa kecil.
Ale pun menyunggingkan senyumnya,"Dia itu... Abu-abu, tapi aku udah bisa lihat ada warna di hidup Adam. Makasi ya," kata Ale dengan senyuman tulus.
"Makasih buat?"
"Sudah hadir di hidup Adam. Vero juga pengen bilang itu tapi kamu tau kan gimana dia?"
Nara tertawa pelan. Rajendra beruntung memiliki keluarga yang mendukungnya serta para sahabat yang menyayanginya dengan tulus. Dan sekarang ada Nara yang juga turut hadir, mungkin jika mereka benar-benar berjodoh-Aamiin-Nara akan mencoba membuat Rajendra bahagia dengan orang sekitarnya.
"Heh jangan deket-deket! Nanti kalau ketahuan Adam bisa kacau dunia," Vero berlagak akan memotret Nara dan Ale yang duduk berdua, di sampingnya Chandra berdecih.
"Nempel aja lo jomblo ngenes!" Chandra melemparkan sebuah balon ke arah Ale yang ditangkap Ale dengan ringan. Ale tertawa lebar lalu mulai membantu Vero.
Kini giliran Chandra yang akan berjalan mendekati Nara namun sebelum itu Nara mendelik membuat Chandra menghentikan langkahnya. "Mau apa lo? Dasar rese," Nara mengacungkan telunjuknya pada Chandra.
Chandra mengangkat kedua tangannya. "Ampun ndoro putri. Gue cuma mau bilang lo cantik hari ini," Chandra menaikturunkan alisnya.
Nara berdecih sebal, kurang puas jika tidak menjambak rambut yang sudha berantakan itu. Hatinya metonta ingin menyiksa Chandra, "Awas lo nanti. Gue jambak sampai gundul!" Ancam Nara.
"Gue tunggu sayang," Chandra meninggalkan Nara yang mendelik sebal. Nara menghembuskan nafasnya pelan agar sabar menghadapi segala cobaan tapi tunggu! TUNGGU! Kenapa hatinya tidak berdebar sekeras dulu? Kenapa tingkat malunya tidak semengenaskan dulu saat bersama Chandra?
"Ian, coba sekarang telfon Adam. Bilang suruh ke sini," Kirana memberi perintah yang segera Chandra turuti.
Chandra kembali memberikan senyum jahil pada Nara sebelum mulai menjauh untuk menelfon saingan alias kakaknya tersayang.
"Nara siap?" Kirana bertanya pada Nara. Nara menganggukkan kepalanya.
"Gimana kalau awalnya kita kasih kejutan kue buat Adam? Nara ngumpet dulu terus waktu make a wish baru deh nyanyi. Gimana?" Vero memberikan ide briliannya.
Kirana mengangguk dengan antusias, "Kenapa kamu pinter banget sih Vero kalau masalah ginian?" Sebenarnya tidak heran, Vero itu memang yang selalu mencetuskan ide-ide untuk Rajendra.
"Terbiasa ngasih kejutan pacarnya yang di setiap tikungan ada itu Tan," Ale menjawab. Vero bukannya tersinggung malah membusungkan dadanya bangga.
Lalu mereka diam menunggu Chandra dan saat Chandra mengabarkan jika Rajendra akan datang, mereka menempatkan diri sesuai dengan rencana. Nara akan bersembunyi di balik tembok dulu. Dia bisa sedikit mengintip di sini dan tepat di belakang Tante Kirana sudah di sediakan kursi untuknya bernyanyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall In Love
Fiksi UmumFall in love Love And become a lovers Pernahkah kalian mendengar kalimat ini? Love enters a man through his eyes, woman through her ears, kutipan oleh Polish Proverb. Lalu, pernahkah kalian jatuh cinta? Jika iya, apa yang pertama kali membuatmu jatu...