20. Don't

2.5K 115 0
                                        

Nara tidak pernah merasa sebingung ini sebelumnya, setelah pesan tidak jelas dari Rajendra semalam Nara mulai berpikir jika ada manfaatnya juga mengenal Rajendra. Nara bisa saja mendekati Rajendra hanya untuk mendapatkan restu dan dukungan dari orang yang notabene adalah kakak dari Chandra, laki-laki yang saat ini Nara sukai atau mungkin cintai.

Kedengaran jahat memang, tapi untuk menarik orang yang kamu sukai adalah dengan mendekati orang-orang terdekatnya bukan? Sepertinya Tante Kirana juga menyukainya, jadi tidak ada halangan dari orang-orang terdekat Chandra. Ya kecuali pacar Chandra sekarang, Winda.

Saat menyampaikan rencananya kepada kedua sahabat, bukan ujaran semangat tapi kritikan pedas penuh dengan ujaran kebencian yang ia dapati.

"Gila! Jangan main yang gituan deh!" Luna yang orangnya slengean saja bisa sangat menolak keras rencana absurd dari Nara apalagi Diva yang calon istri Hafidz.

"Jangan deh, baper baru tahu rasa lo! Jangan macem-macem kalau sama hati." Nah yang satu itu dari Diva dan jujur saja membuat Nara memikirkan ulang rencananya.

"Ya kalau emang Chandra sukanya sama lo, kalau sama yang lain?" Tanya Luna yang menancap tepat di dada Nara membuat dadanya berdarah-darah kesakitan.

Oke! Abaikan racauan jomblo menahun yang hampir karatan macam Nara. Sebenarnya dia tidak se-desperate itu, salahkan Chandra yang membuatnya ge-er. Ah tidak, salahkan teori Luna dan pendapat Diva yang membuatnya ge-er.

"Yeu, kimirin siipi ying biling Chindri siki simi gii?" Tanya Nara kesal pada Luna yang plin-plan, tidak konsisten, membuat Nara sebal saja.

"Itu kan cuma teori gue. Mana gue tahu bener enggaknya!" Balas Luna ngegas.

Harusnya yang emosi itu Nara. Bayangkan, kemarin Luna sudah memberikan teori-teori yang memantik semangat empat lima di jiwa Nara dan sekarang malah seperti menerjunkan Nara dari Gunung Anak Krakatau.

"Ya pokoknya kita berdua gak setuju kalau lo cuma mau manfaatin Om Rajendra!" Ujar Diva dengan menggoyangkan-goyangkan telunjuknya di hadapan Nara.

"Ya! Om Rajendra tuh keliatan tulus kalau sama lo!" Tambah Luna menyedot jus alpukat miliknya yang sejak tadi hanya menjadi penonton dalam perdebatan alot ketiga orang tersebut.

"Kok lo pada malah jadi kubunya si Om sih?! Kalian teman siapa sih?! Perasaan baru kemarin itu kalian ketemu kok bisa bilang Om baik, padahal dia yang selalu bikin gue sebel!" Kesal Nara panjang kali lebar kali tinggi.

Jangan salahkan Nara yang ikut ngegas, karena apapun yang menyangkut seorang Rajendra Gatau Nama Panjangnya itu selalu membuat Nara darah tinggi.

"Haduh Nar, sekali lihat aja kita udah tahu kalau Om Rajendra itu true alias asli alias tulus gak pake topeng sandiwara," jelas Winda dengan mata berbinar-binar seolah Rajendra adalah cowok paling wow yang pernah dia lihat. Hello, mau dikemanakan itu akhi?

"Tahu apa sih kalian sama Om, lebih tahu gue kemana-mana kali!" Jawab Nara ketus tanpa menyadari kalimatnya.

Ups! Nara kontan merapatkan bibirnya saat melihat seringai yang muncul di bibir kedua sahabatnya itu. Nara salah bicara! Bisa gawat ini, pasti setelah ini mereka akan,

"Oh iya, tahu apa ya kita Div? Masih tahu Nara kemana-mana lah tentang Om Rajendranya itu," ujar Luna lalu mereka tertawa-tawa sementara Nara hanya bisa mengerucutkan bibirnya sebal.

***

"Suatu saat nanti, kalau ada sesuatu yang buat kamu jadi benci sama aku, please jangan tinggalin aku ya Nara," kata Rajendra pada Nara yang tengah menyandarkan kepalanya di bahu Rajendra. Nara yang mendengar perkataan Rajendra pun mengernyitkan dahinya tanda bahwa ia bingung.

Fall In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang