Happy reading 💜💛
•••
"Tuan Arkan, anda berbakat menjadi peramal"
Zanita merasa detak jantungnya seolah berhenti sesaat setelah mendengar suara itu. Ia mendongak dan menemukan sepasang mata sehitam jelaga tengah memandangnya intens.
Ia meneguk ludah. Sejenak tak tahu harus berbuat apa.
Enzi menunduk meraih Zanita agar berdiri bersamanya. Sebelah tangannya melingkari pinggang ramping gadis itu, Sementara yang lainnya tengah memegang dagu Zanita demi bisa menghadapkan wajah basah itu kepadanya.
Zanita menangis, hal yang tidak boleh terjadi.
Di tambah lagi, Enzi merasa iblis dalam dirinya terpanggil saat melihat bekas tangan pada pipi ranum gadisnya.
Enzi menggeram marah. Tanpa mau repot-repot menyembunyikan ekspresinya ia langsung melayangkan pandangan pada satu persatu orang-orang yang berdiri di depannya.
"How dare you" ucap Enzi penuh penekanan. Menebar aura haus darah. Enzi teramat ingin menghancurkan orang yang berani menyakiti Zanita.
Orang-orang yang menerima pandangan bak predator itu tanpa sadar mundur selangkah. Tak kuat menahan intimidasi Enzi yang sukses menghambat pernafasan.
Enzi hampir maju, tetapi tangan seseorang lebih dulu menahan lengannya. Enzi menoleh dengan enggan, dan yang ia dapati adalah wajah panik Zanita.
"Gak... Jangan, Zi"
Enzi menatap bola mata coklat favoritnya yang tergenang air mata. Tangannya terkepal, merasakan perasaan sesak. Ia teramat benci melihat Zanita menangis.
"Jadi kamu laki-laki yang membawa Zanita semalam?" Enzi dan Zanita otomatis menoleh pada orang yang baru saja berbicara.
Arkan berjuang keras menyembunyikan tubuhnya yang bergetar tak kuat merasakan aura Enzi. Ia melipat tangan angkuh. Menatap Enzi remeh yang membuat Zanita menatapnya horor.
Tidak. Arkan tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa.
"Jadi, berapa kamu membayar gadis-- ohh... ralat. Berapa kamu membayar wanita ini"
Timbul keheningan setelahnya.
Arkan menanti balasan Enzi dengan senyum mengejek.
Tak lama, senyum misterius hadir di wajah sang adonis.
Yang sungguh demi apapun membuat Ghani, Winda, dan Evelyn yang sejak tadi terdiam merasa diliputi teror.
Lain dengan Arkan yang memaksakan diri untuk tak gentar, demi egonya yang menolak kalah oleh laki-laki misterius di depannya.
Sementara Zanita, gadis itu memejamkan mata demi mengontrol detak jantungnya yang mendadak menggila. Arkan sebodoh apa sampai tak menyadari pandangan membunuh Enzi?
"Zani berharga. Harga diri kalian bahkan tidak bisa membelinya" ujar Enzi masih dengan senyuman.
Boom!

KAMU SEDANG MEMBACA
Enzi : [The King Of Phoenix] ✓
DiversosNamanya Enzi Kaivan Arkananta. Pemimpin dengan aura tak terbantah yang penuh pesona. Enzi punya segalanya. Harta, kekuasaan, kedudukan. Namun semua hal itu tak serta merta membuat hidupnya bahagia. Sejak awal kata bahagia tak ada dalam kamus hidupny...