Happy reading 💜
•••
Kepalanya pusing. Perutnya bergejolak. Tak banyak yang diasup lambungnya saat sarapan, namun Zanita menebak jika Enzi tak segera menurunkannya semua isi perutnya akan keluar.
Dari kantin hingga parkiran, Zanita masih dapat menahan kepalanya yang berdenyut. Pusing karena posisi terbalik. Kini bahkan saat tiba di mansion Enzi seolah sengaja dengan tetap menggendongnya di pundak. Zanita tak menemukan perbedaan dirinya dengan karung beras.
Tidakkah Enzi tahu kalau posisi terbalik ini sungguh menyiksa?
"Enzi, ugh... Aku mau muntah!"
Para pelayan membungkuk hormat. Enzi tak sedikitpun mendengarkan perkataan Zanita. Zanita menatap Tami dengan tatapan meminta tolong.
"Mbak! T-Tolongin! Aku.... Hummnbb....."
Zanita menangis. Merasa sesuatu memaksa naik dari lambungnya. Zanita sekuat tenaga menahan. Beruntung mereka telah tiba di kamar dan Enzi segera menurunkan. Zanita terseok menuju kamar mandi. Memuntahkan isi perutnya.
"Hoekk!!"
Enzi menatap dari pintu kamar mandi. Melihat Zanita yang wajahnya memucat. Gadis itu menunduk di closed dan terus memuntahkan isi perutnya.
"Hoooeekkkk... Enzi, si-alan."
Menaikan alisnya, Enzi tersenyum tipis saat Zanita meliriknya penuh dendam. Gadis itu mengusap sisi bibirnya yang basah. Dalam sekejap, perutnya benar-benar dikosongkan.
Zanita keluar dari kamar mandi sambil menabrakkan bahunya dengan Enzi. Malah dia yang merasa sakit. Ia mendengar tawa kecil dari belakang tubuhnya. Tak perlu mencari tahu tentu asalnya dari Enzi.
"Puas main-mainnya, sayang?"
Zanita mendelik. Tangannya membuang kasar bekas tisu yang ia pakai mengelap bibirnya.
"Main-main apa? Harusnya kamu yang puas! Habis mesra-mesraan sama Evelyn terus gendong aku sampe pusing dan muntah? Kan?"
Enzi tertawa. Merasa sangat terhibur dengan sikap Zanita. Ia mendekati Zanita. Menarik gadis itu untuk duduk di atas pangkuannya saat ia mendudukkan diri di sofa.
Tangannya meraih tisu. Dengan telaten menggantikan Zanita mengusap bibir ranum miliknya.
"Mesra? Evelyn?" Enzi menarik sudut bibir. "Kalau itu dibilang mesra, kamu dan Haidar apa kabar?"
"Aku mulai mikir kalau matahin tangan Haidar pasti menarik."
Zanita menepuk pundak Enzi keras. Bibirnya maju membuat wajahnya cemberut. Gadis yang rambutnya dikucir itu menatap menunjuk Enzi tepat di depan mata.
"Coba aja kalau berani. Aku jamin aku gak akan bicara sama kamu selamanya!"
"Kamu ngencem?"
"Belajar dari kamu."
"Aku gak suka."
"Tapi aku suka."

KAMU SEDANG MEMBACA
Enzi : [The King Of Phoenix] ✓
AcakNamanya Enzi Kaivan Arkananta. Pemimpin dengan aura tak terbantah yang penuh pesona. Enzi punya segalanya. Harta, kekuasaan, kedudukan. Namun semua hal itu tak serta merta membuat hidupnya bahagia. Sejak awal kata bahagia tak ada dalam kamus hidupny...