Happy reading 💜
•••
Pesta belum usai, namun Enzi sudah memutuskan akan pulang.
Pemuda itu tak mempedulikan yang lain, Enzi hanya ingin secepatnya membawa Zanita pergi.
Zanita yang kelelahan berakhir tertidur dalam dekapannya saat mereka masih di mobil. Enzi tak sempat bertanya soal alasan mengapa Zanita menangis dan bersikap aneh.
"Tuan."
Panggilan Haidar dari arah kemudi tak membuat Enzi bergeming. Enzi fokus merapatkan jasnya di sekeliling tubuh Zanita. Ia menatap wajah damai Zanita dengan pikiran yang berkecamuk.
"Inti Phoenix menanyakan keberadaan Anda."
Haidar menyampaikan dengan nada rendah. Takut menganggu Zanita yang berakhir mendapat amukan dari sang tuan. Haidar fokus menatap jalan. Mobil yang ia kendarai dilindungi barikade mobil pengawal bersenjata lengkap.
"Tuan, ada pergerakan dari Zenrafos. Semua petinggi akan berkumpul untuk membahas penobatan."
"Shut up, Haidar."
Memejamkan mata, Haidar menenangkan dirinya yang bergetar akibat mendengar perintah Enzi. Suara Enzi terdengar rendah. Di mana Haidar dapat merasakan bahaya dibaliknya.
Begitu tiba di mansion, Enzi menggendong Zanita yang masih tertidur. Membawa gadis itu ke kamarnya. Enzi menempatkan Zanita di atas kasur.
Gadisnya melenguh dalam tidur. Enzi berjuang keras tak menimbulkan pergerakan yang menganggu Zanita. Tak lupa, Enzi memakaikan Zanita selimut.
Kemudian, Enzi terdiam. Ia hanya duduk di sisi ranjang sambil menatap wajah Zanita. Berbagai emosi hilir mudik dalam pandangan matanya.
Enzi menyugar rambutnya kasar. Pemuda itu memejamkan mata dengan kening bertaut. Enzi merasa tak tenang.
"I'm sorry, Queen." Lirihnya suara Enzi terbawa sapuan angin.
Tangannya mengusap sayang puncak kepala Zanita. Memperbaiki untaian rambut halusnya. Pandangan Enzi tak berpaling sedikitpun. Enzi memperhatikan mata Zanita. Bulu mata yang yang menyapu pipi merahnya. Hidung mungil. Hingga bibir ranum itu yang terkatup rapat.
Enzi menyukai dan memuja segala yang ada dalam diri Zanita.
Enzi mungkin masih akan berlama-lama memandangi wajah gadisnya, jika saja getaran ponsel yang berada di saku celananya tak ia rasakan.
Terpaksa Enzi mengangkatnya. Tanpa menatap nama si penelepon, Enzi menempelkan benda pipih itu di dekat telinga.
"Enzi."
Itu Rafa. Enzi diam tak menyahut. Namun lontaran kalimat yang selanjutnya Rafa ucapkan membuat rahangnya mengetat.
Enzi mengepalkan tangan. Seiring dengan aura haus darah yang merebak. Sisi iblisnya terusik. Enzi teramat ingin menghancurkan sesuatu jika saja wajah damai Zanita tak tampak di matanya.
"Gue ke sana sekarang." Ucapnya lantas memutuskan panggilan.
Enzi menaruh ponselnya di atas nakas. Kemudian kembali menjatuhkan atensi pada Zanita.

KAMU SEDANG MEMBACA
Enzi : [The King Of Phoenix] ✓
عشوائيNamanya Enzi Kaivan Arkananta. Pemimpin dengan aura tak terbantah yang penuh pesona. Enzi punya segalanya. Harta, kekuasaan, kedudukan. Namun semua hal itu tak serta merta membuat hidupnya bahagia. Sejak awal kata bahagia tak ada dalam kamus hidupny...