Sejak pembaruan kerjasama bersama Edgard, hubungan keduanya sedikit mengalami kemajuan. Dalam beberapa kesempatan Velicia selalu bersama Edgard untuk membuat kesepakatan dengan perusahaan yang membutuhkan perlindungan keamanan untuk data basenya.
Sikap Velicia sedikit hangat walau hanya untuk beberapa saat. Tapi Edgard dan Adrian senang mereka bisa melihat sisi lain dari Velicia.
Hari ini Velicia dijadwalkan akan mengunjungi salah satu perusahaannya di Kanada. Ya. Untuk beberapa urusan penting Velicia selalu memilih untuk menangani secara langsung daripada diwakilkan. Dalam kamus hidupnya, ia tak akan mudah mempercayai orang lain.
"Penerbangan Anda sudah disiapkan Miss"kata Adrian.
"Hmm..aku akan berangkat sendiri".
"Tapi..."Adrian bicara ragu.
"Aku akan baik baik saja. Jangan khawatir".
"Baiklah. Jaga dirimu Miss".
"Oh ya...walau hanya sebentar tapi hanya kau yang bisa ku andalkan di sini". Tambah Velicia.
"Tentu saja. Aku akan menjaganya dengan nyawaku". Jawab Adrian tegas.
"Thanks Adrian. Aku percaya padamu".
Siang hari setelah makan siang, Adrian mengantar Velicia ke bandara. Velicia lebih memilih menggunakan pesawat komersial. Ia hanya ingin menikmati kehidupan sosial pada umumnya.
Adrian tidak bisa membantahnya.
Saat mendarat di bandara, mobil yang menjemputnya telah menunggunya. Ia dibawa untuk menginap di Hotel Internasional Four Season.
Setelah mengucapkan terima kasih Velicia segera beristirahat karena malam harinya ia akan dinner bersama para pemegang saham di perusahaannya Brookfield Inc.
Tepat pukul 7.00 malam, Velicia keluar dari kamarnya. Mengenakan gaun malam sabrina berwarna hitam panjang dengan rambut di gelung ke belakang ia terlihat cantik dan berwibawa.
Diluar kamarnya seorang karyawan hotel telah menunggunya dan mengarahkannya menuju suite room Four Season.
Tiba disana ia disambut oleh jajaran direksi Brookfield Inc. dan para pemegang saham mayoritas.
"Senang bertemu Anda Miss Thompson"sapa seorang pria tersenyum.
"Thanks. Apa kabar?"balas Velicia datar seperti biasanya.
"Silahkan duduk".
Ia menarik kursi dan Velicia duduk dengan anggun.Pelayan menghidangkan makanan pembuka. Mereka menikmatinya sambil membicarakan beberapa agenda yang telah disiapkan pihak perusahaan.
Ya. Velicia tidak pernah basa basi dalam hal pekerjaan. Kapanpun dan dimanapun pekerjaan selalu menjadi prioritas.
Setelah hidangan utama dan penutup disajikan, pembahasan seputar perusahaan finis.
"Baiklah semua, untuk laporan dan pengesahannya akan diselesaikan besok tepat jam 9.00 karena aku harus kembali ke New York"kata Velicia tegas.
Para direksi mengangguk.
"Apa Anda tidak ingin menikmati udara Kanada sedikit saja?"tawar seorang koleganya.
"Thanks,tapi mungkin lain kali. Aku benar -benar sedikit sibuk"Velicia tersenyum kecil.
"Baiklah. Kami senang mendengarnya Miss".
Velicia kembali ke kamarnya. Ia benar-benar lelah.
Biasanya jika Adrian yang mendampinginya ia tak akan selelah ini.
Tiba di kamar ia memeriksa email di tab-nya.Ada beberapa email dari Adrian yang memerlukan konfirmasi darinya. Ia langsung mempelajari dan mengirim konfirmasinya.
Setelah itu ia mengganti pakaiannya dan mandi.
Ia memesan susu hangat di interkom hotel. Tak lama pelayan datang membawanya. Segera ia habiskan dan naik ke tempat tidur.Ia menatap langit-langit kamar, entah kenapa ada perasaan getir dihatinya. Ya. Ia memikirkan Pirentz.
Kemudian ia tersenyum getir.
Bahkan sampai sekarang aku masih seperti ini Rentz. Aku membencimu dan aku merindukanmu.
Ia menggigit bibirnya dan memejamkan mata. God,help me. Aku hanya ingin tidur tanpa memikirkan apapun.
Keesokan harinya tepat pukul 8.00 Velicia telah sarapan dan bersiap. Ia akan mengunjungi perusahaannya sebelum meninggalkan Kanada.
Tak ada barang yang dibawanya, hanya sebuah tas sedang berisi beberapa pakaian dan perlengkapannya.
Ia turun ke lobi untuk check out. Setelah itu dia melewati lobi untuk menuju mobil perusahaan yang menjemputnya. Di lobi terlihat agak ramai. Para penghuni hotel banyak yang memilih untuk sarapan di bawah daripada di kamar.
Di salah satu meja yang menghadap lobi utama Pirentz sedang sarapan bersama Davina sekertarisnya. Ia melihat seseorang di kejauhan berjalan menuju pintu keluar. Tidak mungkin Vel.
Ia bangkit dan berlari kecil ke pintu keluar. Ia tak menemukan apapun. Ia berbalik dan menuju resepsionis.
"Ada yang bisa aku bantu Mr. Ronalds?".
"Hm...ya. Tolong cari nama Velicia Thompson apakah ia juga menginap disini".
"Baiklah tuan. Harap menunggu sebentar".
Pirentz menjentikan jarinya di meja dengan gelisah.
"Maaf tuan. Orang yang anda maksud baru saja check out beberapa menit yang lalu".
Pirentz tak menunggu resepsionis menyelesaikan kata -katanya.
Ia segera berlari kencang menuju pintu keluar. Ia bahkan berlari ke jalan raya. Ia mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru. Ia tak menemukan apa-apa.
Ia mengeraskan rahangnya menahan gejolak hatinya.
"God, help me please. Berikan aku satu kesempatan untuk bertemu dengannya. Aku mohon".
Pirentz menjambak rambutnya kasar. Ia berbalik menuju hotel. Perasaannya tak karuan. Davina memperhatikan atasannya bingung.
"Apa Anda baik-baik saja?".
"Tidak. Aku kehilangan dia lagi"ucap Pirentz serak.
"Maaf tapi tadi aku pikir aku melihat nona Velicia"kata Davina.
"Kau benar. Dia baru saja pergi. Dan aku benar-benar sangat menyesal".
"Maaf tapi aku percaya mungkin nanti ada kesempatan lain. Semoga Anda beruntung tuan".
Pirentz mengangguk lalu berjalan menuju lift. Kembali ke kamarnya dengan pikiran kacau. 10 tahun berlalu , ia selalu berharap bisa mengucapkan maaf di hadapan Velicia.
Dan saat kesempatan itu ada ia terlambat selangkah untuk melakukannya.
Sementara itu,Velicia telah menyelesaikan perjanjian kerjasamanya. Ia dalam perjalanan menuju bandara. Pesawat akan membawanya kembali ke New York. Kota tempat ia menenggelamkan diri dari luka masa lalu sekaligus tempat ia merenda mimpi-mimpinya di masa lalu.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
NOT SAME (COMPLETE)
RomantikKehidupan masa lalu yang menyakitkan membuat Velicia mengambil keputusan untuk pergi. Ia melarikan diri ke New York untuk mencoba takdirnya sendiri. Meraba dalam gelap dan berjuang dengan menggertakan gigi. Sebuah keputusan mendadak tapi membawa per...