Nara mulas, kenapa Rajendra tampak sangat tampan saat ini. Rajendra memang sudah sangat-sangat-sangat tampan tapi tidak pernah Nara sangka jika akan terlihat gurih saat berpotongan ala tentara, berkacamata, dan menggunakan jaket kulit.
Yummy.
Sial, Nara melirik pada kedua temannya yang tampak melongo. Nara tidak akan mencibir mereka karena Nara yakin wajahnya juga pasti terlihat mupeng tadi.
"Oh iya, ini kakak gue-" Chandra melirik ketiga perempuan yang masih berdiri dihadapannya lalu kearah Rajendra yang diam dengan ekspresi datar. Chandra meringis lalu melanjutkan, "-panggil aja Kak Rajendra. Dan Kak, ini temen aku. Kalau Nara udah kenal ya, ini Luna sama Diva. Bestinya Nara."
"Luna, Kak." Luna menjulurkan tangannya sambil memasang senyuman maut. Nara mengernyit, itu senyuman khas Luna yang ingin memikat mangsanya.
Nara lalu memandang Rajendra yang menganggukkan kepalanya tipis lalu berjabat tangan dengan Luna dengan singkat.
Satu detik.
Dua detik. Dan terlepas, hm sepertinya Luna harus berusaha keras untuk membuat Rajendra mengucapkan satu kata. Lalu gantian Diva, dan kenapa pula Diva tampak tersenyum malu. Apakah tidak ingat dengan pacar-pacarnya?
Nara menahan tawanya saat melihat kedua sahabatnya seperti meringis, tidak menyangka jika reaksi Rajendra sangat minim. Oh tidak, Rajendra bisa dibilang tidak bereaksi.
"Hallo, kok gak masuk sih?"
Nara mengalihkan pandangannya lalu melihat Tante Kirana dengan celemeknya. Nara mengembangkan senyuman lalu bergantian menyalimi Tante Kirana.
"Lama gak lihat Nara. Sehat?" Tanya Tante Kirana sambil mengelus kepala Nara.
Nara mengangguk. "Alhamdulillah sehat Tan, tante juga sehat?"
Kirana mengangguk dengan antusia,"Alhamdullah tante sehat cuma agak pusing aja sih ngehadapin Adam yang kaku sama Adrian yang nakalnya minta ampun ini," Kirana tertawa lebar lalu mengalihkan pandangannya pada Luna dan Diva.
"Ini temannya Nara? Kita pernah ketemu di cafe itu kan?"
Luna dan Diva menganggukan kepalanya sopan, "Iya Tan, masih inget aja."
"Iya dong. Sama cewek cantik-cantik harus selalu ingat," ujar Tante Kirana membuat ketiganya bersemu merah.
"Haduh, kenapa mama jadi ganjen gini? Mending masuk aja gak sih, Adrian dah laper parah," Chandra menginterupsi mamanya, karena tau jika diteruskan maka tidak akan masuk-masuk ke dalam. Mamanya ini memang betah berbicara.
Setelah itu, Tante Kirana mempersilahkan mereka masuk. Bau semerbak kue sudah tercium, bahkan saat Nara baru menginjak ruang tamu. Memang tidak diragukan lagi keahlian memasak Tante Kirana.
Nara memandang Tante Kirana, Chandra, dan kedua temannya yang sedang berbincang. Eh kalau begitu dimana Rajen-
"Eh," Nara terkejut saat ada sebuah tangan yang mendarat di atas kepalanya lalu mengelus pelan. Nara menoleh dan tambah terkejut saat melihat Rajendra tersenyum tipis. Nara membeku terpaku pada tatapan Rajendra yang tampak lembut. Wait, what?
"Mas, ngapain?" Tanya Nara mencicit karena saat matanya melirik, mereka sudah ketinggalan rombongan yang mungkin sudah menuju ke dapur.
"Nope, enjoy your time," gumam Rajendra lalu menepuk pelan pipi Nara yang sudah memerah setelahnya pergi naik ke lantai atas. Nara membeku, kenapa jantungnya berdebar bergilaan seperti ini? Jangan bilang perasaannya sudah terbagi.
Nara menggeleng lalu bergegas berjalan menuju dapur. Dilihatnya Luna dan Diva yang tampak menikmati pie buah, "Kemana aja lo? Lama banget dah," tanya Luna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall In Love
Ficção GeralFall in love Love And become a lovers Pernahkah kalian mendengar kalimat ini? Love enters a man through his eyes, woman through her ears, kutipan oleh Polish Proverb. Lalu, pernahkah kalian jatuh cinta? Jika iya, apa yang pertama kali membuatmu jatu...