100 || Enzi:[The King Of Phoenix]

1.5K 128 4
                                    

Happy reading 💜









•••









Ruang sempit itu telah menjadi tempat tinggalnya selama tiga hari ini. Tak ada yang berubah. Tak ada yang berbeda. Ia tak pernah melangkah keluar. Takut seseorang akan mengenali kemudian membawanya pergi.

Ketakutan selalu menguasai. Ia tak pernah ingin menutup mata barang sejenak. Ia lakukan karena muak dengan segala bayangan yang menghantui. Tahu segalanya membuat hidupnya lebih rumit. Apakah ia harus benar-benar memilih?

Bandana usang yang terletak asal si depannya menjadi pusat pandangan. Bergantian dengan ponsel yang menyala dalam kegelapan.

Zanita, terlihat menengadah. Menatap langit-langit ruangan kontrakan yang ia sewa hampir tiga hari ini. Hawa dingin menusuk kulit membuat Zanita menggigil. Ia kekurangan gizi. Tak ada yang diasup lambungnya selain makanan instan yang bahkan membusuk setelah ia mengunyah makanan itu tak sampai setengah.

Ia menyedihkan. Zanita tahu itu. Tapi, hari-hari yang ia habiskan dalam kesendirian dan kesunyian lebih baik dari pada ia harus melangkah keluar dari persembunyiannya.

Zanita tahu bahwa ia tak bisa selamanya seperti ini. Ke manapun ia lari, Zanita akan ditemukan. Entah bagaimana caranya. Zanita harus kembali.

Tapi Zanita tak ingin. Luka yang lama terlupakan kini hadir. Orang bilang, waktu adalah obat terampuh, tapi mengapa dirinya justru terbelenggu? Zanita lelah. Ia sekarat. Saat dipaksa memilih, Zanita putus asa.

"Bunda."

Zanita melirih. Entah sudah berapa banyak air mata yang mengalir di pipinya.

Ia merindukan kehidupan lamanya. Kehidupan di mana ia bisa hidup tanpa mengetahui apa-apa. Hari di mana hanya ada dirinya, Ghani dan Eliza. Hanya ada kebahagiaan yang melimpahinya.

Gadis itu terisak. Menyembunyikan wajah di atas lipatan kaki. Tubuh yang bergetar hebat itu tampak menyedihkan. Zanita tenggelam dalam kesedihan.











••••











"Gue mau area itu dikosongin."

Deru mesin mobil itu menggila. Tak ada sedikitpun niat baginya untuk menurunkan kecepatan. Kendaraan apapun yang menghalanginya langsung ia salip. Tak peduli bahwa aksinya itu mengundang beribu resiko kecelakaan. Umpatan terganggu penghuni jalan ia hiraukan.

Enzi dengan aura yang diselimuti amarah hanya menatap tajam ke depan sambil memacu mobilnya lebih kuat.

"Baik, tuan."

Enzi melepas asal headset bluetooth yang ia kenakan. Sambungan telepon telah terputus. Enzi sesekali melirik ke arah alamat yang diberikan Rafa. Ia telah memerintahkan pada Zaky agar mengosongkan area itu sebelum ia sampai.

Ia tahu, Zanita pasti bersembunyi. Ini bukan pertama kali. Tugasnya hanya harus menemukan Zanita. Setelahnya, Enzi akan membawa ratunya pulang.

Enzi bersumpah tak akan pernah lagi mempercayakan Zanita kepada orang lain. Zanita harus selalu bersamanya. Di manapun dan kapanpun. Enzi sendiri yang harus memastikan bahwa Zanita tak meninggalkannya.

Enzi : [The King Of Phoenix] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang