Nara menghembuskan napas lalu menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Menyanyi memang selalu menyenangkan walaupun setelah itu suaranya akan serak dan habis. Nara menatap Tante Kirana yang juga sedang menyanyi bersama Chandra.
Nara tertawa melihat Chandra berdansa dengan mamanya, Chandra memang ramah pada siapapun tapi Nara bisa melihat jika Chandra akan bertindak manis pada orang tersayangnyanya. Hm, rasa-rasanya tidak seperti Rajendra.
Rajendra tentu berbeda dengan Chandra, mau dilihat bagaimanapun memang sunggu kentara. Nara tidak bisa melihat kasih sayang Rajendra pada mamanya, Rajendra terlalu pintar menyembunyikan ekspresi dan perasaannya.
Nara melirik pada jam dinding, ternyata sudah tiga jam mereka disini. Memang jika melewatkan waktu dengan menyangkan membuat waktu terasa sangat cepat.
"Sini ayo ikut nari!" Ajak Tante Kirana pada Nara, Luna, dan Diva yang duduk-duduk saja di sofa.
"Kamu juga, Dam!" Ujar Tante Kirana yang menatap lurus pada Nara. Nara mengernyit lalu menolehkan kepalanya ke belakang.
Deg.
Sejak kapan Rajendra di belakangnya? Nara benar-benar tidak menyadari pergerakan Rajendra. Dilihatnya Rajendra yang menggelengkan kepalanya menolak, masih dengan raut sedatar papan triplek.
Nara mengerjapkan matanya saat pandangan Rajendra sudah beralih padanya, lalu pandangan Rajendra beralih pada rambutnya yang masih dihiasi hairpin pemberiannya. Rajendra tersenyum tipis dengan cara yang sengaja dikentarakan membuat Nara dengan cepat mengalihkan pandangannya ke depan.
"Ayo!" Luna dan Diva menarik tangan Nara untuk bergabung dengan Chandra dan Tante Kirana. Lalu meringis malu saat Luna menari dengan hebohnya.
Chandra tertawa begitupun Tante Kirana sedangkan Diva memvideo tarian Luna untuk menunjukkan pada pacar Luna nanti jika Luna berbuat masalah dengannya.
"Nara pinter nari juga Tan. Dia bisa dansa juga," adu Luna membuat Nara mendelikkan matanya.
Chandra tertawa lalu menganggukkan kepalanya setuju, ingat saat Nara ikut pentas seni semester satu. "Hahaha gue inget banget waktu itu, yang lo melongo di depan kantin kan?" Tanya Chandra mengingat kejadian yang membuatnya semakin dekat dengan Nara.
Kali ini Diva yang menganggukkan kepalanya dengan semangat,"Iya! Yang Nara lihat lo pakai-" Nara membekap mulut Diva sebelum menceritakan macam-macam. Kedua temannya sungguh menjadi penjomblang handal hari ini. Jujur saja, Nara malu.
"Kenapa?" Tanya Chandra sambil menahan senyum.
"Rahasia," Nara meringis sambil masih membekap mulut Diva. Nara menatap Tante Kirana penuh permohonan maaf namun Tante Kirana menanggapinya dengan santai.
Tante Kirana tertawa lalu melambai-lambaikan tangannya saat tau apa yang akan disampaikan Diva. "Yang Adrian pakai baju adat Bali buat runaway itu kan?" Tanya Tante Kirana dengan mata berbinar saat mengingat betapa senangnya Chandra saat pulang dari kampus.
Nara meringis saat kedua temannya mengangguk setuju. Nara malu apalagis saat Chandra memandangnya dengan senyuman. Uhh, kalau begini terbongkar rahasianya yang menyukai Chandra.
Kirana akan melanjutkan ucapannya untuk menggoda Nara namun tersadar ada anaknya yang lain, Kirana melirikkan matanya sekilas pada Rajendra yang memandang mereka lurus. Tidak, memandang Nara lurus. Kirana berdehem, "Okay, jadi mau lagu apa?"
Nara diam saja tidak menjawab, dirinya masih malu luar biasa. Lebih baik Nara berjaga-jaga sebelum kedua sahabatnya membuat ulah lagi dan seperti itu memang terjadi.
"PERFECT ED SHEERAN!" Seru Luna lalu dengan sengaja menyenggol Nara hingga tubuh Nara oleng mengarah pada Chandra. Sial, baru dibicarakan sudah terjadi juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall In Love
General FictionFall in love Love And become a lovers Pernahkah kalian mendengar kalimat ini? Love enters a man through his eyes, woman through her ears, kutipan oleh Polish Proverb. Lalu, pernahkah kalian jatuh cinta? Jika iya, apa yang pertama kali membuatmu jatu...