48. Good Night

1.7K 91 3
                                        


"Mas, bilang itu bercanda?"

Nara masih menatap Rajendra dengan syok. Bagaimana tidak? Tiba-tiba mamanya mengenal Rajendra dan mengatakan menyukainya dan bahkan menyetujui Rajendra untuk melindunginya selama di sini. Jangan-jangan Rajendra ke Semarang untuk menemui orang tuanya?

Rajendra menggeleng pelan, "Kamu tidak suka?" Tanyanya karena bukannya ekspresi senang, Nara malah menunjukkan reaksi syok. Rajendra pikir, jika mengambil hati Nara lebih baik dia mengambil hati orang tuanya dulu agar Nara merasa aman. Tapi kenapa Nara syok seperti ini?

"Bukan, bukannya aku gak suka tapi kenapa gak bilang aku dulu? Aku kan jadi kaget," Nara menggelengkan kepalanya tidak habis pikir. Dilain sisi dia memang terharu, tapi rasa tidak percayanya juga sama besar.

"Mas pikir kalau orang tua kamu tahu maka jalan mas akan semakin mudah. Mas salah?" Tanya Rajendra.

Nara menggeleng, "Mas gak salah kalau izin mau menjaga aku. Aku malah merasa dihargai, tapi kapan-kapan kalau urusan seperti ini mas bisa ngomong dulu ke aku, okay? Aku kaget banget tiba-tiba mama bilang gitu," jawabnya menenangkan.

Rajendra mengangguk namun masih entah kenapa menunjukkan wajahnya yang menyedihkan. Lucu sekali, membuat Nara tidak bisa sebal pada Rajendra. Kenapa kulkas bisa jadi obor yang membara seperti ini?

"Ngobrol apa aja tadi?" Tanya Nara agar Rajendra menyingkirkan wajahnya yang memelas.

Ditanya seperti itu membuat Rajendra tersenyum, "Mama ceritain masa kecil kamu, beliau bilang kamu nakal banget suka nyolong mangga punya tetangga," ujar Rajendra tertawa mengingat cerita dari mama Nara tadi. Lalu menceritakan pada Nara apa yang terjadi tadi.

Di Semarang

Rajendra menghela nafasnya, dia tidak pernah merasa segugup ini bahkan saat ujian OSCE dia tidak merasakan takut dan gugup. Bertemu dengan orang tua Nara membuatnya takut tidak sesuai ekspektasi. Rajendra mengetuk pintu dengan pelan, saat pintu terbuka terlihatlah seorang wanita paruh baya yang memandang Rajendra penasaran dan agak kagum. Rajendra yang sadar sungguh merasa malu.

"Assalamualaikum tante," Rajendra menyalami tangan Mega-Mama dari Nara, dengan sopan.

Mega menjawab walaupun masih dengan ekspresi penasaran, "Waalaikumsalam, mencari siapa ya?" Tanyanya.

"Saya teman Nara." Ujar Rajendra menjawab, dia memilih mengatakan hal tersebut karena tidak ingin wanita di depannya terkejut.

"Hah? Teman Nara? Oo mari masuk-masuk," Mega mempersilahkan Rajendra masuk ke rumahnya lalu mengambilkan minuman dan meletakkannya di meja depan Rajendra.

"Ada keperluan apa ya teman Nara?" Tanya Mega setelah menyamankan duduknya.

Rajendra berdehem pelan sebelum menjawab. Jantungnya berdebar dengan kuat bahkan tangannya berkeringat, sungguh bukan Rajendra sekali. "Perkenalkan sebelumnya saya Rajendra. Tujuan saya datang kemari untuk meminta izin pada Ibu." Untung saja pertahanan dirinya kuat, Rajendra bisa menjawab pertanyaan Mega dengan tenang sembari melemparkan senyum tipis.

"Aa Nak Rajendra ya? Ibu namanya Mega, kalau teman Nara biasanya panggil Mama Mega. Kalau boleh tahu meminta izin apa ya?" Mega memperkenalkan dirinya dulu.

"Baik Ma," Rajendra menjeda ucapannya, menarik nafas panjang sebelum kemudian melanjutkan. "Saya meminta izin untuk mendekati Nara, membuat Nara jatuh cinta, dan menjaga Nara dengan segenap jiwa raga saya." Rajendra mengucapkannya dengan satu tarikan nafas.

Mega terkejut, tampak dari wajahnya. Rajendra sudah menduga, bagaimana tidak jika ada seorang pria datang menemui orang tua wanitanya. Izin untuk jatuh cinta dan menjaga wanitanya, sungguh gentle.

"Apa Nara memberikanmu izin?" Tanya Mega. Walaupun Mega senang melihat seorang laki-laki pemberani menemuinya untuk Nara tetapi perasaan putri semata wayangnya patut diperhatikan juga. Begitulah kira-kira.

Rajendra mengangguk pelan, "Nara mengizinkan saya mencoba," ujar Rajendra.

"Ah, jadi masa percobaan ya? Mama ingat Nara pernah bercerita tentang laki-laki yang dia sukai, apa itu kamu?" Tanya Mega mengingat bagaimana cerita menggebu-gebu Nara tentang seseorang yang dijulukinya Angel itu.

