"Mas kalau capek seharusnya langsung istirahat aja," Nara menatap cemas Rajendra. Setelah makan bersama waktu itu, mereka bertemu kembali hari ini dan sebelumnya. Yang artinya, mereka selalu bertemu setiap harinya. Rajendra yang pulang malam selalu datang menjemputnya ke kost, bersama di apartemen Rajendra menghabiskan waktu lalu Rajendra kembali mengantarkan pulang. Begitu terus setiap hari, apa Rajendra tidak capek?
Rajendra menatap Nara sambil tersenyum menenangkan, "Mas senang Naraa," ucap Rajendra.
Nara menghela nafasnya, "Ya tapi Mas Rajen juga harus sayang badan dong. Kita bisa telfonan atau video call an semalam suntuk juga bakal aku turutin," kata Nara dengan sebal.
"Mas inginnya bertemu," balas Rajendra tenang.
Nara mengangkat tangannya dengan gestur dramatis. Biarlah apa kata Rajendra, andaikata Rajendra sakit juga Nara akan merawatnya dengan setulus hati namun Rajendra memang terlihat bahagia dan bahkan lebih berisi belakangan ini.
"Mau masak apa hari ini?" Tanya Nara karena tau dengan pasti Rajendra belum makan malam. Yah, Dia bahkan sudah hafal dengan tabiat Rajendra di luar kepala.
Rajendra tersenyum lebar, "Mau soto." Jawabannya dengan senyuman.
Nara mendelik, soto di malam hari seperti ini? Rajendra tidak ingin menyiksanya kan? Soto itu masakan yang complicated, butuh banyak sekali kondimen yang diperlukan. Memasaknya pun lama, sebenarnya Nara suka-suka saja namun ini sudah malam. Harusnya Rajendra makan yang simpel saja agar dia cepat pulang dan Rajendra cepat istirahat. Namun melihat senyuman Rajendra itu, Nara tidak kuasa menolak. Dia juga tahu betul kalau Rajendra sengaja.
"Gak ada kemauan lain? Mau sayur sop sama sosis aja gitu?" Nara menawar namun Rajendra tampak menggeleng.
"Nanti masak sama mas. Mas bantu," jawab Rajendra.
"Bukan masalah itu nya. Ini udah mau malam, mas capek terus belum makan pasti jadi lapar. Better buat yang simpel aja," Nara masih menawar.
"Mas mau nya soto," ucap Rajendra dengan nada merajuk.
Nara akhirnya mengangguk saja, "Ya udah tapi nanti jangan nganterin aku pulang okay? Biar dianterin Pak Hirman atau aku pesan online aja. Gimana?" Untuk soto dia setuju, untuk yang satu ini Nara akan melawan Rajendra.
Rajendra mengerutkan alisnya, matanya nampak memandang Nara tidak terima. "Mas yang antar Naraa," ucap Rajendra tegas.
Nara yang sudah berani melawan Rajendra tentu tidak tinggal diam saja. "No, mas harus istirahat. Aku gak mau mas jadi sakit, jadi please ya?" Nara menampakkan wajah memelas, berharap Rajendra luluh namun tampaknya Rajendra juga kukuh dengan pendiriannya.
"Kalau gak mau mas sakit, kalau mau mas istirahat langsung. Naraa nginep di apartemen Mas," Rajendra mengatakannya dengan cepat namun Nara jelas mendengarnya.
"Gak mau!" Nara menolak dengan cepat. "Gak ada jaminan mas langsung istirahat, mas tentu gak lupa beberapa hari lalu waktu aku nginep. Mas bukannya tidur di kamar malah lesehan di bawah!" Nara mendelik kesal.
Beberapa hari lalu dia datang ke apartemen Rajendra, seperti biasa makan bersama lalu menikmati waktu deeptalk dan sedikit kiss-kiss an, tapi cuma sampai sana tidak lebih. Dia tiba-tiba malas pulang, mengingat kamar ungu lucunya di kamar Rajendra membuat Nara memutuskan menginap. Rajendra tampak senang, saat waktu tidur Rajendra menemaninya. Bilang akan kembali ke kamar saat Nara tidur namun kenyataannya saat pagi hari Nara malah menemukan Rajendra lesehan duduk di bawah, menyandarkan kepalanya di kasur dan menggenggam tangannya!
"Maaf, mas gak bisa nahan kantuk." Jawab Rajendra sambil meringis malu-malu, ekspresi-ekspresi Rajendra kini bisa dengan mudah tampak jika berhadapan dengan Nara jadi Nara akan dengan gampang menebak suasana hati Rajendra. Dan Nara tau jika Rajendra sekarang berbohong, apalagi melihat cengkeraman Rajendra pada stir mobilnya. Kebiasaan Rajendra jika berbohong maka dia akan menggenggam sesuatu dengan kuat. Entah itu mengepalkan tangannya atau menggenggam barang. Nara baru sadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall In Love
General FictionFall in love Love And become a lovers Pernahkah kalian mendengar kalimat ini? Love enters a man through his eyes, woman through her ears, kutipan oleh Polish Proverb. Lalu, pernahkah kalian jatuh cinta? Jika iya, apa yang pertama kali membuatmu jatu...