EP.8 His Jealousy

1.3K 73 4
                                    

"Mas Iel? Kamu panggil Gabriel, Mas Iel?"

Nara diam, lalu ringisanlah yang menjadi jawaban Rajendra. Kini dia bingung bagaimana cara menjelaskannya, yang lain memanggil Gabriel dengan panggilan Gab dan Nara memanggilnya Iel, tentu sangat mencurigakan jika tidak ada apa-apa di antara mereka.

"Kebetulan kami sudah kenal dari lama, Mas Rajendra. Dulu Ara cadel jadi lebih suka panggil Iel sampai sekarang," Gabriel membantu Nara yang diam saja tidak bisa menjelaskan.

Kini pandangan Ranjendra beralih pada Gabriel yang tampak tenang, jika dilihat-lihat antara Gabriel dan Chandra memiliki persamaan aura. Rajendra tidak bodoh untuk tidak bisa melihat ada sesuatu diantara Nara dan Gabriel, mungkin masa lalu yang belum diselesaikan? Namun Ranjendra tidak akan membiarkannya, Nara miliknya maka sampai kapanpun tetap miliknya.

"Wah, Nara gak pernah cerita kalau dia cadel tuh," Chandra menambahi dengan tidak tahu dirinya. Aduh, Nara rasanya ingin menyumpal mulut Chandra yang comel. Kenapa tidak diam saja sih dia itu.

"Emang semua harus gue kasih tau lo?" Nara bertanya dengan sinis, bahkan kadar kesinisannya berkali lipat.

"Galak bener lo Nar sekarang," kini giliran Praja yang tertawa. Lalu Praja mengeluarkan papperbag yang membuat emosi Nara turun dengan drastis, matanya kini berbinar-binar melihat sesuatu yang sangat familiar dikeluarkan Praja dari dalam papper bag. "Nih dari mami," katanya.

Nara mengambil wadah berisi rendang itu dengan mata berbinar, "Wah masih ingat aja mami kalau aku udah kangen rendangnya, makasi Kak Iel dan jangan lupa bilangin mami," ujar Nara kemudian seolah melupakan misinya agar hubungan dengan Gabriel tidak terbongkar. Tidak sadar saja Nara jika sedaritadi Rajendra menatapnya dengan penuh penilaian dan tatapan cemburu itu, uh Chandra, Praja, dan Gabriel saja sudah menyadarinya.

"Sama-sama, mami sudah bawakan banyak supaya kamu puas. Dapat salam dari mami juga," Gabriel menjawab dengan lembut, tidak sadar juga bahwa intonasinya sudah jauh berbeda saat berbicara dengan yang lain.

"Wah, besok kalau aku ke Semarang deh. Lama juga gak main kesana sejak Kak I-OH kayanya aku mau makan sekarang," tanpa menyelesaikan maksudnya yang tadi, Nara segera membawa kabur rendang itu dan pergi ke belakang, meninggalkan keempat laki-laki itu.

Rajendra berdehem lalu memberikan tatapan tajam dan datar khasnya, kesan ramah tadi menghilang tidak bersisa. Menyisakan Rajendra dulu, "Ada hubungan apa kamu dengan tunangan saya?" Tanyanya to the point dan tanpa aba-aba.

Gabriel masih tampak tenang walaupun tidak bisa dipungkiri bahwa aura Rajendra menekannya dengan kuat, "Mas ingin jawaban yang seperti apa?" Tanyanya kalem.

Praja meringis merasakan bagaimana aura dingin dan mencekam dari Rajendra, kakinya menyenggol kaki Gabriel agar berbohong saja tetapi walaupun tidak sekuat Rajendra, Gabriel juga punya nyali yang besar.

Rajendra berdecih, "Tidak penting untuk saya sekarang, kalian hanya teman. Saya tunangan Nara yang sah, jangan beraninya kamu melewati batas." Rajendra memberi peringatan dengan penuh penekanan. Jika dia yang dulu, Rajendra tidak akan memberi peringatan yang kekanakan seperti ini, tapi sekarang berbeda. Dia lebih memilih memperingatkan terlebih dahulu daripada bertindak tergesa.

Gabriel tertawa, tunangan Nara sungguh pecemburu dan akan menyenangkan jika tau bahwa gadis kecil yang pernah melamar dan mengajaknya menikah dulu adalah tunangannya kan?

"Mas Rajendra tau gadis yang dimaksud pernah melamar saya dan meminta saya jadi suaminya? Nara, panggilan sayangnya Aranya Mas Iel. Yakin Ara gak bakal balik ke Mas Ielnya, suami yang dilamar langsung?"

Nara yang mendengarnya dari tembok kontan menggigit bibirnya cemas, seharusnya dia tidak pergi begitu saja. Sial.

***

Fall In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang