Happy reading 💜
•••
Menurut GPS yang ia letakan di kalung Zanita, gadis itu harusnya berada di toilet perempuan yang letaknya dekat dengan lapangan outdoor SBN.
Enzi pergi ke sana dengan perasaan tak karuan. Benaknya mengingat perkataan Naya soal keadaan Zanita.
Ia tiba di sana. Bersamaan dengan pintu ruangan itu yang terbuka dari dalam. Enzi menghela nafas lega. Yang membuka pintu itu tadi adalah Zanita. Gadis itu masih memakai pakaian olahraga. Tanpa ada satupun luka, seperti kekhawatirannya.
"Zanita."
Zanita memasang wajah bingung. Tangannya digenggam oleh Enzi. Wajah kekasihnya memperlihatkan kekhawatiran.
"Dari mana?" Tanya Enzi.
"Toilet." Jawab Zanita sambil menunjuk tempat yang ia sebutkan dengan jempol.
Enzi bergerak merapikan untaian rambut Zanita yang keluar dari ikatan. Sejurus dengan matanya yang terus menyorot wajah cantik itu. Enzi membawa Zanita dalam pelukan. Berusahalah menenangkan jantungnya yang berdetak kencang akibat ketakutan.
Takut Zanita menghilang dari pandangannya.
"Kenapa?" Tanya Zanita jelas kebingungan. Mau tak mau juga membalas pelukan Enzi. Dirinya bisa tahu bahwa suasana hari pemuda itu sedang tidak baik.
"Aku kira kamu hilang."
Tawa kecil meluncur dari bibir Zanita. Gadis itu melerai pelukan mereka dan bergerak mengusap rahang tegas Enzi penuh sayang.
"Mana ada ilang, Enzi. Aku di sini."
Enzi mengangguk. Merasa lebih baik berkat Zanita. Kini mereka berdua berjalan meninggalkan tempat itu.
"Aku mau ke ruang ganti dulu." Ucap Zanita.
"Aku anter." Sahut Enzi terdengar serius.
"Gak usah. Mending kamu tungguin aku di kantin aja. Gak enak juga ntar kamu kelamaan nunggu."
Enzi menggeleng. Tetap mempertahankan keputusannya ingin mengantar Zanita. Pemuda itu berjalan lebih cepat sambil menggenggam tangan Zanita.
Sementara Zanita hanya mampu menghela nafas. Menatap punggung tegap Enzi dengan pandangan sendu tanpa seorang pun ketahui.
•••
"Lo kali yang gila!"
"Lo lah! Dia aja gak tahu Lo bernafas di bumi ini, masih aja berharap jadi istri dia."
"Emang kenapa?! Harapan gue ngebuat beras di rumah Lo habis?"
"Gak. Gue cuma ingetin kalau harapan itu bisa jadi senjata patah hati."
"Lah yang patah hati kan gue. Kenapa Lo yang sewot!"
"Gue—"
"DIAM!"
Kicep. Naya dan Sadewa yang sejak tadi berdebat alot langsung terdiam usai teriakan galak dari Agha terdengar. Bahkan seisi kantin sama. Semuanya membatu dengan pandangan horor ke arah lelaki tampan itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Enzi : [The King Of Phoenix] ✓
RastgeleNamanya Enzi Kaivan Arkananta. Pemimpin dengan aura tak terbantah yang penuh pesona. Enzi punya segalanya. Harta, kekuasaan, kedudukan. Namun semua hal itu tak serta merta membuat hidupnya bahagia. Sejak awal kata bahagia tak ada dalam kamus hidupny...