Happy reading 💜
•••
Selama perjalanan tak ada yang membuka suara. Zanita terlalu sibuk bergelut dengan pikirannya, sedang Enzi juga sama.
Lampu merah, otomatis membuat motor sport Enzi berhenti sejenak. Di sana masih tak ada yang membuka suara, pun Enzi sempat melirik Zanita pada kaca spion.
Ada resah yang tak dapat Zanita ungkapan. Zanita takut. Hal itu ditangkap jelas oleh Enzi. Namun dirinya tak ingin bertanya. Hanya berharap semoga Zanita mau memberi tahu dengan sendirinya.
Enzi sejenak menoleh. Melihat banyaknya anak sebaya mereka yang juga berhenti di lampu merah. Enzi meradang, pasalnya tak sedikit dari kaum Adam tengah memperhatikan gadisnya dengan intens.
Enzi menaikan kaca helm. Tanpa sadar membuat ia mendapat perhatian lebih dari para gadis. Teriakan mereka tak Enzi pedulikan, dirinya hanya menoleh ke arah kekasihnya yang ia boncengi.
"Queen."
Panggilan itu membuat Zanita tersentak kecil. Zanita menemukan wajah memberenggut Enzi. Zanita lantas bingung, perasaan dirinya sejak tadi diam. Apa dia berbuat salah tanpa sadar hingga Enzi sampai harus menatapnya demikian?
"Kenapa?" Enzi malah menurunkan kaca helm yang Zanita kenakan. Sampai gerakan itu membuat wajah Zanita juga tertarik ke bawah.
Merasa kesal, Zanita tak ragu menepuk pundak Enzi gemas.
"Apaan sih?"
Enzi malah melempar tatapan pada sekumpulan motor di samping mereka. Zanita turut mengarahkan tatapan ke sana.
Ada sekitar lima motor yang dikendarai oleh lima orang pemuda. Begitu Zanita menoleh ke sana, ia langsung di hadapkan dengan wajah sok akrab mereka. Zanita bergidik, semakin mengencangkan lilitan tangan pada pinggang Enzi.
Kini ia sadar alasan wajah memberenggut Enzi tercipta. Enzi-nya cemburu.
"Zi, mereka serem, ih!" Lapor Zanita.
Enzi mengusap tangan Zanita yang memeluknya lembut. Meski matanya telah memberi tatapan membunuh pada sekumpulan pemuda itu.
Mendapati peringatan bahaya yang sangat terasa, para pemuda itu sontak menarik gas mereka bahkan sebelum lampu merah berganti.
Zanita spontan terkekeh. "Yah, mereka lari," ujar Zanita dengan nada kecewa. Mendadak, dirinya ingin menggoda Enzi.
"Hm?"
"Padahal baru aja mau aku ajak kenalan."
Enzi menyeringai. Lehernya memutar ke arah Zanita. Sebelah tangannya yang lepas dari stir, Enzi gunakan untuk menaikkan kaca helm Zanita kembali.
"Setelah itu aku pastiin mereka tinggal nama. Mau coba?"
Senyum nakal dengan tatapan yang senantiasa memuja dirinya. Kenapa Enzi kelihatan sangat jantan? Jika Enzi selalu menghujaninya tatapan seolah ia benar-benar adalah ratu, bagaimana Zanita bisa mengendalikan akal sehat?
Dengan sedikit salah tingkah, Zanita gantian menarik turun kaca helm Enzi.
"Udah, ijo!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Enzi : [The King Of Phoenix] ✓
DiversosNamanya Enzi Kaivan Arkananta. Pemimpin dengan aura tak terbantah yang penuh pesona. Enzi punya segalanya. Harta, kekuasaan, kedudukan. Namun semua hal itu tak serta merta membuat hidupnya bahagia. Sejak awal kata bahagia tak ada dalam kamus hidupny...