Nara membuka matanya yang terasa berat. Bau obat-obatan langsung tercium oleh hidung Nara begitu pula dengan mata Nara yang langsung disuguhkan oleh dinding putih khas rumah sakit... eh what? Bagaimana bisa?
Ah! Nara ingat. Tapi siapa yang membawanya ke-
"Oh sudah bangun," ujar seseorang yang sama sekali tidak ada di bayangan Nara.
"Om ngapain di sini?" Tanya Nara kepada Rajendra yang sialnya tampak menawan dengan snelli putih-ah, Nara lemah kalau begini.
Rajendra mengedikkan bahunya dengan wajah yang kelewat datar. Nara memperhatikan Rajendra yang membawa termos kecil dan meletakkannya di meja samping bed.
"Kamu pingsan di depan kamar mandi," jelas Rajendra yang sebenarnya sudah Nara duga. Nara tau itu, yang jadi pertanyaannya adalah mengapa ada Rajendra di sini tapi mana berani Nara bertanya.
"Ah ya Aw," Nara meringis saat merasakan perutnya yang sakit teramat sangat dan badannya yang pegal. Tamu bulanan yang menyiksa.
Rajendra mengambil termos yang tadi dibawanya, "Buka baju," ujar Rajendra ambigu.
"HAH?" Nara terbengong karena tidak paham dengan maksud Rajendra. Rajendra menyuruhnya ganti baju di sini? Ah atau Rajendra mau buat yang macam-macam padanya lagi.
Rajendra tampak menghela napas karena tau jika Nara tidak akan mengerti maksudnya. "Kompres perut kamu dengan ini," Rajendra meletakkan termos di atas perut Nara.
Nara paham sekarang. Seharusnya Rajendra bilang sejak tadi, jangan bicara setengah-setengah mana paham Nara dengan maksud Rajendra. Woalah dasar kulkas.
Nara mengambil termos tersebut lalu menaikkan sebelah alisnya saat melihat Rajendra masih diam di tempatnya. "Terus Om ngapain masih di sini? Gak ada kerjaan apa?" Tanya Nara heran pasalnya seorang dokter kan pasti sibuk, kenapa Rajendra malah menemani pasien seperti dirinya.
"Saya sudah buat janji dengan Dokter. Menstruasi sampai pingsan seperti itu tidak baik," ucap Rajendra.
Nara kini sadar sedang dimana dirinya berada. Di sebuah kamar rawat dengan dua bed-satu untuk pasien dan satu untuk yang menunggu- lalu ada televisi besar dan kulkas. Intinya, ini kamar rawat sudah seperti kamar hotel.
Nara meringis mengetahui jika dirinya di kamar VIP. Apa Rajendra ini tidak tahu ya jika Nara hanya seorang mahasiswa dengan uang pas-pasan. Bisa langsung habis uang bulanannya hanya untuk sakit karena menstruasi.
"Saya kerja dulu. Kamu lebih baik istirahat," ujar Rajendra karena Nara hanya terdiam sedari tadi.
Rajendra akan beranjak namun dengan cepat Nara memegang lengan snelli milik Rajendra. Saat Rajendra menoleh, Nara berkata, "Pindah kamar aja deh Om. Ah atau nggak aku langsung pulang aja."
Rajendra mendorong pelan kening Nara agar kembali rebahan lalu mengelus pelan rambut Nara yang berantakan. "Istirahat Nara,"
Setelah melakukan hal tersebut, Rajendra berlalu keluar dari kamar Nara meninggalkan Nara yang bingung dengan perlakuan Rajendra pasalnya seingat Nara ini kali pertama kali Rajendra memanggil namanya dan tentang perilaku Rajandra itu. Errrr... Rajendra terlihat gentle.
***
Anemia.
Pantas saja kepala Nara terasa sangat pusing ternyata dirinya kekurangan eritrosit atau sel darah merah. Padahal biasanya, saat haid tidak sampai pingsan. Paling-paling kram perut seperti biasa.
Setelah bertemu dengan Dokter tadi, Nara sempat menjenguk Luna. Sayang sekali, rasa khawatir Nara sedikit sia-sia karena saat datang melihat kondisi Luna tadi, Nara melihat adegan delapan belas plus antara Luna dan Aria. Bahkan Luna sudah bisa tiduran di atas Aria, ck ck ck.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall In Love
Ficción GeneralFall in love Love And become a lovers Pernahkah kalian mendengar kalimat ini? Love enters a man through his eyes, woman through her ears, kutipan oleh Polish Proverb. Lalu, pernahkah kalian jatuh cinta? Jika iya, apa yang pertama kali membuatmu jatu...