Happy reading 💜
••••
Senin pagi. Identik dengan upacara bendera. Pagi ini cahaya matahari tampak terlalu semangat memberi cahayanya. Membuat keluhan para murid terus terlontar selama jalannya upacara.
Selesai upacara, untungnya SBN masih memberi waktu istirahat meski singkat pada para muridnya. Waktu itu digunakan oleh Zanita, Anna, dan Naya untuk bersantai di taman sekolah sambil memuaskan dahaga dengan minuman isotonik yang mereka beli di kantin umum.
Mereka duduk di atas bangku kayu yang mengelilingi pohon besar yang berada di taman.
"Jadi Lo udah ngapain aja sama Enzi?"
Plak!
"Awwhh!"
Naya mengusap bahunya dengan wajah nelangsa. Anna ikut meringis karena membayangkan sakit yang diterima oleh Naya. Maklum, tenaga Zanita yang menghadiahi tampolan pada bahu Naya terbilang cukup besar.
"Olla!"
Zanita mengedikan bahu. "Ambigu! Omongan Lo kalau didenger orang lain bisa ngebahayain gue!"
"Olla bener," timpal Anna. Alhasil, Naya benar-benar dinyatakan bersalah.
"Hiks... Padahal maksud gue gak ke sana. Kaliannya aja yang nethink–an." Bibir bawah Naya maju beberapa centi. "Maksud gue itu, kemarin Lo ngapain aja sama Enzi. Makan kah, nonton kah, atau jalan-jalan gitu."
Anna tertawa. Kepala Naya mendusel di bahunya, berusaha mencari empati. Anna menepuk pundak Naya memberi kesabaran.
Sedangkan Zanita, diam-diam sudah mencebik atas ucapan Naya. Jangankan nonton atau jalan-jalan, saat makan saja Zanita mendapati ketidakberesan di halaman mansion. Kekasihnya seolah tengah berperang di saat ia dengan santainya menikmati sarapan.
"Gak ngapa-ngapain gue. Enzi sibuk. Yah gue pulang pas agak siangan."
Kerutan halus hadir di dahi Anna. Gadis itu berdehem singkat, kemudian menatap wajah Zanita.
"Olla gak ada ketemu orang lain selain kak Enzi?"
Zanita membalas tatapan Anna. "Ada kok. Di sanakan ada pelayan sama pengawal. Ada kak Haidar juga sama papanya, Om Zaky."
"Oh, iya. Selain mereka gak ada?" Pandangan bingung dari Zanita membuat Anna mengulas senyum tipis.
"Aku gak sengaja nonton berita. Kakeknya Kak Enzi pulang."
"Anjir. Gue juga nonton! Gak cuma kakeknya tapi pamannya juga ikutan pulang. Lo gak dikenalin ke mereka, la?" Sambung Naya.
Zanita diam. Tanpa sadar gadis itu telah menunduk. Pikiran Zanita menerawang. Dirinya juga agak bingung dengan hubungan keluarga Enzi. Apalagi Enzi tampaknya tak ingin membicarakan masalah ini padanya.
Menyadari gelagat aneh dari Zanita, Naya dan Anna sontak saling berbagi pandangan.
"Eum... Anna, cerita dong soal Aslan. Dia masih sering ajak Lo jalan?" Naya memilih mengorbankan Anna sebagai pengalih topik. Gadis itu sampai tersentak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enzi : [The King Of Phoenix] ✓
AcakNamanya Enzi Kaivan Arkananta. Pemimpin dengan aura tak terbantah yang penuh pesona. Enzi punya segalanya. Harta, kekuasaan, kedudukan. Namun semua hal itu tak serta merta membuat hidupnya bahagia. Sejak awal kata bahagia tak ada dalam kamus hidupny...