SURE

409 26 1
                                        

Akhir pekan seperti biasa Velicia selalu rutin berkunjung ke Staten Island.

"Temani aku mengunjungi Grandma. Aku akan menjemputmu".

Kata Velicia di telpon.

" Tapi Vel... ".

" Setengah jam lagi aku tiba di penthouse. Bersiaplah".

Velicia mengakhiri panggilannya dan meraih kunci mobil lalu turun ke basemen.

Ting !! Tong!!

Pirentz tak percaya Velicia tiba secepat itu. Ia bergegas membuka pintu.

"Hai Rentz... ".

Velicia tersenyum lalu mengecup pipi Pirentz bergantian kiri dan kanan. Pirentz hanya terpaku di tempatnya. Ia tak tahu harus bereaksi seperti apa.

" Aku rasa aku tak bisa menemanimu Vel".

Velicia menggeleng.
"Kau akan tetap pergi bersamaku. Lagi pula ini akhir pekan. Atau kau sudah punya janji dengan ... ".

" No. No. Bukan... Maksudku tidak ada. Baiklah aku akan mengambil mantelku".

Velicia menjentikkan jarinya sebagai tanda kemenangan. Ia tersenyum bahagia.

"Ayo berangkat atau kita akan terjebak macet".

Ujar Pirentz yang sudah berdiri rapi di hadapan Velicia.

Velicia mengulurkan tangan pada Pirentz agar dibantu berdiri. Pirentz melakukannya dengan seribu tanya di otaknya.

" Kau yang menyetir. Aku sangat lelah hari ini".

Velicia menyodorkan kunci mobil saat mereka sudah di parkiran. Pirentz hanya pasrah dan membuka pintu mobil untuk Velicia.

Perjalanan seakan lambat bagi Pirentz. Ini pertama kalinya sejak ia menemani Velicia berobat di Swiss dulu.

Pertama kali baginya untuk duduk bersisian di mobil dalam keadaan baik.

Jujur, ia sama sekali tak berpikir jika hari ini ia akan kembali bersanding dengan gadis lugu yang dicintainya dengan kuat 13 tahun lalu.

Hari mulai senja ketika mereka tiba di rumah Grandma. Velicia mengambil karangan bunga di jok belakang dan berjalan ke makam Edgard.

Pirentz mengikutinya dengan langkah ragu. Ia berada beberapa langkah di belakang Velicia.

"Hai Ed... Apa kabar? Aku merindukanmu. Segalanya berjalan baik hari ini. Oh ya, aku bersama seseorang di sini. Aku yakin, kau pasti tersenyum melihatnya".

Velicia mengelus nisan Edgard. Kemudian berdiri dan menoleh pada Pirentz yang berdiri agak jauh seakan  memberi privasi pada Velicia dan Edgard.

Ia berjalan menghampiri Pirentz dan menepuk bahunya lembut.

" Giliran mu Rentz. Kau bisa mengobrol bebas dengannya. Aku akan menunggu di sini".

Pirentz menarik napas berat. Ia tak menyangka Velicia akan melakukan ini padanya. Ia berjalan perlahan menghampiri makam Edgard. Jujur, otaknya tidak tahu harus bicara apa dengan Edgard.

Tanpa sepengetahuan Pirentz, Velicia telah menyelipkan sebuah alat perekam di saku mantelnya. Ia ingin mengetahui isi hati Pirentz padanya. Ia sengaja merencanakan ini untuk meyakinkan diri sebelum mengambil keputusan besar dalam hidupnya.

Pirentz berjongkok di hadapan makam Edgard.

"Hai... Lama tak berjumpa Ed. Apa kau sangat ingin tidur yang lama? Aku merindukanmu. Aku hanya ingin minta maaf bahwa aku terlalu egois saat menuliskan wasiat gila itu padamu.

NOT SAME (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang