Happy reading 💜💛
•••
"Enzi" panggil Agha dengan nada bingung.
Enzi mendongak. Menatap mata sahabat satu persatu dengan wajah datar. Enzi berdecak, memberikan ponsel milik Raldo kepada Agha dan mendudukan diri di sofa tanpa sekalipun berkata-kata.
Sadewa membentuk pola melingkar dengan tangan pada pelipisnya. Isyarat untuk Agha bahwa ada yang tak beres dengan otak Enzi.
Sedang Aron mulai memincingkan mata. Tak menghiraukan keadaan lengannya yang rasanya kebas akibat remasan Raldo yang sejak tadi menatap Enzi ketakutan.
"Enzi udah aneh, tambah aneh." Bisik Aron. Sadewa menyikut pinggang pemuda itu kasar.
"Didengar orangnya ntar, anjing!"
"Woe, ada apa nih?" Kedatangan Rafa mengundang atensi.
Pemuda yang mengenakan kaos putih polos dilapisi kemeja flannel itu tampak bingung melihat suasana yang tercipta di markas.
Agha menggeleng jengah. Ia mendudukan diri di sofa panjang, diikuti Raldo yang mendadak menjadi pendiam.
"Kok aneh gini suasananya? Ada apa?" Tanya Rafa lagi.
Aron menepuk pundak pemuda itu "gak usah dibahas, mending sekarang jelasin kenapa nama Adnan bisa ada bionya Yola "
Wajah Rafa berubah pias.
"Gue kemarin liat dia juga di Aurora. Jalan sama Adnan" Sadewa menyeringai.
Rafa dikuasai aura membunuh "diem Lo pada! Mereka cuma temen!"
"Yolanda kan dulu sama Lo juga awalnya temenan doang" Sadewa beradu tos dengan Aron. Menikmati raut wajah Rafa yang kini berubah kecut.
"Ciee... Rafa sadboy" timbrung Raldo.
Rafa mengacak rambutnya frustasi. Kenapa sekarang malah ia yang diserang. Padahal tadi ia hanya menanyai soal suasana markas.
"Kasian yang gamon" ejek Aron kembali. Rafa melayangkan tendangan, beruntung Aron cepat menghindar. Pemuda itu duduk di tangan sofa yang diduduki Agha dengan masih menampilkan seringai ejekan pada Rafa.
"Anjing Lo pada!"
Deheman Enzi terdengar. Artinya pemuda itu ingin mereka segera berhenti berdebat. Raldo, Aron, dan Sadewa sekuat tenaga menahan tawa. Rafa yang malang berakhir mengalah dan duduk di kursi tunggal selain yang ditempati Enzi.
"Kenapa Lo suruh ngumpul? Ada yang mau diomongin?" Tanya Sadewa.
"Mana pake telat lagi" cibir Raldo. Pemuda itu duduk menyender di sofa. Kedua kakinya menguasai tempat tak memberi akses untuk Sadewa yang terpaksa duduk di kursi bar. Sadewa menggelengkan kepala melihat Agha yang tampak tak terganggu dengan kaki Raldo yang menimpa kakinya.
"Macet" singkat Rafa. Pemuda itu menyuruh Sadewa mendekat sambil membawa remote control yang terletak di atas bar mini yang ada di markas.
Setelah mendapatkannya lantas segera menekan salah satu tombol. Membuat proyektor muncul di dinding atas, di mana di sana telah terpampang lokasi GPS dengan titik merah yang ia tandai.

KAMU SEDANG MEMBACA
Enzi : [The King Of Phoenix] ✓
RandomNamanya Enzi Kaivan Arkananta. Pemimpin dengan aura tak terbantah yang penuh pesona. Enzi punya segalanya. Harta, kekuasaan, kedudukan. Namun semua hal itu tak serta merta membuat hidupnya bahagia. Sejak awal kata bahagia tak ada dalam kamus hidupny...