Happy reading 💜
•••
"Selamat datang."
Sapaan itu terdengar dikala ia baru saja membuka pintu kaca. Hawa dingin yang menyegarkan langsung menguar. Tempat yang penuh dengan jejeran rak berisi berbagai macam barang yang diperjualbelikan terlihat.
Enzi yang masih memakai pakaian olahraga mendekati kasir dengan wajah datar andalannya. Pagi hari, supermarket terdekat yang ia pilih untuk disinggahi malah terdapat banyak orang. Ia muak melihat pandangan haus setiap gadis yang melihatnya.
"Pembalut cewek sebelah mana?" Tanpa basa-basi, Enzi menyampaikan pertanyaan pada kasir wanita di depannya. Tak sadar bahwa para gadis telah melotot memperhatikannya.
Enzi menunggu. Malah tak mendapat respon apapun. Ia mengumpat lirih. Jika tak mengingat tujuannya ke sini demi siapa, Enzi mana sudi menyambangi tempat yang menurutnya merepotkan.
"Enzi, perut aku sakit."
"Damn! Aku panggil dokter sekarang!"
"Gak! Gak usah. Ini wajar kok."
"Wajar apa Zanita? Kamu kesakitan. Aku antar ke kamar, dan aku bakal panggil dokter!"
"GAK! Enzi..."
"Kamu mau apa?"
"Itu, aku..."
"Say it, Zanita."
"Beliin aku pembalut!"
Yah. Seperti itu lah. Percakapannya dengan Zanita beberapa saat lalu. Enzi ingat seberapa merah wajah gadisnya. Zanita malu dan Enzi bingung. Bingung mengapa hal tersebut harus membuat Zanita merasa malu. Zanita hanya memintanya membelikan perlengkapannya sebagai seorang gadis. Bukan hal sulit.
Tapi lihat kasir di depannya ini. Bukannya menjawab pertanyaannya, malah memasang wajah bodoh.
"Pembalut cewek sebelah mana?"
Kembali terlontar, suara rendah Enzi membawa hawa menusuk tulang. Spontan membuat kasir dan beberapa orang yang memperhatikan merasa gugup luar biasa.
"D-Di sebelah sana, mas. Maju aja empat rak, bagian sebelah kiri."
Enzi melengos pergi.
"Anjir! Cakep banget jodohnya orang!"
"Cowok gue malah ngamuk kalau gue suruh beli itu!"
Ia harus cepat pergi. Terlalu lama di sini bisa membuatnya tuli akibat pekikan bodoh para gadis.
Enzi sejenak mengamati. Zanita tak memberikan informasi spesifik untuk pembalut yang biasa ia pakai. Jadi Enzi bebas mengambil apa saja. Intinya memiliki fungsi yang sama.
Enzi mengambil keranjang dan mengisinya hingga penuh. Terserah, lebih banyak lebih baik.
Kembali ke kasir dengan semua benda itu, Enzi menunggu kasir menghitung total belanjanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enzi : [The King Of Phoenix] ✓
De TodoNamanya Enzi Kaivan Arkananta. Pemimpin dengan aura tak terbantah yang penuh pesona. Enzi punya segalanya. Harta, kekuasaan, kedudukan. Namun semua hal itu tak serta merta membuat hidupnya bahagia. Sejak awal kata bahagia tak ada dalam kamus hidupny...