107 || Enzi:[The King Of Phoenix]

2.2K 176 112
                                    

Happy reading 💜













•••













Enzi baru saja tiba di mansion, namun jantungnya dibuat memompa keras karena netranya menangkap keributan orang-orang di lantai lima.

Para sahabatnya berdiri di sana, tengah berbicara dengan Dr. Helena. Enzi melangkah dengan wajah kaku. Ia mati-matian menahan amarah karena perintahnya dilanggar. Sudah ia katakan, jangan pernah menginjakkan kaki di lantai lima, kecuali atas izinnya.

Haidar orang pertama yang menyadari kehadiran Enzi. Menangkap aura tak beres, pemuda itu lantas menunduk hormat. Inti Phoenix pun kini menyadari kedatangan Enzi.

"Apa yang kalian lakukan di sini?" Suara Enzi terdengar rendah dan penuh penekanan. Menyiratkan seberapa marah dirinya.

Inti phoenix berbagi pandangan. Satu-satunya wanita di sana tiba-tiba angkat suara.

"Tuan, Nona Zanita telah siuman."

Pernyataan Dr. Helena membuat pandangan Enzi berubah. Pemuda itu sejenak membeku tak menemukan tenaga untuk bergerak. Perlahan pandangannya tertuju pada pintu kamar. Ada celah yang sedikit terbuka. Telinga Enzi dapat mendengar obrolan hangat. Enzi bergetar hebat saat mengenali sebuah suara.

"Dia nyariin Lo." Ucap Agha datar. Di saat bersamaan, Naya dan Anna telah melangkah keluar dari kamar. Waktu yang tepat, karena Rafa langsung mengode kedua gadis itu untuk berdiri di belakang mereka. Ada Sadewa yang lebih dulu memasang badan di depan Anna. Karena menangkap setitik pandangan gelap Enzi yang menghujam gadisnya sekilas.

"Silahkan temui dia." Ucap Rafa. Kemudian menyusul langkah teman-temannya yang berniat memberi Enzi ruang.

Dalam sekejap, lantai itu dikosongkan. Enzi masih berdiri di tempatnya. Bingung harus melakukan apa. Dadanya bergejolak. Memaki kebodohannya. Harusnya Enzi berlari ke Zanita. Ia malah diserang prasangka, gadisnya akan menjauhinya.

Enzi mengepalkan tangan. Tanpa disangka Enzi berbalik. Ia melangkah ke arah lift. Menekan tombol di sana dan masuk ke kotak besi itu.

Enzi hampir menekan tombol untuk turun saat kesadarannya di sentak bunyi memekakkan telinga yang datang dari arah kamar.

Enzi mengumpat keras-keras. Tungkainya berlari kencang dan mendobrak pintu kamar.

Pandangan Enzi menjelajah. Ia menemukan pecahan piring tepat di bawah ranjang, beserta presensi seorang gadis yang mencoba meraihnya.

Enzi berseru panik. "Queen!"

Sosok itu terkejut. Tak jadi menggerakkan tangannya ingin meraih pecahan piring. Lehernya mendongak, membuat pandangan mereka bertemu. Ada jeda panjang yang tercipta. Keduanya terdiam lama sambil menyelami pandangan masing-masing.

Enzi kembali terpaku. Melihat sepasang netra coklat favoritnya yang lama tersembunyi. Tak ada yang mampu menggambarkan perasaannya kini.

"Enzi?"

Saat suara lembut itu menyebut namanya, Enzi kembali terpaku. Enzi bergetar. Semakin tak menemukan tenaga untuk mendekat.

Enzi : [The King Of Phoenix] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang