76. Semarang

1.2K 100 15
                                    

Nara berlari menuju tempat check in dengan nafas yang memburu. Kereta akan berangkat pukul 13.20 dan dia kurang satu menit belum check-in. Setelah setelah check in boarding pass pun adrenalinnya masih terpacu karena pintu kereta yang akan tertutup.

Akhirnya perjuangannya selesai sudah, Nara mengatur nafasnya yang berkejaran lalu berjalan pelan menuju seatnya. Bodohnya Nara dia lupa kalau ini liburan jadi banyak yang pulang kampung dan dia baru pesan tiket pulang H-2 hari. Yah beginilah jadinya.

Setelah duduk di seatnya, Nara melemparkan senyum pada perempuan yang duduk di sebelahnya. Nara menatap WhatsApp Rajendra yang dia anggurkan hari ini. Hari ini tepat ulang tahun Rajendra dan mereka akan memberikan kejutan. Grup yang berisi Tante Kirana, Chandra, Ale, dan Vero ramai sejak makan siang tadi.

ADAM'S SURPRISE

Tante Kirana : Persiapan beres, tinggal nanti eksekusi

Kak Vero : Adam seperti biasa kalau Nara gak ada hehehe

Tante Kirana : Tapi Adam oke kan Vero?

Kak Vero : Tenang saja tante cantik. Wajahnya sih murung tapi cuma sampai fase itu aja

Alejandro Brahms P : Sejauh ini lumayan aman kok tante. Tenang aja ada Ale yang siap sedia

Tante Kirana : Good then, oh iya Nara nanti dijemput siapa?

Chandra (Adik Ipar) : Ian jemput

Alejandro Brahms P : Gak kapok bokem ini. Gak ada, biar aku atau Vero aja

Alejandro Brahms P : Jangan mancing Yan

Chandra (Adik Ipar) : Gue ada urusan sama Nara bentar

Nara berdecih, urusan apa Chandra ini. Ah iya Nara ingat untuk menjambak Chandra jika ketemu. Membujuk Rajendra sungguh susah. Apalagi membuat Rajendra tenang dan tidak berusaha lagi untuk menyusulnya.

"Kamu gak bakal ninggalin Mas kan?" Rajendra melanjutkan, "Chandra bilang mau ke Semarang. Mendaki bareng sepupu kamu dan kamu. Mas takut, mas takut cinta kalian bersemi saat itu. Mas takut kamu ninggalin mas sendirian, Naraa." Suara Rajendra terdengar lemah seolah tenaga terkuras habis.

Nara diam sejenak, menahan rasa sebal pada Chandra. Menyebalkan sekali. "Mas... Listen to me, berapa kali aku bilang kalau aku sayang sama Mas Rajen?"

"Lima kali." Jawab Rajendra pelan. Nara menepuk dahinya, benarkah baru lima kali? Dia meringis malu, kenapa juga Rajendra menghitungnya.

"Okay," Nara diam sejenak, bingung akan menenangkan Rajendra darimana. Sungguh, tidak bertemu langsung membuat Nara kagok.

"Naraa." Panggil Rajendra pelan.

Nara mengerjap, "Maaf, aku lagi ingat-ingat sesuatu." Katanya. "Ah, Chandra bilang begitu? Mas, kan kita pernah janji kalau bakal menghadapi ini bareng. Apapun yang dibilang Chandra mungkin ada yang benar tapi ada juga yang salah."

Nara ingat pernah merencanakan naik gunung bersama Praja dan Chandra. Karena dia tidak bisa yang terlalu tinggi maka Andong pilihan tepat tapi itu dulu. Dulu saat Nara masih menyukai Chandra. "Benar kalau kita ada rencana mendaki bareng."

"Bener kalian ba-"

"Mas dengerin aku dulu please. Bisa ya Mas Rajen?" Tanya Nara dengan nada lelah.

Fall In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang