45 || Enzi:[The King Of Phoenix]

3.1K 184 5
                                        

Happy reading 💜


•••

"ENZI!"

Zanita panik luar biasa. Ia menjauhkan diri dari pelukan Enzi.

Air matanya jatuh saat melihat wajah pemuda itu.

"Zani, don't cry."

Enzi mengusap sayang puncak kepala Zanita. Bukannya berhenti, gadis itu malah bertambah terisak.

Surai abu Enzi berubah warna. Tetesan darah mengalir dari kepala hingga wajah Enzi.

Zanita saksi seberapa keras pot bunga itu menghantam kepala Enzi. Seharusnya ia yang berdarah-darah sekarang, jika saja Enzi tak menariknya cepat dan melindunginya. Menjadikan dirinya sendiri sebagai tameng untuk Zanita.

Enzi mengangkat pandangan ke atas. Tali yang mengikat pot gantung itu putus. Matanya yang tajam menemukan bahwa itu adalah kesengajaan. Terbukti dengan bekas sabetan pada tali itu.

Puluhan murid menonton. Tercengang melihat penampilan Enzi yang melindungi Zanita. Suara berisik mereka bahkan mengundang datangnya guru.

Inti Phoenix menyela kerumunan. Masing-masing berwajah kaget melihat pemimpin mereka.

"Enzi!" Seru Rafa dan Aron panik.

Sadewa melihat pot bunga yang berserakan. Dalam sekejap rahangnya mengeras.

Agha menepuk pundaknya sambil menunjuk ke atas. Inti Phoenix kompak menatap arah yang ditunjuk Agha.

"Pot bunganya jatoh!" Ucap Raldo.

"Lihat! Talinya dipotong" timpal Aron.

Agha menghela nafas. Pandangannya jatuh pada Zanita yang terisak dan Enzi yang sibuk memenangkannya.

"Cepat cari tahu."

Sadewa, Rafa, Aron dan Raldo segera beranjak dari sana. Tujuan mereka adalah lantai tiga. Mereka harus mencari tahu apa yang baru saja terjadi. Seluruh pot bunga gantung di SBN selalu diikat dengan tali yang kuat dan dicek para petugas kebersihan. Belum pernah ada kasus pot bunga jatuh hingga melukai orang di SBN.

"Nak Enzi. Saya sudah memanggil dokter, mari obati luka kamu." suara kepala sekolah terdengar.

Pria paruh baya bernama Hermawan Kartajaya itu sedikit panik melihat murid spesilnya terluka.

"Biar saya, pak." Ujar Agha. Segera mengisyaratkan Enzi untuK ikut bersamanya menuju UKS.

Enzi menghela nafas. Agak pusing, tapi luka ini sebenarnya tidak terlalu mempengaruhinya. Ia melirik Zanita yang masih terisak.

"A-Ayo!" Ajak gadis itu khawatir. Dengan wajah berurai air mata ia menyeret Enzi menuju UKS.


••••


"Sini Lo."

Enzi mengernyit terganggu. Dirinya mengabaikan Agha yang berdiri di depannya sambil memegang kotak obat. Kenapa pula sahabatnya itu memintanya dengan nada kesal. Terserah, diminta dengan nada baikpun ia tak akan Sudi diobati oleh Agha.

Enzi : [The King Of Phoenix] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang