Happy reading 💜
•••
P
ernafasannya tersendat. Bau darah di sekitarnya membuat ia pusing. Teman-temannya terluka parah. Sedangkan dirinya bahkan tak tahu harus berbuat apa.
Zanita menatap dua orang pemuda yang berdiri di depan sana. Saling berhadapan dengan pandangan tajam. Reza baru saja menantang Enzi. Mereka akan bertarung sampai mati.
Zanita tak tahu dan tak dapat menerjemahkan apa yang hatinya rasakan. Namun lebih dari pada itu, Zanita seolah mulai kehilangan jiwa.
Enzi, satu-satunya pria yang mengenalnya arti cinta. Sedangkan Reza, satu-satunya keluarga yang ia punya. Melihat mereka saling membunuh, apa Zanita bisa?
"Olla..."
Anna memanggilnya. Mereka berada dalam kepungan musuh. Inti Phoenix terluka. Pandangan Zanita mengarah pada Haidar yang entah sejak kapan telah berada di depannya. Menjadi tameng, padahal dirinya sendiri terluka.
"A-Anna, gue..."
Anna menarik tangan Zanita untuk digenggamnya. Dirinya tahu seberapa besar Zanita terguncang lewat pancaran mata. Ia tahu pasti tak mudah.
"Gak papa, Zanita. Bukan salah kamu. Semuanya akan baik-baik aja."
Bagaimana semua bisa membaik jika lagi-lagi akan ada seseorang yang merenggang nyawa?
Zanita mencoba membalas senyum lembut Anna. Dirinya bergantian menatap inti Phoenix memperhatikan. Mendekat pada Raldo, Zanita menekan luka pemuda itu guna menghentikan pendarahan.
"G-Gue akan coba untuk percaya sama Enzi."
Sadewa membuang muka. Aron dan Rafa memandang sendu Zanita. Raldo menunduk kehilangan kehangatan di wajahnya. Sementara Haidar tak bergerak seincipun. Mereka kesakitan namun melihat Zanita yang susah payah tersenyum sungguh terlihat menyedihkan.
Di hadapan mereka berdiri Enzi dan Reza.
Enzi sejenak melirik tempat teman-temannya dikepung. Menilik seberapa parah luka yang mereka terima. Mereka memerlukan perawatan. Namun bantuan tak kunjung tiba. Tentu lah Reza tak datang tanpa persiapan. Ia menutup akses komunikasi. Di tambah menguasai sistem mansion. Seluruh mansion tertutup dari dalam. Tak ada seorang pun yang dapat keluar. Jika bantuan datang, akan butuh waktu lama untuk menghancurkan pertahanan mansion.
Tak ada pilihan lain. Enzi harus membunuh Reza.
"Lo menerima tantangan gue kan, Enzi?"
"Tentu."
Reza menyeringai. "Kalau Lo kalah, nyawa mereka gak akan selamat."
"Itu kalau gue kalah." Enzi menghela nafas panjang. "I just need to win this game."
Enzi bersiap. Tubuhnya masih memiliki beberapa cedera namun ia tak akan menyerah begitu saja. Reza dengan santai melepas setiap senjata yang ia punya. Membuat kondisinya sama persis dengan Enzi. Semuanya harus impas. Mereka akan saling membunuh tanpa senjata.
"Gue suka kepercayaan diri Lo. But, I'm also determined to win."
SRESTT
GREPP!
Reza memulai serangan. Melayangkan pukulan pada Enzi. Enzi menangkis. Memutar tubuh, sambil menarik tangan Reza. Reza terjatuh.

KAMU SEDANG MEMBACA
Enzi : [The King Of Phoenix] ✓
AcakNamanya Enzi Kaivan Arkananta. Pemimpin dengan aura tak terbantah yang penuh pesona. Enzi punya segalanya. Harta, kekuasaan, kedudukan. Namun semua hal itu tak serta merta membuat hidupnya bahagia. Sejak awal kata bahagia tak ada dalam kamus hidupny...