2. Call

4.9K 235 3
                                    

Sebenarnya move on itu gampang, cuma tinggal niatnya saja. Kalau tidak niat ya mau sampai kapan pun tidak akan bisa move on. Nara itu tipikal wanita yang gampang move on tapi entah kenapa rasanya setiap ingin move on dari Chandra selalu saja ada halangan yang menghalangi. Seperti pagi ini, tiba-tiba saja tidak ada angin tidak ada hujan Chandra menelpon Nara yang masih bergelung di dalam selimutnya. Tanpa alasan dan topik yang jelas pula. Tapi Nara senang. Ingatkan, perempuan dan perasaannya.

"Siapa sih, ganggu orang aja," gumam Nara kesal, tangannya menjangkau telepon dan mengangkatnya dengan kasar. "Hallo? Siapa ya?" Tanya Nara dengan suara ketus. Suara telpon yang mengganggu dan mengantuk, sungguh combo sempurna membuat badmood.

"Wow, galak banget lo Nar. Tapi ini bener Narastika Ayodya kan?"

Nara langsung memelototkan matanya, kaget. Langsung saja ia melihat ID callernya dan terpampang nama Chandra Gemash di sana tidak lupa dengan emoticon love sebanyak 3 buah. Nara meringis, pujaan hatinya dan hati Winda ternyata.

"Eh ternyata Chandra, sorry-sorry gue kira siapa. Tumben banget pagi-pagi nelpon, baru bangun nih gue jadi gak fokus," Nara mulai memelankan nada suaranya. Tidak mungkin dirinya masih bersikap ketus seperti tadi pada Chandra. Tidak lupa Nara bangun dari posisinya tiduran.

"Gapapa sih, cuma pengen tanya sesuatu aja—" Chandra terdiam sejenak di seberang sana membuat Nara mengernyitkan dahinya bingung. What? Chandra pengin tanya apa ke Nara? Jangan-jangan dia mau tanya apakah hati Nara masih sama Chandra kali ya-tapi mana mungkin kan. Chandra sudah punya pacar dan lagipula Chandra tidak tahu perasaan Nara yang ternyata diam-diam cinta ini.

"Tanya apa?" Jawab Nara ketar ketir namun ternyata ekspektasinya yang terlalu tinggi.

"Kemarin lo kemana aja? Gak kelihatan sama sekali, tumben banget biasanya udah nongkrong di kantin fakultas gue."

Oh kirain apa!

"Oh itu, gue lagi ada acara jadi langsung pulang waktu matkul habis, hehehe," jawab Nara terkekeh kikuk, bingung juga Nara mau menjawab apa. Nara nongkrong di kantin fakultas Chandra kan niatnya untuk cari perhatian sambil sepik-sepik sedikit. Kalau yang ducari perhatian saja sudah menaruh perhatian kepada orang lain kenapa Nara harus bersusah payah?

"Acara apa emang, acara kampus? Kenapa gak ngasih tahu gue, tumben banget biadanya udah minta tolong," terdengar nada penasaran dari Chandra namun Nara hanya bisa meringis. Maafkan dirinya yang berbohong ini.

"Gue lupa deh, soalnya gue sibuk banget kemarin, " kata Nara, sebenarnya Nara ingin sekali berkata; buat apa gue ngasih tau lo, kan lo udah ada yang punya. Tapi itu cuma bertahan di hati tanpa berani berkata langsung. Ya mana berani Nara bilang begitu ke Chandra. Dia harus jaga image dong.

"Oh ya udah, gue kira lo kenapa-kenapa. Kedengarannya lo oke aja ya? Jadi gue tutup telfonnya, kakak gue lagi main ke rumah nih," ujar Chandra. Nara bisa mendengar suara seseorang dari sebrang sana, samar namun terdengar suara berat khas laki-laki.

"Iya," langsung saja Nara menutup handphone dan melemparnya ke kasur dengan kasar.

"Gimana gue bisa move on, setiap kali mau move on lo selalu ada di bayangan gue, Ndra," gumamnya sambil menghela nafas kasar. Menelponnya dengan topik yang tidak jelas itu, bagaimana Nara bisa move on?

Setelah meletakkan handphone nya di nakas, Nara langsung pergi ke kamar mandi karena dia berniat untuk pergi ke toko buku bersama dua sahabatnya, Diva dan Luna. Persetan dengan Chandra Tidak Jelas Adrian itu!

Fall In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang