Kalian tahu rasanya jika kalian sedang mencuri pakaian lalu kalian ketahuan oleh orang, pasti malu rasanya. Seperti itulah yang dirasakan Nara saat ini. Ia bagaikan maling yang tertangkap basah sedang mencuri.
Setelah lari terbirit-birit tadi, Nara memutuskan untuk meminta Luna dan Diva menemuinya di food court, ia akan menceritakan kejadian tadi pada mereka. Kejadian memalukan yang membuat Nara ingin operasi plastik.
Me :
GUE TUNGGU DI FOOD COURT!!!
Luna :
Okey beb, otw
Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya Luna dan Diva datang ke food court. Sebelum menceritakan kejadian tadi, Nara meminta mereka untuk memesan makanan dahulu agar saat ceritanya sudah selesai, mereka bisa langsung menyantap makanan. Mungkin ia akan menghabiskan banyak tenaga jika menceritakan kejadian tadi. Kejadian tadi itu sungguh memalukan, Nara tak akan mengulangi lagi.
"Jadi gimana?" Tanya Luna pertama kali memecah keheningan. Nara menghembuskan napasnya terlebih dahulu sebelum mulai menceritakan. Tak ada yang terlewati dari cerita Nara, ia menceritakannya dengan berapi-api dan semangat empat lima walaupun wajahnya seksrang sudah memerah malu.
Luna yang mendengar cerita Nara pun tidak bisa untuk tidak menyemburkan tawanya begitupun Diva yang sekarang sedang tertawa terbahak-bahak bahkan sampai mengeluarkan air mata. Nara sudah menduga bagaimana nanti reaksi para sahabatnya dan memang terbukti benar.
"Ketawa aja terus di atas penderitaan sahabatnya sendiri. Puas-puasin deh!" Sindir Nara. Luna dan Diva malah makin menyemburkan tawanya tanpa menyadari keadaan sekitarnya.
"Oke oke, kok bisa salah masuk kamar mandi sih?" Tanya Diva yang masih mencoba meredakan tawanya. Ia sadar bahwa sekarang mereka bertiga menjadi perhatian pengunjung di food court ini. Diva mencubit pelan lengan Luna, mencoba menyadarkan sahabatnya yang satu ini. Ia malu karena mereka menjadi pusat perhatian seperti ini.
"Aduh... Kok lo nyubit gue sih?" Sembur Luna memelototkan matanya pada Diva saat merasakan panas di tangannya.
"Kita jadi perhatian pengunjung, lo nggak malu?" Tanya Diva memutar bola matanya malas. Luna mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan ternyata memang benar mereka menjadi pusat perhatian lantas ia menyengir sambil bergumam maaf pada pengunjung yang masih memandangi mereka.
"Kenapa bisa salah masuk kamar mandi sih?" Ulang Diva karena pertanyaan sebelumnya belum mendapatkan jawaban dari Nara. Nara menghela napas sebelum menjawab.
"Wajarkan kalau orang salah?" Tanya Nara yang tidak menjawab pertanyaan Diva. Jujur saja dirinya malu sekarang.
"Wajar sih, tapi kalau gue jadi lo pasti malu banget lah!" Beritahu Luna pada Nara. Ia merasa kasihan pada Nara tetapi apa boleh buat jika itu kesalahan yang diperbuat Nara sendiri.
"Nggak perlu jadi gue. Gue juga udah malu kali!" Ketus Nara membuat kedua sahabatnya terkekeh ringan.
"Btw, om nya seksi nggak? Ganteng nggak? Kayak di novel-novel gitu nggak sih? Kalau kayak gitu, bagi gue dong!" Tanya Luna melenceng dari percakapan. Nara jadi teringat dengan laki-laki yang ia temui tadi. Ia belum sempat melihat secara keseluruhan wajah laki-laki itu. Tapi ia yakin bahwa laki-laki itu sudah dewasa terlihat dari badannya yang tegap itu.
"Ngapain lo?! Ngayal yang nggak-nggak pasti?!" Tuduh Luna melihat Nara yang melamun. Nara memberikan tatapan tajam pada Luna, tetapi bukannya terlihat menakutkan Nara malah terlihat makin imut.
Menurut Luna, Nara itu punya wajah khas Asia Timur. Wajahnya imut-imut seperti anak SMP, bahkan tinggi Nara paling hanya 155 cm. Di usia seperti Nara, itu termasuk pendek. Tetapi Nara selalu pede dengan tubuhnya itu bahkan sering membeli baju-baju lucu yang membuatnya malah tampak seperti anak kecil nyasar jika sedang pergi bertiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall In Love
Ficción GeneralFall in love Love And become a lovers Pernahkah kalian mendengar kalimat ini? Love enters a man through his eyes, woman through her ears, kutipan oleh Polish Proverb. Lalu, pernahkah kalian jatuh cinta? Jika iya, apa yang pertama kali membuatmu jatu...