Happy reading 💜
"ARGHHH!"
"T-Tolong..."
Bau darah merebak. Suasana remang dalam ruangan sempit itu membawa hawa mencekam. Tekanan udara yang rendah membuat orang-orang di dalamnya kesulitan bernafas.
Matteo melotot penuh saat merasakan sengatan panas di sepanjang perutnya. dirinya hanya mampu berteriak keras. Seluruh kulitnya terkelupas. Darah mengering dicampuri nanah. Matteo hampir kehabisan suara.
Ia memandang sosok pemuda di depannya. "T-Tolong. Am-ampun!"
Raldo menarik besi panas yang memerah berkat bara api. Benda itu telah berulang kali mengukir luka bakar di sepanjang tubuh Matteo.
Tersenyum kecil, Raldo menjatuhkan besi itu lantas menaruh atensi penuh pada wajah babak belur Matteo.
"Apa, om? Ampun? Om Matteo minta ampun? Gak salah itu, om?"
Kedua tangannya terikat ke atas oleh terali besi. Tubuhnya hanya terbalut celana kain selutut. Selebihnya luka bakar telah menghiasi. Matteo benar-benar putus asa. Rasa sakit akibat penyiksaan ini membuat ia nyaris gila.
Di sampingnya, dengan kondisi tak jauh berbeda ada Kristopel juga David. Keduanya hanya mampu terdiam. Sejenak mengistirahatkan diri saat Raldo disibukkan menyiksa Matteo. Meski sebenarnya hal itu nyaris mustahil, karena rasa sakit di luka mereka terus mengusik.
"Bunuh..."
"Hn?"
"Tolong, b-bunuh saja, aku."
Senyuman Raldo melebar. Pemuda itu kali ini sedikit menjauh dari Matteo untuk menghalau tawa yang hampir keluar.
Bersamaan dengan itu, kedatangan para sahabatnya langsung mengundang perhatian. Ada yang berbeda. Untuk pertama kalinya, Raldo akhirnya melihat keberadaan Sang ketua yang ikut serta.
"Hai, Enzi!'
Enzi tak memandang Raldo. Netranya lebih tertarik memperhatikan beberapa orang yang berdiri berjejer dalam keadaan terikat.
Tubuh mereka menyedihkan. Semua luka yang terlukis nyaris mampu memenuhi tubuh. Dilihat dari segi manapun mereka telah cacat. Fatalnya, luka itu belum cukup mampu merebut nyawa.
Sedangkan, ketiga orang yang terikat itu mulai merasakan hawa mengerikan. Ketiganya pelan-pelan mendongak. Untuk kemudian di hadapkan dengan pemandangan akan kehadiran seseorang yang tak pernah mereka bayangkan.
Kristopel membeku. Matanya bersiborok dengan pandangan tajam itu. Otaknya berdengung keras. Menyuarakan peringatan bahaya. Seluruh jiwa Kristopel seolah dipecut kesadaran.
"Ggrhhhh....!"
Trangg.... Trangg...
Kristopel mengerang keras. Berusaha menjauh sejauh mungkin. Rantai yang membelenggu dirinya ia sentak sekuat tenaga yang malah menciptakan keributan. Kristopel tak peduli. Ia sedang sangat ketakutan.
Inti Phoenix yang menonton semua tingkah Kristopel terang-terangan memandang remeh.
"Pengecut bodoh." Umpat Sadewa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Enzi : [The King Of Phoenix] ✓
РазноеNamanya Enzi Kaivan Arkananta. Pemimpin dengan aura tak terbantah yang penuh pesona. Enzi punya segalanya. Harta, kekuasaan, kedudukan. Namun semua hal itu tak serta merta membuat hidupnya bahagia. Sejak awal kata bahagia tak ada dalam kamus hidupny...