21. Future Brother in Law

1.9K 98 0
                                    

Menunggu adalah salah satu hal paling menyebalkan bagi Nara. Hal yang sangat Nara runtukki kenapa bisa ada di dunia. Ada pengalaman buruk Nara dengan menunggu. Menunggu dia yang tak kunjung peka eh tapi malah dapet gandengan orang lain. Kan kasar!

Kini Nara menunggu Rajendra yang katanya on the way sejak setengah jam yang lalu di depan Indoapril depan kampusnya dengan keadaan perut kosong minta diisi dan panas matahari yang melebihi panas saat melihat doi bersama pacarnya.

Saat melihat mobil hitam yang entah kenapa sudah Nara hafal di luar kepalanya itu, langsung saja Nara menegakkan tubuhnya dan membuang susu full cream yang sejak tadi isinya sudah habis namun masih Nara pegang wadahnya.

"Masuk!" Perintah Rajendra saat mobilnya sudah berada di depan Nara yang wajahnya selalu tertekuk ketika bersamanya.

Nara menghentakkan kakinya sebal. Sudah menunggu setengah jam, eh main perintah-perintah orang. Harusnya kan tadi Rajendra bisa basa-basi menanyakan kondisi Nara, sudah berapa lama Nara menunggu. Tapi ini Rajendra, apa yang bisa Nara harapkan?

"Lama banget sih?! Udah setengah jam nunggu gak dateng-dateng," jelas Nara seraya memasang seat belt, tapi kok susah sih?!

Nara tersentak saat mendapati tubuh samping Rajendra di depannya. Dari sini Nara bisa melihat betapa mancungnya hidung Rajendra. Dari sini pulalah Nara dapat mencium perpaduan aroma petrichor dan mint yang menyejukkan.

"Kenapa?" Nara menahan napas saat Rajendra memalingkan wajahnya. Bau napas mint Rajendra sangat wangi, dan melihat wajah Rajendra sedekat ini membuat jantung Nara berdebar tidak karuan.

What's wrong with me?

"Ap... ap... Apanya?" Tanya Nara terbata-bata.

Rajendra menaikkan sedikit sudut bibirnya lalu menjauh dari Nara tanpa mengatakan apapun, tetapi tahu jika jantung Nara berdebar keras. Well, dari jarak sedekat itu jantung Nara yang berdebar terdengar.

"Tidak jadi ketemu Mama," ucap Rajendra setelah memastikan Nara sudah tidak syok.

"Lah, terus ngapain dong kita?" Tanya Nara bingung, kenapa tidak bilang dari tadi. Tahu gitu kan Nara bisa bobok cantik di kostnya, bukan malah pergi bersama Rajendra.

"Ke suatu tempat. Jangan banyak tanya!" Balas Rajendra saat tahu mulut Nara akan melontarkan pertanyaan.

Nara menghembuskan napasnya kesal. Rasa terpesona Nara sudah hilang sepenuhnya digantikan oleh rasa jengkel tiada tara. Memang Rajendra tidak pernah bisa membuat Nara tidak kesal, kesal terus bawaannya saat bersama Rajendra.

Nara memilih melihat-lihat pemandangan dari dalam mobil. Tapi Nara merasa tidak familiar dengan jalan ini, mau tanya tapi Nara sudah pasti tahu tanggapan Rajendra. Mending Nara tidur, daripada dirinya dirundung kebosanan.

Rajendra tahu jika Nara ingin bertanya, namun dia memilih diam saja. Setelah Rajendra menunggu, ternyata tidak ada pertanyaan dari Nara. Saat melihat Nara, ternyata ia sudah tertidur pulas dengan bibir setengah mangap.

Rajendra terkekeh pelan melihat wajah Nara saat tidur. Berbeda saat tidur di rumah sakit, Nara kali ini tertidur dengan mulut setengah terbuka, kepala miring ke kanan dengan sedikit mendongak. Rajendra langsung terdiam saat teringat akan membawa Nara kemana.

***

Nara tidak tahu sudah berapa lama dirinya tertidur. Yang Nara tahu sekarang adalah sudah tidak adanya goncangan halus yang menandakan jika mobil telah berhenti. Nara mengerjapkan matanya perlahan. Saat telah berhasil mendapatkan kesadaran sepenuhnya, pemandangan di depannya sungguh mengejutkan Nara. Bukan pemandangan indah seperti kebanyakan cerita tapi pemandangan kuburan yang sepi namun terawat yang menyambut Nara pertama kali.

Fall In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang