108 || Enzi:[The King Of Phoenix]

1.7K 146 32
                                    

Happy reading 💜






•••






"Lukanya gak serius kan, Dok?"

"Selama diberi penanganan tepat, saya yakin tidak akan ada masalah serius. Anda tidak perlu khawatir, Nona."

Penjelasan Dr. Helena sedikit membuat Zanita lega. Ia tetap memperhatikan bagaimana luka Enzi diperban. Sesekali gadis itu meringis seolah ia mampu merasakan. Enzi yang duduk di sebelahnya tampak tersenyum gemas.

"Makasih, Dok."

"Tidak masalah, Nona. Kalau begitu saya permisi."

Zanita memperhatikan tubuh Dr. Helena yang telah menghilang di balik pintu kamar. Gadis itu kemudian beralih menatap pemuda yang duduk di sebelahnya. Pipi Zanita merona sekilas. Melihat Enzi bertelanjang dada. Apalagi kondisi rambut Enzi yang sedikit basah karena pemuda itu baru saja selesai membersihkan diri sebelum akhirnya ia paksa untuk mengganti perban.

Enzi menaikan sebelah alisnya. Meneliti wajah Zanita yang memerah. Pemuda itu tersenyum kecil. Enzi mencubit pipi ranum gadisnya gemas.

"Kenapa?"

"Eng-enggak."

Zanita bangkit dari sofa menuju kasur. Di sana ia mengambil kaos hitam yang tadi digunakan Enzi. Zanita kembali sambil membawa benda itu untuk diberikan kepada Enzi.

"Pake baju gih." Suruh Zanita.

Enzi meraih kaos yang Zanita berikan. Namun tak langsung memakainya.

"Enakan juga gini." Zanita melotot sebal. Kalau tak ingat bahwa Enzi masih terluka, ia pasti sudah melayangkan pukulan pada bahu Enzi.

"Pake gak?!"

Enzi terkekeh. Ia menarik Zanita untuk bergabung bersamanya. Enzi selalu suka menempatkan Zanita di atas pangkuannya. Karena posisi itu membuat ia lebih dekat dan lebih leluasa memeluk Zanita.

Zanita yang duduk menyamping di atas pangkuan Enzi semakin merasakan pipinya memanas. Gadis itu beberapa kali mencoba bangkit, jika saja tangan Enzi tak mencekal pinggangnya.

"Aku gak bohong. Enakan juga gini. Kalau pake baju ntar kena lukanya sakit."

Enzi berasalan. Sebenarnya, ia hanya ingin menggoda Zanita. Gadisnya yang nakal itu diam-diam terus melirik ke arah perutnya. Enzi berusaha keras menahan tawa.

"Ma-makanya pakenya hati-hati." Zanita berulang kali mengerjabkan mata. Otaknya menghitung banyaknya kotak yang terpahat di perut Enzi. Sebelum kemudian tersadar dan langsung menggeleng kuat.

"P-pake ya? Kalau hati-hati kan gak bakal sakit." Zanita memohon. Dirinya menolak dikatai mesum. Tapi disuguhkan pemandangan tubuh tegap dengan otot-otot itu, Zanita bisa-bisa lupa daratan.

Enzi benar-benar sudah tak bisa menahan tawa. Enzi bahkan menjatuhkan keningnya di bahu Zanita. Pemuda itu terus tertawa dan menghiraukan Zanita yang wajahnya nyaris meledak.

"Enziii."

"Iya, sayang."

Zanita akan meleleh. Berapa lama ia tak merasakan momen manis seperti ini?

Enzi : [The King Of Phoenix] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang