Happy reading 💜💛
Bulan nampak gagah di singgasananya. Menerangi langit dengan arogan tanpa adanya sahabat, si bintang. Sekali lihat, suasana di sekitar gang itu menampakan aura mencekam.
Entah datang dari udara malam yang menggigil kan, atau sosok tinggi tegap berwajah adonis sempurna yang berdiri dengan aura kaisar tertinggi di ujung jalan.
Menatap ke depan sambil berpangku tangan. Memamerkan kearoganan yang mengintimidasi lawan.
Sosok lain dengan kondisi terpojok menatapnya dengan rasa takut berlebihan. Matanya bergerak liar mencari jalan keluar. Sayang, yang ia temukan hanya dinding gang yang memblokir seluruh jalan.
"T-tolong... Ampun, Zi. Gue gak tahu, d-dia ada di mana"
Kekehan bernada rendah keluar. Ia menurunkan tudung jaket yang menghalangi pandangan. Membuat surai lebatnya yang berwarna hitam kelam menjadi mainan angin yang menerbangkan. Sudut bibir merah itu menciptakan senyuman.
"How about your father?"
Teror. Suara baritone yang mengalun itu sungguh membuat nadinya berkerja terlalu cepat.
"A-ayah gue gak tahu apa-apa, Zi. Sumpah"
Netra onyx itu seketika terpejam. Si pemilik memiringkan wajah sambil mengusap pelan sudut alis tebalnya. Beberapa detik kemudian kembali ia layangkan tatapan, yang demi apapun mampu membuat sosok di depannya kesulitan bernafas.
"Ck... Dion Fernanda. Lo udah gak berguna"
Dion memundurkan langkah. Punggungnya bahkan sudah bersentuhan dengan dinding gang. Penuh rasa takut ia menatap sosok di depannya putus asa.
"Zi... A-ampun... G-gue gak tahu kalau- kalau itu Lo"
"Ck... Anjing lah. Lama banget, sumpah! Tinggal abisin apa susahnya, Enzi!"
Suara lain terdengar dari earpich yang Enzi kenakan.
Enzi, adalah sosok yang berperan sebagai pihak mengintimidasi atas sosok Dion yang berdiri terpojok di ujung gang.
Pemuda itu dengan enteng melepas earpich yang terus memperdengarkan suara cerewet dari rekannya di ujung sana. Setelahnya mengambil langkah mendekat pada Dion.
"Enzi... Ampun"
Bola mata Enzi melirik sekitar. Tak ada yang mampu menarik perhatiannya.
"Tangan kosong, bisa kan zi? Gue ngantuk, bangsat, pengen pulang"
Sudah dilepas dari telinga, bukan berarti benda kecil canggih itu tak lagi bisa mengeluarkan suara. Enzi berdecak, seberapa keras suara sahabatnya sampai masih mampu terdengar. Haruskah ia matikan saja benda kecil sialan ini?
"Gue hantam sampe Lo berani hancurin earpich gue. Itu belinya pake uang, tolol. Bukan daun, apalagi sempaknya Raldo"
"Kok gue sih, Aronanjing!"
Dua manusia ini. Enzi benar-benar menjauhkan earpich dari tubuhnya. Tak mempedulikan peringatan sosok bernama Aron, benda kecil itu hancur lebur di bawah boot hitam mahalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enzi : [The King Of Phoenix] ✓
RandomNamanya Enzi Kaivan Arkananta. Pemimpin dengan aura tak terbantah yang penuh pesona. Enzi punya segalanya. Harta, kekuasaan, kedudukan. Namun semua hal itu tak serta merta membuat hidupnya bahagia. Sejak awal kata bahagia tak ada dalam kamus hidupny...