EP. 16 Rajendra Bucin Nara

1.3K 79 3
                                    

Jangan lupa vote dan komennya🫶🏻

*********** Happy Reading **********

Nara melangkahkan kakinya memasuki rumah sambil menguap lebar, baru beberapa minggu lalu orang tuanya membeli sebuah rumah sederhana di Jakarta. Karena Nara istilahnya dapat orang Jakarta, rumah tersebut sungguh berguna jika orangtuanya ingin menginap di Jakarta tanpa menganggu anaknya dan suami. Nara sih senang-senang saja, apalagi rumah ini benar-benar menyenangkan.

Bukan rumah besar, bahkan hanya satu lantai berbeda dengan rumahnya di Semarang yang yah bisa dibilang besar dan lebar. Rumah ini minimalis tapi sungguh mencerminkan mamanya dan Nara sekali, warnanya pastel dengan banyak tanaman hidroponik. Nara jika tidak bersama Rajendra pun sekarang lebih sering menghabiskan waktu di sini. Rajendra sungguh sibuk belakangan ini, bahkan mereka belum bertemu selama satu minggu full atau lebih ya? Rekor terlama mereka berjauhan, break dan lain-lain tidak dihitung ya.

Walaupun Rajendra selalu menghubunginya via video call, tapi tentu berbeda rasanya jika bertemu langsung. Nara sudah kangen, tapi mau bagaimana lagi jika pekerjaan mengharuskan Rajendra pergi.

"Anak gadis jam segini baru pulang dari kemarin," baru juga Nara duduk, mamanya sudah menatapnya dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.

Nara menyengir lebar, "Maklum, mumpung Diva juga free kan? Mama masak apa?" Tanyanya, perut Nara tidak lapar karena tadi habis makan tapi kalau melihat sang mama maka otomatis perutnya lapar. Aneh tapi nyata.

"Gak masak, dibawain calon mantu banyak makan tadi," jawab Mama Nara.

Nara menganggukkan kepalanya, dibawakan calon mantu ya? Eh calon mantu siapa kata mamanya? "Calon mantu siapa? Anak mama kan cuma aku otomatis calon mantu cuma Mas Rajen," Nara mengerutkan keningnya. Jangan bilang?

Mama Nara mengangguk,"Makanya kalau punya hp itu ya dimanfaatkan dengan baik. Calon mantu sampai kelimpungan nyariin kamu, pulang-pulang yang diharapkan gak ada. Kasian banget Rajendra punya cal-"

Dengan cepat Nara berlari ke dalam kamarnya tanpa mendengarkan kelanjutan cerita sang mama. Instingnya mengatakan ada Rajendra di kamarnya. Maka dengan kecepatan bagai cahaya, Nara berlari dan membuka pintu kamarnya dengan keras.

"Mas Rajen!" Nara menjerit heboh dan melemparkan dirinya pada pelukan Rajendra yang kaget melihat kedatangannya. "Hua kangen!" Tidak lupa Nara menggigiti pundak Rajendra gemas.

Rajendra hanya meringis nyeri namun tidak ayal senyum lebarnya terkembang tapi dengan segera senyum itu luntur menyisakan gurat cemberut khas. Dia melepaskan pelukan Nara pelan, "Mas kelimpungan nyari kamu Nara, kemana saja kenapa tidak ada kabar?" Tanyanya dengan bibir cemberut.

Ah lucunya calon suami Nara ini, "Maaf ya? Biasalah mas kalau kumpul sama Diva Luna jadi lupa waktu lupa handphone-"

"Lupa sama calon suami juga?" Sela Rajendra sebal.

Nara kembali meringis tidak enak hati, "Dikit," jawabnya jujur membuat Rajendra kini yang menggigit pipi Nara dengan gemas.

Nara menjerit heboh dan kembali berpelukan dengan Rajendra. "Kangen sekali," kata Rajendra mengeratkan pelukannya.

"Aku juga kangen banget, kangennya seluas sungai!" Kata Nara hiperbola.

Rajendra terkekeh geli, "Masih luasan kangennya mas, seluas dunia." Rajendra membandingkan dengan rasa rindunya yang tidak tertahankan itu.

"Iya iya bucinnya Nara," ujar Nara dengan senyuman. Enaknya dicintai oleh orang yang tepat, saling membucin pun terasa begitu benar dan menyenangkan.

Keduanya lalu kembali berpelukan seolah tidak ada hari esok. Sesekali Rajendra mencuri kecupan pada seluruh wajah Nara, memperhatikan wajah yang membuatnya merana karena rindu. Video call mana cukup untuk Rajendra yang tidak bisa jauh-jauh dari Nara, apalagi tidak ada pelukan nyaman ini. Rajendra rasanya ingin waktu cepat berlalu agar dia bisa kembali memeluk Naranya, sebutan Rajendra bucin Nara pun seratus persen valid.

Fall In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang