Happy reading 💜💛
•••
Hari mulai gelap saat Enzi menginjakan kaki di markas.
Saat masuk menemukan suasana yang sunyi senyap, hal pertama yang matanya cari adalah keberadaan Sadewa.
Rafa yang paham menunjuk pintu sebuah ruangan.
"Gak keluar sejak tadi"
Raldo yang biasanya cerewet hanya termenung di sebelah Agha. Menatap tak minat pada ipad berwarna rose gold yang mana layarnya tengah menampilkan anime kesukaannya.
Ada juga Aron yang sibuk dengan sepuntung rokok. Memilih agak menjauh dari yang lainnya dengan alasan tak ingin membuat Raldo yang alergi asap rokok menjadi sesak.
Lagi-lagi hal yang sama.
Titik terlemah mereka yang dianggap tak ada akan muncul di hari ini.
Enzi melangkah tanpa ekspresi. Duduk di sofa tunggal. Bersandar sambil memejamkan mata.
Kondisi markas yang sunyi adalah peristiwa yang jarang terjadi. Keenam pemuda berkuasa, kompak memikirkan segala hal yang melahirkan jiwa gelap dalam diri masing-masing.
•••
"
Kalian tidak bisa berbuat seperti ini. Mereka tetap anak-anak!"
Sosok wanita cantik itu berteriak serak di tengah-tengah ruangan luas berisi puluhan orang.
"Vivian, berhenti berbuat ulah" Azriel, Suaminya yang berdiri di jejeran petinggi organisasi mereka membentak keras.
Vivian terisak. Tanpa berkata-kata lagi ia berbalik, membuka pintu ganda raksasa ruangan itu dengan susah payah dan berlari keluar menghiraukan panggilan orang-orang.
Puluhan langkah kaki para pengawal menghantuinya, namun ia tak gentar. Tetap berlari dengan kaki telanjang menyusuri lorong demi lorong dalam bangunan istana itu.
Tujuannya hanya satu. Ruangan rekreasi para generasi muda di mana keenam malaikatnya berada.
BRAK!
"Mommy!"
Vivian menutup pintu ruangan. Sebelum membalikkan badan, sempat menghapus lelehan air mata menggantinya dengan senyum penuh kasih sayang.
"Sade" sapanya hangat pada putra kandungnya.
"Pertemuannya udah, mom?" Tanya Sadewa kecil dengan ekspresi kebingungan.
"Bodoh Sadewa. Kalau mommy udah di sini pasti lah pertemuannya udah selesai" sergah anak laki-laki seusianya.
"Aron, gak boleh kasar-kasar, sayang"
Aron kecil hanya cengengesan. Vivian tersenyum sebelum mengalihkan pandangan ke segala penjuru ruangan.
"Rafa, pakai kaca mata kalau lagi lihat komputer"
Anak laki-laki lain yang duduk di sofa tunggal langsung menuruti. Tak lupa melayangkan tatapan yang mengatakan permintaan maafnya karena lagi-lagi melupakan peringatan sang wanita yang dipanggilnya mommy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enzi : [The King Of Phoenix] ✓
AcakNamanya Enzi Kaivan Arkananta. Pemimpin dengan aura tak terbantah yang penuh pesona. Enzi punya segalanya. Harta, kekuasaan, kedudukan. Namun semua hal itu tak serta merta membuat hidupnya bahagia. Sejak awal kata bahagia tak ada dalam kamus hidupny...