Happy reading 💜
•••
"ARGHHHH!"
Raut wajah pemuda itu tak berubah sedikitpun. Matanya tetap tenang sambil menyorot pada layar laptop yang menampilkan pemandangan di sebuah ruangan gelap nan suram.
Menumpu tangan di atas meja, Enzi menciptakan ketukan dengan telunjuknya seirama dengan jarum jam. Santai menonton adegan penyiksaan live dari Azkaban.
Ruang rekreasi di kastil Zenrafos sepi. Hanya ada suara teriakan pilu Eros yang berasal dari laptop.
Di Azkaban sana, Kenzo menjalankan tugasnya mengintrogasi Eros. Eros yang sekarat hanya bisa berteriak pilu. Namun sejak dua jam, pria itu masih tak membuka mulutnya. Para inti Phoenix menonton adegan itu lewat layar laptop.
Sadewa menghela nafas. "Dia ngerepotin. Bisa dikebiri aja gak sih?"
"Dia belum buka mulut, bangsul." Teriak Rafa.
"Kan tinggal di–ngap–in doang." Sahut Raldo.
"Lo diam udah." Sentak Aron pada Raldo. Mereka hampir bosan menunggu, Raldo malah berbicara omong kosong.
Agha menggeleng pelan atas kelakuan para kawannya. Pemuda yang duduk di sebelah Enzi itu diam mengawasi Aron dan Raldo yang hampir beradu jotos hanya karena permasalahan kecil.
Ia menoleh sekilas pada Enzi. Enzi sejak tadi tak mengalihkan tatapan dari layar laptop.
Mereka telah membayangkan bahwa Eros akan keras kepala. Pria itu tidak mungkin dengan mudah memberitahukan apa yang mereka inginkan. Sejak awal ditahan, mereka tak menanyakan apapun karena memang tak ada yang patut mereka pertanyakan dari Eros. Berbeda dengan saat ini, di mana mereka tengah membutuhkan informasi dari pria yang pernah berprofesi sebagai pasukan berani mati itu.
Mengenai David Erlangga. Hanya Eros yang bisa memberi tahu mereka.
Di layar, terlihat Eros duduk di atas kursi dalam keadaan terikat. Mata kanan Eros yang cacat mengeluarkan darah segar. Hampir membusuk. Keseluruhan jari tangan dan kaki telah raip. Eros tak ubahnya potongan daging bermandikan darah. Jejak penyiksaan di seluruh tubuhnya membawa rasa sakit. Eros tak berhenti meringis pilu.
Krakk!
"GRHHH!!!!"
Lutut kanan Eros dibengkokkan paksa. Teriakan pria itu menggema.
"Siram dia dengan air keras." Perintah Enzi.
Byuurr...
"ARGHHHHHH"
Epidermis meleleh. Menciptakan luka menganga dan memerah. Otak Eros berdengung keras. Tak mampu menahan rasa sakit yang menjejali secara bersamaan.
"Dia gak akan buka mulut." Ucap Agha.
Enzi tak melirik. Namun benaknya mengatakan hal yang sama.
Ah, sekarang apa yang harus dia lakukan?
Enzi menyenderkan tubuh. Tangannya terus menciptakan ketukan. Netra pemuda itu berkilat.
"Kenzo, enough."
Kenzo mendengar perintah Enzi. Ia menarik pisau yang hampir membelah daging betis Eros. Mengisyaratkan para Dementor untuk mundur, Kenzo menghadap layar di mana terdapat keberadaan Enzi.
"Harus gue apain, king?"
Enzi menarik sudut bibir. Sejak dilatih oleh Raldo, Kenzo banyak berubah. Pemuda yang tak memiliki tujuan hidup itu berubah menjadi monster penyiksa. Setelah keluar dari Sagara, Kenzo menawarkan kesetiaan pada Phoenix.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enzi : [The King Of Phoenix] ✓
De TodoNamanya Enzi Kaivan Arkananta. Pemimpin dengan aura tak terbantah yang penuh pesona. Enzi punya segalanya. Harta, kekuasaan, kedudukan. Namun semua hal itu tak serta merta membuat hidupnya bahagia. Sejak awal kata bahagia tak ada dalam kamus hidupny...