52. So, Don't Go

1.9K 119 11
                                        

Nara berjalan pelan lalu menempatkan posisinya di hadapan Rajendra, menutupi pandangan Rajendra yang menatap pintu. "Hai!" Sapa Nara sembari menggenggam tangan Rajendra yang terkepal.

Rajendra mengerjapkan matanya, tubuhnya melemas setelah menyadari Nara ada di hadapannya, menggenggam tangannya. "Hai! Mas kira kamu pergi," ujar Rajendra tampak lega.

Nara tertawa lalu mencium kening Rajendra dengan gemas, "Itu permintaan maaf karena buat mas ngira aku pergi," ujarnya yang dihadiahi senyuman lebar oleh Rajendra.

"Panggil dokter dulu ya? Kata Kak Vero harus diobservasi dulu," izin Nara. Saat Rajendra tampak menggelengkan kepalanya, Nara buru-buru menyela. "Harus sekarang okey? Aku khawatir."

Rajendra akhirnya mengangguk, "Tapi Naraa gak pulang kan?"

"Aku disini," Nara mengeratkan genggamannya guna meyakinkan Rajendra jika dia akan menunggu disini. Lalu Nara memencet bel yang ada di atas bed Rajendra hingga tak lama kemudian seorang dokter dan perawat datang.

Nara tersenyum kepada Rajendra lalu menyingkir, Rajendra mengikuti seluruh pergerakan Nara dengan matanya. Lalu tersenyum saat Nara sudah duduk di sofa.

Nara tahu sejak tadi Rajendra memperhatikannya plus dokter dan perawatnya, sebenarnya Nara malu namun untung saja di sini VVIP. Nara tidak melihat bangsal yang banyak, hanya ada tiga kamar dan Nara yakin dengan fasilitas yang sangat-sangat bagus.

Nara memperhatikan dokter muda itu yang tampak memeriksa beberapa hal di rekam medis dan melihat perawat yang sedang cek tanda-tanda vital Rajendra dengan bedside monitor. Nara mengerti sedikit-sedikit saat bedside monitor menunjukkan hasilnya. Sepertinya semuanya baik-baik saja karena dilihatnya dokter muda itu mengangguk dan tersenyum.

"Naraa," tegur Rajendra dengan suara pelan membuat Nara menatap Rajendra dengan pandangan bertanya. Rajendra hanya menggelengkan kepalanya, Nara benar-benar tidak mengerti sampai perkataan dokter muda itu menarik perhatiannya.

"Tanda-tanda vital dokter kali ini normal. Untuk makannya juga diusahakan masuk ke perut ya..." Ujar Dokter tersebut mengatakan banyak hal yang juga turut Nara dengarkan dengan seksama.

"Kalau begitu saya permisi," Dokter dan perawat itu pamit, lalu menganggukkan kepalanya pada Nara yang Nara balas dengan senyuman.

"Come," pinta Rajendra. Nara berjalan menghampiri Rajendra lalu melihat jam sekilas dan menatap menu makan malam yang tadi diantarkan.

"Mas makan?" Tanya Nara setelah mendudukkan dirinya di kursi yang sejak tadi diduduki untuk menjaga Rajendra.

"Naraa sudah makan kan?" Rajendra malah menanyakan apakah dia sudah makan belum padahal Rajendra seharusnya menjawab pertanyaan Nara. "Naraa tidur cukup akhir-akhir ini?"

Nara menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. "Aku udah makan tadi, Kak Vero yang beliin. Aku tidur cukup kok, masih suka tidur kayak biasanya tapi aku juga kepikiran mas," Nara rasa ini belum waktu yang tepat, nanti dia akan mengatakan apa yang dia inginkan. Tetapi setelah Rajendra sudah cukup kuat.

"Aku udah makan jadi sekarang giliran mas, okey?"

"Mas belum lapar. Kalau makan jadi mual," Rajendra menggelengkan kepalanya menolak dengan nada manja membuat Nara gemas.

"Dicoba dulu ya, kata dokter tadi mas harus nyoba makan walaupun sedikit. Mas disini pasien loh, harus nurut kata dokter," bujuk Nara dengan lembut, nada terlembut yang digunakannya pada Rajendra.

"Disuapin Nara?" Tanya Rajendra dengan mata memandang Nara penuh harap.

Nara tergelak, "Iyaa, jadi mau nya disuapin Naraa makan? Nara suapin jadi makannya harus banyak?"

Fall In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang