Happy reading 💜💛
•••
Yang benar saja.
Ia kira berbagai pandangan sinis dan tak bersahabat itu hanya akan ia temukan di sekolah. Ternyata, pada tempat kostnya pun ia juga mendapatkannya.
Apa dosa yang sudah ia lakukan sebenarnya?
Pagi ini cuaca yang cerah tak sejalan dengan suasana hatinya.
Kaki yang berbalut flat shoes hitam dengan kaos kaki setinggi lutut itu terus melangkah. Rok kotak-kotak biru mudanya berayun mengikuti gerakan si pemilik.
Zanita pura-pura membenarkan letak tas punggungnya. Blazer biru gelap yang ia tenteng sedikit menyusahkan. Andai teman se-kotsannya tidak memandang ia seolah ia adalah narapidana, mungkin ia tak perlu berjalan canggung sekarang.
Untung saja ia berhasil melewati anak tangga dengan baik. Setelah memberi sapaan kepada pak satpam, kakinya kembali dapat berjalan riang keluar dari pelataran gedung kost.
Tiba-tiba Zanita dibuat berhenti. Matanya baru saja memandang sebuah objek yang dapat membuat air liur para gadis menetes.
Kini ia tahu kenapa semua tetangganya melayangkan tatapan permusuhan padahal baru hari pertama sejak ia tinggal.
Enzi dengan seragam yang sama dengannya, tengah duduk menyender di mobil Porsche Carrera berwarna hitam. Rambut Caesar cut abunya berantakan di terpa hembusan angin.
Wajah rupawan dengan tatapan setajam elang. Bibir merah keunguan yang enggan membentuk lengkungan senyum. Lengan kanan yang terpasang jam tangan Rolex hitam, serta sepasang sepatu sport Adidas original berwarna putih. Enzi Kaivan sukses membuat banyaknya pasang mata, tak cukup hanya memandangnya sekali.
Zanita memaksa matanya berkedip.
Yah, ini dia alasannya.
"Zani"
Tanpa diminta pemuda itu berjalan mendekatinya. Zanita menolak bertemu tatap, dan memilih memperhatikan tindik hitam di telinga kiri Enzi.
"Morning"
Suara berat yang terdengar menggoda itu baru saja menyapanya. Zanita diam-diam melirik sekitar, pantas saja sejak tadi banyak para gadis penghuni kost yang turun ke bawah. Rupanya ada sosok rupawan yang mendadak menjadi patung selamat datang.
"Zani?" Enzi mengerutkan kening. Sedikit kesal gadisnya sejak tadi tak bersuara, padahal ia telah mengeluarkan sapaan.
"Enzi, aku mau naik ojek aja" ujar Zanita kemudian berlalu menuju pangkalan ojek yang tak jauh dari sana.
"Huh?"
Langkah kaki Zanita dengan cepat disusul oleh Enzi. Ia memegang lengan Zanita. Memaksanya berbalik ke arahnya.
"Tadi malam aku udah bilang. Aku jemput" kalimat Enzi yang terhitung panjang, membuat bibir bawah Zanita maju.
"Ck" Enzi menghela nafas pelan melihat Zanita sedang membuang muka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enzi : [The King Of Phoenix] ✓
AcakNamanya Enzi Kaivan Arkananta. Pemimpin dengan aura tak terbantah yang penuh pesona. Enzi punya segalanya. Harta, kekuasaan, kedudukan. Namun semua hal itu tak serta merta membuat hidupnya bahagia. Sejak awal kata bahagia tak ada dalam kamus hidupny...