Rajendra tersenyum pahit, ternyata perasaan Nara pada Chandra sudah sedalam itu. "Bukan, Nara belum jatuh cinta pada saya namun Nara sudah mengizinkan saya melindunginya." Katanya kemudian.

Mega mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. Kisah percintaan putrinya sungguh pelik, "Mama izinkan," Mega tersenyum pada laki-laki dewasa di hadapannya. "Nara itu sebenarnya gampang tersentuh tapi dia kurang peka...."

Jadilah Mega menceritakan banyak hal tentang Nara pada Rajendra. Tentang bagaimana tidak pekanya Nara, sifat labil Nara, dan segala perilaku buruk Nara pun Mega ceritakan. Jika Rajendra benar mencintai Nara, mereka tidak harus memiliki kesamaan tetapi mereka harus saling melengkapi. Rajendra menjadi pendengar yang baik sambil menimpali singkat, dia tidak bisa mengubah kebiasaannya di hadapan Mama Nara pun, hanya pada Nara lah dia berbeda. Sampai ibu Nara membawakan berbagai makanan, yang salah satunya lapis legit kesukaan Nara. Papa Nara pun ternyata sangat welcome padanya, mereka satu frekuensi. Sama-sama pendiam, Rajendra tersenyum saat merasakan lampu hijau.

"Begitu," akhirnya sambil mengelus rambut Nara yang tiduran di pahanya.

"Kenapa bisa kepikiran datang ke rumah aku?" Tanya Nara penasaran. Rajendra ini sungguh mystery, dia seperti misteri box. Saat dibuka, saat Nara mengetahui bagaimana dalamnya Nara jadi terkejut. Untung ini positif.

"Kepikiran saja. Ternyata orang tua kamu lebih welcome sama perasaan mas," ujarnya, Rajendra menatap tepat pada Nara yang memejamkan matanya.

"Ya karena sebelum ini kan aku pernah ketemu Rajendra si kulkas berjalan-" Nara membuka matanya cepat lalu merubah posisinya menjadi duduk. "Aku mau pulang sekarang deh, aku lupa mau ada acara besok di kampus." Nara panik saat mengingat acara besok, dia belum mempersiapkan kostum apapun untuk besok. Rencananya besok ada lomba fotografi. Dia sudah janji untuk membantu Chandra.

"Menginap disini saja ya? Besok mas antarkan ke kampusnya," tawar Rajendra. Nara terdiam lalu memilih menggeleng, dia harus konsultasi beberapa hal dengan Chandra dulu. Tidak bisa dilakukan di sini. Bukannya apa, tapi Nara butuh menyiapkan sesuatu juga dan itu hanya bisa dilakukan di kostnya.

"Maaf mas, aku gak bisa. Mas istirahat aja biar aku pulang naik ojol atau apalah gitu," Nara lekas mengambil tas nya namun berhenti saat Rajendra memegang tangannya.

"No, mas antarkan saja." kata Rajendra.

"Nooo, mas pasti capek jadi istirahat aja. Kalau nggak biar Pak Hirman aja okey?" Nara menawarkan agar diantar Pak Hirman saja, Rajendra baru pulang pasti merasa capek.

"Gak, sama mas atau menginap di sini?" Rajendra memberikan penawaran terakhirnya yang membuat Nara tidak ada pilihan lain selain di antar Rajendra.

Selama perjalanan, Nara menyibukkan dirinya bertukar chat dengan Chandra. Tentang apa saja yang harus Nara lakukan dan persiapkan, ini kali kedua Nara membantu Chandra. Dan Nara suka saat dirinya difoto, dia merasa bahagia dengan berpose-pose. Apalagi Chandra itu terkenal kreatif, pasti menyenangkan.

Nara mengerutkan keningnya karena merasa mobil berjalan dengan lambat, "Kenapa kok pelan banget mas?" Tanya Nara, mobil Rajendra bukan hanya berjalan dengan biasa namun lebih pelan.

Rajendra menatap Nara, "Biar lebih lama." Jawabnya.

"Lebih lama apa?"

"Kita. Mas baru bertemu kamu satu jam satu hari ini," ujar Rajendra dengan pelan membuat Nara tertawa. Nara memasukkan ponselnya dalam tas lalu memberikan atensinya pada Rajendra membuat senyum Rajendra melebar.

Mereka melalui perjalanan dengan hening, perjalanan yang seharusnya hanya lima belas menit menjadi dua kali lipat lebih lama. Namun mereka menikmati, saat sampai di kost Nara, Nara tidak segera keluar. Mereka menatap satu sama lain lalu Rajendra memberikan ciuman di dahi Nara dengan lama, sangat lama. Meresapi setiap aroma Nara. Nara tersenyum lalu membawa tangan Rajendra pada bibirnya, mengecup tangan Rajendra. Itu menjadi ritual sebelum mereka berpisah untuk pergi ke tempat masing-masing, ritual yang hikmat dan menyenangkan.

"Good night My Nara."

"Good night Mas Rajen."

TBC

Fall In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang