16 || Enzi:[The King Of Phoenix]

4.7K 252 5
                                        

Happy reading 💜💛

•••

Sinar matahari mulai merembes dari celah-celah gorden berwarna abu itu. Menerangi ruangan yang semula gelap dan hanya mengandalkan temaramnya Lambu tidur.

Di ranjang king size berseprai abu, sosok gadis cantik dengan perban di kepalanya nampak masih tertidur lelap. Cairan infus terus menetes, mengalir ke tangan putihnya melalui selang dan jarum infus.

Pintu kamar kecil yang terdapat dalam ruangan itu terbuka. Menampilkan keberadaan pemuda tampan yang keluar tanpa atasan. Tubuh bagian bawahnya hanya berbalut handuk putih.

Tubuh dengan pahatan otot yang sempurna itu mendekati ranjang. Ia memperhatikan wajah gadis cantik yang masih terlelap. Tangannya bergerak merapikan rambut coklat si gadis yang menghalangi pandangan.

Helaan nafas panjang terdengar. Ia meraih telepon yang tertempel di dinding kamar. Tepat berada dekat di kepala ranjang. Fungsinya adalah menghubungi para pelayan jika mereka diperlukan.

"Ya, tuan. Apa yang anda butuhkan?"

"Sambungkan dengan Dr. Helena"

Tak sampai sepuluh detik, suara dokter wanita bernama Helena itu terdengar.

"Ya, Tuan. Ini saya"

"Kenapa Zani belum bangun juga?"

"Sepertinya Nona masih cukup lelah, tuan. Saya yakin tidak ada yang perlu dikhawatirkan."

Enzi menutup sambungan telepon begitu saja.

Sekilas kembali melirik Zanita, Enzi berjanji jika gadisnya belum bangun juga Dr. Helena atau siapapun itu akan berada dalam bahaya.

Enzi masuk ke walk in closed. Tak menyadari bahwa tepat di saat ia memasuki ruang penuh pakaiannya itu, gadis cantik yang sedang berbaring di ranjangnya pelan-pelan mulai membuka mata.

Hal pertama yang ia lihat adalah langit-langit kamar yang tinggi. Ia menggerakan tangannya yang terdapat jarum infus. Tiba-tiba merasakan kepalanya berdenyut nyeri saat ia mencoba untuk bangkit.

Zanita duduk, menatap sekitarnya kosong. Otak gadis itu reflek memutar kejadian sebelumnya yang ia alami.

Pelan namu pasti, rasa sakit yang berasal dari dalam dadanya mulai hadir.

Bayangan-bayangan kejadian itu terputar bagai kaset rusak di otaknya.

Zanita gemetar. Wajah seseorang yang hampir melecehkannya terlintas. Permohonan apapun yang ia suarakan tak membuat orang itu menghentikan niatnya.

Tangannya meremas rambutnya kasar.

Bagaimana ia berlari dan terjatuh dari tangga, ia yang ditindih oleh orang itu di atas sofa, semuanya jelas. Dalam ingatan Zanita semuanya terasa jelas.

Zanita tak dapat mengontrol emosi lagi, setetes air mata jatuh. Di susul dengan yang lainnya yang berlomba-lomba keluar dari mata cokelatnya. Zanita terisak dan melepas infusnya kasar hingga darah merembes dari tangan putihnya.

Enzi : [The King Of Phoenix] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang