Rajendra semakin menjadi posesifnya.
Kandungan Nara baru berumur sebelas minggu, perutnya pun belum terlalu terlihat tetapi aura ibu hamil memang tidak bisa terelakan. Walaupun badannya tampak lebih berisi, tapi Nara merasa menjadi lebih cantik.
Dengan tangan memegang susu hamil, Nara berpose-pose di depan kaca besar memperhatikan wajahnya sembari tersenyum. "Cewek nih." Ujar Nara karena dia merasa lebih cantik saat hamil.
Oh soal ngidam, tidak ada yang aneh... atau belum? Sejauh ini belum ada yang membuat Rajendra kalang kabut, ngidamnya masih ditaraf normal. Keluhan hamil trimester satu pun tidak terlalu nampak, Nara merasa hamilnya yang pertama ini luar biasa! Dia sangat enjoy, kecuali keposesifan Rajendra.
Rajendra akan pulang tepat waktu, jika ada pekerjaan mendadak pun berusaha diselesaikan dengan cepat kalaupun memang ada CITO pasti Rajendra sudah meninggalkan banyak wejangan yang Nara ingat.
"Cantik," Nara merasakan ada tangan yang melingkar di sekitaran perutnya dan kecupan-kecupan lembut menjalar dari kepala hingga ke bahunya. Pastilah Rajendra.
"Sudah mandi?" Tanya Nara.
Rajendra mengangguk dalam diam. Tentu saja harus mandi sebelum mendekap istrinya. "Sudah makan?" Kali ini gantian Rajendra yang bertanya.
"Sudah—" Nara diam sejenak, keinginan makan brownies wortel buatan mama mertuanya tiba-tiba datang. "Brownies buatan mama enak ya Mas Rajen?"
Rajendra melepaskan pelukannya, lalu menghadapkan tubuh Nara untuk menatapnya. "Sayang mau?"
Nara pun mengangguk, tidak lama kemudian Rajendra melajukan mobilnya menuju rumah sang mama yang menyambut mereka dengan suka cita.
"Ya ampun cucu uti pengen makan brownies buatan utinya ya?" Tanya Kirana dengan antusias, akhirnya dia turut berpartisipasi dalam ngidam Nara. Biasanya ngidam Nara hanya akan merepotkan Rajendra dan Rajendra selalu merepotkan dirinya sendiri tanpa meminta bantuan. Kali ini Kirana senang karena dapat bagian.
Nara menganggukkan kepalanya antusias, "Iya uti, aku pengin makan brownies wortel kesukaan ayah." Nara menirukan suara bayi untuk menjawab pertanyaan Kirana.
"Tapi kamu duduk aja ya, sayang? Biar mama dibantu Bi Narsih," Rajendra memeluk pinggang Nara dengan cepat saat dilihat sang istri yang akan berjalan ke dapur.
Kirana mengangguk setuju dengan perkataan Rajendra, "Iya, kamu duduk di sini aja. Lagian tinggal mix terus dioven," ujar Kirana.
Akhirnya Rajendra dan Nara duduk di kursi ruang keluarga sambil Rajendra yang terus menempel pada Nara. Melihat suami yang sangat menempel padanya membuat Nara gemas, sepertinya bukan hanya bayinya saja nanti yang akan rewel tetapi juga Rajendra.
"Biasanya di novel yang aku baca, istrinya tuh ngidam yang aneh-aneh tau mas," Nara menceritakan novel-novel yang sering dia baca pada Rajendra.
"Kamu pintar tidak minta yang aneh-aneh sejak tau hamil," puji Rajendra sembari menghadiahi kecupan bertubi di wajah Nara.
"Belum kali, dulu mamaku ngidam aneh-aneh loh waktu hamil—" Nara ingat pernah mendengar papanya bercerita dengan kesal tentang ngidam mama Nara yang sungguh menyebalkan. Nara meringis, jangan sampai dia mengidam seperti mamanya. Bahaya, bisa jadi perang saudara.
Rajendra tampak tertarik dengan cerita istrinya, "Memang mama ngidam apa?" Tanyanya penasaran.
Namun Nara malah menggelengkan kepalanya dan memberikan senyuman, "Aneh aja udah. Oh iya, ANC ke Kak Vero kapan lagi Mas?" Tanyanya mengalihkan pembicaraan.
Lalu begitulah Rajendra yang kemudian menjawab pertanyaan-pertanyaan Nara. Rajendra menjelaskan pentingnya Antenatal Care selama masa kehamilan, Nara juga sudah rutin melakukan senam ibu hamil dan menjaga pola makan serta pikirannya agar tidak stress mengingat dia memiliki riwayat hipertensi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fall In Love
Ficção GeralFall in love Love And become a lovers Pernahkah kalian mendengar kalimat ini? Love enters a man through his eyes, woman through her ears, kutipan oleh Polish Proverb. Lalu, pernahkah kalian jatuh cinta? Jika iya, apa yang pertama kali membuatmu jatu...