Waktu masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, Nara pernah menyukai kakak tingkatnya. Mereka dekat bahkan sangat dekat sehingga banyak orang mengira mereka berpacaran. Tetapi memang ekspektasi dengan kenyataan itu berbeda, mungkin memang Nara berharap untuk menjadi pacar seniornya itu tetapi senior itu malah menembak teman seangkatannya.
Keadaannya persis seperti ini, saat ia menyukai seseorang dan mulai dekat tetapi ia selalu kalah saing dengan orang lain. Saat itu ia menerima dengan ikhlas, yah walaupun dia menangis sampai lima jam. Apalagi saat ditawari pergi bersama si senior untuk memberikan pajak jadian, ia langsung menolak karena ia pasti tidak akan sanggup menahan tangis, memang ia sepengecut itu dulunya.
Tetapi setelah di pikirkan masak-masak, ia menyesal kenapa tidak menerima tawaran seniornya itu. Singkat cerita, seniornya itu mengetahui jika ternyata Nara menyukainya, ia mulai menjauh dari Nara tetapi saat senior itu lulus sekolah mereka berbaikan sampai sekarang menjadi sahabat Nara.
Kali ini ia tak akan bersikap pengecut lagi, Ia tak mau menyesal dikemudian hari. Ia mulai bersiap-siap untuk pergi ke cafe yang dijanjikan oleh Chandra.
"Lo mau kan, Nar?" Tanya Winda waktu itu dengan senyuman yang tidak bisa dijelaskan artinya oleh Nara.
"Kayaknya gak bisa deh, soalnya kita mau kerja kelompok! Hehehe," ujar Luna sambil tertawa garing.
"Iya, kita mau belajar kelompok. Iya kan, Nar?" Timpal Diva meneruskan kebohongan Luna.
"Cafe mana?" Tanya Nara setelah tadi hanya diam saja. Diva dan Luna kembali menolehkan kepalanya kepada Nara secara serempak.
"Cafe Boost. Deket kok dari kost-an lo!" Jawab Chandra. Nara tampak memikirkan sesuatu sebelum ia kemudian mengangguk tanda setuju.
"See you soon, kita pergi dulu ya?" Ujar Winda menggandeng tangan Chandra.
"Lo bener mau ikutan?" Tanya Diva setelah memastikan Chandra dan Winda hilang dari pandangannya.
"Kenapa gak? Lo pernah bilang ke gue supaya move on kan, maka dari itu gue setuju buat ikut mereka," jawab Nara mengedikkan bahunya.
"Tapi lo yakin gak bakal cemburu lihat mereka berdua?" Tanya Luna pada Nara yang sekarang sibuk dengan minumannya.
"Pasti cemburu lah, tapi mau gimana lagi?" Jawab Nara jujur. Memang ia masih cemburu jika melihat Chandra dan Winda berpacaran tetapi nasi sudah menjadi bubur. Ia akan tetap datang walau hatinya masih ragu.
***
Luna Bestie
Nar, kita di depan kost lo!Luna mengirimkan pesan pada Nara yang saat ini masih mengoleskan lips gloss pada bibirnya. Ah ternyata sudah waktunya, pikir Nara. Ia segera mengambil sling bag dan sepatu sneakersnya. Biasanya jika akan bertemu dengan Chandra ia selalu memakai dress dan dandan walaupun tipis tetapi sekarang ia hanya memakai kaos dilengkapi cardigan saja. Buat apa dandan cantik, doi udah ada yang punya, jawabnya saat ditanya Diva.
"Lama banget sih lo!" Semprot Luna saat Nara baru saja duduk di bangku penumpang.
"Baru 5 menitan," jawab Nara santai. Ia mengedarkan pandangannya dan menemukan Aria-pacar Luna, sedang menyetir mobil.
"Hai Nara!" Sapa Aria ketika bertemu pandang dengan Nara.
"Oh hai! Lo ikutan?" Tanya Nara pada Aria yang fokus menyetir mobilnya.
"Iya, gue di ajak yayang Una," balas Aria sambil mengusap pelan kepala Luna yang membuat pipi Luna memerah blushing.
"Ihh yayang Ayia so sweet deh" ujar Luna sambil mencubit pipi Aria gemas. Aria yang dicubit Luna langsung menggenggam tangan Luna dan menciumnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fall In Love
Ficción GeneralFall in love Love And become a lovers Pernahkah kalian mendengar kalimat ini? Love enters a man through his eyes, woman through her ears, kutipan oleh Polish Proverb. Lalu, pernahkah kalian jatuh cinta? Jika iya, apa yang pertama kali membuatmu jatu...