Happy reading 💜
••••
Dirinya tiba di rumah sangat larut malam. Hanya Zaky, Haidar dan beberapa pengawal yang bertugas malam yang menyambut kepulangan Enzi. Semuanya telah terlelap. Termasuk gadisnya.
Saat memasuki kamar pribadinya ia melihat keberadaan Zanita yang tertidur pulas. Masih dengan wajah pucat dan infus yang terpasang. Kondisi Zanita diawasi dokter. Mengingat, Enzi menyediakan yang terbaik bagi Zanita agar gadisnya itu sembuh.
Enzi memperhatikan wajah Zanita lama. Sebelum akhirnya memilih memasuki kamar mandi ingin membersihkan diri. Tak masalah dengan dinginnya air, Enzi terlarut dalam pemikiran rumit.
Selesai berganti baju, Enzi keluar lantas kembali mengecek Zanita. Zanita masih pada posisi awalnya. Tertidur dengan nafas teratur.
Enzi menempatkan diri di sisi ranjang. Tak lama pergerakannya sedikit mengusik tidur Zanita. Gadis itu membuka matanya masih dengan kesadaran setengah.
"Hai." Sapa Enzi terdengar lembut.
Zanita mengerjabkan mata. Rasa kantuknya masih mendominasi, namun gadis itu cukup sadar untuk memeluk lengan Enzi.
"Hai." Balas Zanita lirih.
Enzi mengusap kepala Zanita. Mengirimkan rasa nyaman hingga rasanya Zanita hampir kembali terlelap.
"Enzi." Panggilnya.
"Hm?"
"Aku kangen."
Pernyataan Zanita membuat Enzi tertegun. Sial, Zanita bisa membuatnya terserang jantung kronis.
"Dibilang jangan pergi, kamu pergi. Aku gak suka." Zanita bergumam dengan mata terpejam. Wajah cantiknya yang tampak pucat menjadi tontonan seru Enzi.
"Aku sayang kamu." Ucap Enzi tersenyum tipis.
"Isss... Jangan bilang itu."
"Kenapa, hm?"
"Aku... Jadi gak bisa, marah."
Gemas, Enzi mengecup pipi Zanita sekilas. Gadisnya tengah dalam kondisi setengah sadar. Efek obat yang ia minum serta demamnya yang mulai turun.
"Ngantuk." Ujar Zanita.
Enzi membenarkan letak selimut Zanita. Juga letak selang infus agar Zanita bisa tidur leluasa. Setelahnya ia bangkit, menempatkan diri di sofa. Duduk menghadap Zanita. Memperhatikan gadis itu yang kembali terlelap.
Zanita itu penawar. Selelah dan seberat apapun hari yang ia alami, Enzi akan langsung merasa baik-baik saja setelah melihat Zanita.
Bagi Enzi, Zanita adalah persinggahan terakhirnya. Karena Zanita membuatnya lengkap. Memberi arti cinta yang tak pernah ia peroleh. Zanita segalanya.
"Cepat sembuh, sayang." Tulus Enzi. Terus memperhatikan Zanita sampai kantuk menelannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Enzi : [The King Of Phoenix] ✓
RandomNamanya Enzi Kaivan Arkananta. Pemimpin dengan aura tak terbantah yang penuh pesona. Enzi punya segalanya. Harta, kekuasaan, kedudukan. Namun semua hal itu tak serta merta membuat hidupnya bahagia. Sejak awal kata bahagia tak ada dalam kamus hidupny...