Ekstra part

3.9K 208 95
                                    

Happy reading 💜



"Mommy sakit?"

Wajah tampan yang dimiliki anak 5 tahun itu tak tercermin ekspresi apapun. Saat menatap seorang wanita yang tertidur lemah di atas ranjang. Enzi berdiri dengan jarak semester dari sana.

Tessa Arkananta. Putri sulung Arthur Irawan. Ibu kandung dari Enzi.

"My prince?" Tessa tersenyum lembut. Tangannya melambai, meminta Enzi mendekat. Anak itu tak berbicara dan hanya menurut.

Saat tangan pucat ibunya mulai membelai pipinya, Enzi terkejut. Terkejut akan sensasi pertama yang ia rasakan. Terasa aneh, namun nyaman.

Tessa meneteskan air mata. "Maafin mommy."

Enzi mengernyit heran. Tak mengerti mengapa Tessa harus meminta maaf. Ibunya itu bahkan tak memiliki waktu untuk menemaninya melakukan sesuatu hal. Bagaimana bisa melakukan kesalahan padanya?

"Why mommy?" Tanya Enzi penasaran. Tessa justru terkekeh.

"Karena mommy lemah, mommy gak pernah punya waktu untuk Enzi. Maaf karena harus jadi ibu yang payah untuk Enzi."

Semakin hari kondisi kesehatan Tessa kian melemah. Setelah melahirkan Enzi, Tessa sadar kondisinya telah berbeda. Tessa sulit untuk hidup normal. Sakit yang ia derita membuat Tessa tak dapat melihat langsung tumbuh kembang anaknya. Tessa merasa gagal.

Tapi, dalam lubuk hatinya yang terdalam, Tessa tak pernah menyesal telah melahirkan Enzi. Di saat pertama kali melihat bayi merah itu menangis keras, Tessa merasakan rasa bahagia dan lengkap yang sesungguhnya.

"Enzi karunia terbaik yang Mommy punya."

Ungkapan cinta tak akan cukup. Tessa hanya ingin Enzi tahu bahwa kehadirannya bahkan lebih dari itu.

Pintu kamar luas itu terbuka. Enzi menoleh dan mendapati keberadaan pria gagah yang wajahnya begitu mirip dengan dirinya.

Ezri Danajaya, pengusaha muda di bidang persenjataan. Ayah kandung Enzi. Pria yang selalu tanpa ekspresi.

Ezri mendekati tempat istri dan putranya berada.

"Enzi akan dibawa ayahmu." Ucapnya pada Tessa. Wanita itu tersenyum lemah. Ezri mulai membungkuk di hadapan sosok kecil yang seolah cerminan dirinya.

Ezri memegang pundak kecil itu. Menatap tepat di mata sang anak.

"Mulai sekarang, namamu adalah Enzi Kaivan Arkananta. Ingat itu baik-baik."

Enzi bergeming. Bola mata anak itu seketika melebar saat tubuhnya di tarik lembut ke arah sang ayah. Sedang Ezri hanya memejamkan mata. Memeluk putra semata wayangnya dengan pandangan tak terbaca.

"Keinginan Enzi adalah perintah. Kebebasan adalah milik Enzi. Daddy hanya bisa menjanjikan bahwa segala yang kami punya adalah untuk Enzi."

"Hiduplah dengan baik."

Itu adalah pertemuan terakhir Enzi bersama kedua orang tuanya. Sebelum kemudian mereka seolah hilang di telan bumi.

Anehnya, Enzi tak pernah bertanya tentang mereka.

Enzi : [The King Of Phoenix] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang