Happy reading 💜💛
•••
Hari Kamis dan waktu istrahat kedua di SBN telah tiba. Cuaca begitu terik. Beberapa murid pasti sudah ada yang bolos dari pada menunggu bel pulang yang berdentang dua jam lagi.
Kantin umum tampak ramai. Keenam pangeran berkuasa itu telah menghuni satu meja panjang yang letaknya khusus di ujung kantin. Cukup jauh dari keramaian dan tentunya menawarkan kedamaian yang tak mereka dapatkan jika duduk di deretan bangku kantin biasa yang saling berdempetan.
Enzi duduk di kepala meja. Pemuda itu memang tak terlalu suka berbagi tempat duduk dengan orang lain. Bahkan dengan kelima sahabatnya.
Rafa dan Sadewa duduk di sisi kiri meja. Sedangkan Aron, Raldo dan Agha duduk di sisi lainnya.
Meja mereka kosong. Hanya Raldo yang begitu menikmati ramen impor yang kemarin Agha janjikan. Ada juga segerobak bakso bakar yang terletak tak jauh dari mereka.
"Pelit banget, bangsat" umpat Sadewa memandang Raldo tajam.
Dibalas Raldo dengan juluran lidah. Tak mau berbicara dulu karena ramen yang ia makan masih tersisa banyak.
"Lo gak mungkin juga ngabisin bakso bakar segerobak itu. Bagi lah, Ral!" Pinta Aron kesekian kalinya.
Rafa diam-diam memutar bola mata malas. Sejak gerobak itu dibawakan oleh bawahan Agha, Sadewa dan Aron tak berhenti meminta Raldo untuk membagi makanan bulat itu pada mereka. Raldo yang cukup jahil tak memberikan. Apalagi di sampingnya ada Agha yang siap pasang badan jika sampai Sadewa atau Aron bertindak.
"Kenapa kalian gak beli makanan lain aja sih?" Tukas Rafa mulai kesal.
Sadewa mendelik "males ah. Gue maunya bakso bakar"
"Bocah"
"Apa Lo bilang?!" Rafa duluan menyumbat telinga dengan earphone. Hari ini ia membawa laptopnya untuk bermain game. Lebih baik dari pada menanggapi para sahabatnya yang bersifat chilldish.
"Orang pelit kuburannya sempit Lo, ral" Aron masih belum menyerah.
"Nanti gue lebarin. Bilang kakek pilih tanah di Garuda"
"Si bocil" cibir Sadewa lagi. Garuda itu nama perumahan elit kalangan atas. Mereka berenam memang setidaknya memiliki dua mansion di daerah itu.
"Gini aja. Kita main batu, gunting, kertas. Satu kali menang, sebungkus bakso bakar. Gimana?" Aron mulai dengan taktik liciknya.
Raldo tampak berpikir. Sejenak melirik Agha yang tak menampilkan ekspresi.
"Gimana menurut Lo, gha"
"Terserah"
"Anjir, kek cewek" Sadewa menertawakan jawaban Agha.
Agha meliriknya tajam "pulang gue tunggu di sanggar"
Mampus. Wajah Sadewa langsung pias. Beda lagi dengan Aron dan Raldo yang kini kompak menertawakannya.
"Makan tuh, terserah" Aron tertawa sampai memegangi perutnya.
"Sialan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Enzi : [The King Of Phoenix] ✓
РазноеNamanya Enzi Kaivan Arkananta. Pemimpin dengan aura tak terbantah yang penuh pesona. Enzi punya segalanya. Harta, kekuasaan, kedudukan. Namun semua hal itu tak serta merta membuat hidupnya bahagia. Sejak awal kata bahagia tak ada dalam kamus hidupny...