41 || Enzi:[The King Of Phoenix]

3.3K 170 4
                                        

Happy reading 💜💛

•••

Azkaban, ruang penyiksaan

Sosok tinggi tegap dengan wajah rupawan melangkah dengan santai. Dirinya terbalut kaos hitam lengan panjang dengan bawahan senada. Memasuki ruangan dengan aura suram. Cat tembok gelap, lantai kasar, suhu yang diatur serendah mungkin, serta berisi satu lemari besar yang berisi berbagai alat penyiksaan.

Sosok wanita tanpa busana terbaring lemah di tengah ruangan. Meringkuk dengan tubuh nyaris membeku.

Enzi melewati Ellie tanpa menoleh. Ia mendekat pada lemari dan membukanya demi mencari sesuatu yang menarik.

"Haidar," panggil Enzi. Tak lama presensi tangan kanannya itu telah berada di dekatnya dengan postur menunduk hormat. Menanti perintah Enzi.

"Zanita sedang apa?" Rupanya Enzi melontarkan pertanyaan.

"Nona sedang makan siang bersama Naya dan Anna di mansion utama, tuan."

"Sudah periksa makanan Zanita?"

"Sudah, tuan. Koki memasak makanan bernutrisi atas saran dokter untuk mensterilkan sisa racun dalam tubuh Nona."

"Ck..."

Hening.

Haidar menegang karena mendengar sebuah decakan sinis. Bukan Enzi, melainkan satu-satunya wanita di ruangan itu. Yang menjadi masalah adalah setiap gerakan Enzi berhenti setelah mendengarnya.

Bukan pertanda baik.

Enzi menoleh sambil memasang sarung tangan hitam berbahan karet di tangannya.

"Ups... Maafkan aku tak bisa menahan diri. Mendengar nama gadis itu membuatku mual." tutur Ellie. Nada suaranya penuh cemooh.

Dalam sekejap atmosfer menggelap drastis. Haidar memundurkan langkah. Sesak merasakan aura Enzi yang sarat rasa membunuh.

Salah. Ellie salah memancing Enzi dengan nama Zanita. Enzi tak peduli seberapa banyak cacian yang dilayangkan padanya, tetapi sekali itu tentang Zanita, Enzi siap menghancurkan apa saja.

Enzi berjalan, setiap langkah yang ia ambil menampakan kesan arogan. Pandangannya datar. Namun dibalik itu insting predatornya berteriak ingin mengoyak setiap persendian Ellie yang dengan berani mencela Zanita-nya.

"Masih punya tenaga untuk mengoceh, Mrs. Artapjaya?"

Ellie tertawa sumbang. Tubuhnya nyaris membeku dengan kaki yang bermandikan darah. Ketahuilah bahkan peluru yang bersarang di kakinya belum dilepas, tapi wanita itu tetap menolak untuk kelihatan lebih menyedihkan di depan Enzi.

"Maaf mengecewakanmu. Tapi memang begitu adanya."

Sudut bibir Enzi naik, pemuda itu perlahan menundukkan tubuh "para Dementor kurang baik menjalankan tugasnya, ternyata. Mau aku yang menggantikannya?"

Teror menyebar. Aura Enzi meningkat seiring senyumnya yang melebar. Enzi bak singa yang menikmati waktu memandangi buruannya. Berpikir dengan cermat harus seperti apa dia menghabisinya.

Enzi : [The King Of Phoenix] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang