Adrian membuka pintu mobil dan masuk. Ia melihat Velicia sudah melepas jasnya dan bersandar di jok mobil sambil memejamkan mata.
Tanpa berkata apa-apa ia segera menyetir meninggalkan area restoran.
Sepanjang jalan hanya keheningan yang ada di antara mereka. Adrian tahu apa penyebabnya. Namun sulit baginya untuk membuka percakapan dengan bosnya itu.
Akhirnya mereka tiba di kantor. Velicia meminta Adrian agar tak mengganggunya. Ia butuh istirahat sebentar. Ia langsung masuk ke kamarnya .
Adrian segera pergi ke mejanya yang terletak persis di depan ruangan Velicia. Ia segera merogoh ponselnya dan membuka galeri.
Ia melihat kembali video yang direkamnya tadi lalu mengirimnya pada Edgard.
"Aku tak percaya Velicia di perlakukan seperti ini. Kau menghancurkan kebaikan hatinya Ed".
Adrian mengirim pesan teks di bawah rekaman video itu. Ia menatap pintu kamar Velicia yang masih tertutup, entah apa yang sedang dilakukan oleh perempuan itu di dalam. Adrian merasa iba.
Sementara itu Edgard yang baru saja tiba di kantornya segera merogoh ponsel di saku celananya yang berbunyi. Ada pesan masuk. Nama Adrian tertera disana.
Sambil melangkah ke ruang kerjanya ia membuka pesan itu. Ada sebuah video berdurasi pendek dan kalimat di bawahnya.
Ia menghempaskan diri di sofa dan menekan tombol play. Matanya terbelalak tak percaya melihat Andrea ada disana dan berbicara dengan Velicia.
Ia menambah volume ponsel untuk mendengar dengan lebih jelas pembicaraan mereka.
Ia mengeraskan rahang dan mengumpat keras saat Andrea menghina Velicia. Ia tak menyangka Andrea bisa bertindak serendah itu bahkan mengatasnamakan dirinya.
Ia tak menyelesaikan menonton video itu, dadanya begitu sesak saat ini. Ada aura kemarahan dan penyesalan teramat sangat. Apa lagi dalam video itu mata Velicia begitu tajam saat membalas kata-kata Andrea.
Ini tak bisa dibiarkan. Persetan dengan sopan santun dan harga diri!
Edgard bicara pada dirinya sendiri. Ia segera meraih kunci mobil di meja dan bergegas turun ke bawah.
Di lobi ia bertemu dengan Andrea yang menenteng paper bag di tangannya.
"Ed... " sapa Andrea dengan nada lembut seperti biasanya.
"Aku sibuk. Kita akan bicara nanti" jawab Edgard sambil terus berjalan menuju parkiran dan langsung tancap gas.
Andrea hanya melongo heran, tapi kemudian ia tersenyum mengulang kata-kata Edgard. Kita akan bicara nanti.
Andrea pikir sesuatu yang baik akan datang padanya seperti keinginannya akhir-akhir ini. Jadi dengan perasaan riang ia naik ke atas untuk menunggu Edgard pulang di ruang kerjanya seperti biasa.
Begitu tiba di kantor V-Realty Trust, beberapa karyawan tersenyum padanya. Bahkan ada yang berbasa basi mengatakan sudah lama Edgard tak datang ke kantor Velicia.
Edgard hanya menanggapinya dengan senyum yang dipaksakan lalu beranjak ke ruangan Velicia di puncak gedung megah ini.
Dentingan lift mengagetkan Adrian yang sementara bekerja. Ia menoleh sekilas untuk memastikan siapa yang datang, lalu bagai gerakan lambat langkah Edgard mendekat menghampirinya.
"Aku harus bicara dengannya Adrian" pinta Edgard tak sabar.
Adrian mendesah lalu menggeleng.
"Ini bukan waktu yang tepat Ed. Dan ini juga permintaan Velicia sejak tiba tadi".Edgard tak peduli. Ia segera menuju pintu dan meletakkan telapak tangannya. Lalu pintu itu terbuka.
Tak perlu heran kenapa ia bisa masuk. Karena memang Edgard yang merancang dan membuat sistem keamanan untuk perusahaan Velicia. Jadi ia tahu dengan baik setiap detil teknologi yang di pasang disini.
Begitu pintu terbuka, ia terkejut sendiri melihat Velicia yang sedang berkutat di depan laptopnya.
Velicia bahkan tak mengangkat kepalanya untuk menatap siapa yang datang. Hanya dari aroma parfum ia tahu Edgard yang sedang berdiri di hadapannya.
"Vel,... " sapa Edgard sedikit canggung.
Tak ada sahutan.Edgard benar-benar kehilangan kata-katanya. Tadinya dalam perjalanan ia berpikir Velicia pasti sedang menangis dan terpuruk seperti biasanya jadi akan lebih mudah baginya untuk bersikap.
Tapi nyatanya tidak. Perempuan ini bahkan sedang bekerja tanpa beban seperti tak terjadi apapun.
Edgard mendekat sampai menyentuh ujung meja."Sorry,.. Aku... " ucapan Edgard terdengar getir di telinga Velicia. Bahkan desahan napasnya terdengar sedih.
Tak ada sahutan juga. Bahkan jari-jari Velicia terus menari di atas keyboard tanpa henti.
Edgard memutari meja dan berada disamping tempat duduk Velicia. Spontan, ia menjatuhkan dirinya dan berlutut di samping Velicia.
"Aku egois, aku sudah menyakitimu dengan sengaja. Maafkan aku" kata Edgard lagi. Kepalanya tertunduk lesu. Ia benar-benar malu di hadapan Velicia.
"Jangan rendahkan harga dirimu untuk aku yang bukan siapa-siapa" akhirnya Velicia bicara, walau masih tak menoleh pada Edgard.
"Tidak Vel. Kau sangat penting bagiku. Aku ingin kau tahu itu" kata Edrgad cepat.
Velicia menghentikan pekerjaannya dan berdiri lalu bersandar di jendela kaca besar di belakang meja kerjanya. Ia memandang di kejauhan. Tampak kemacetan khas New York menjelang sore hari.
"Berdirilah Ed. Tak ada sesuatu yang terjadi begitu luar biasa hingga kau meletakan harga dirimu di lantai itu. Ingat, kau adalah bos besar dari perusahaan IT terbaik di dunia" nada bicara Velicia datar.
Edgard semakin malu di hadapan Velicia. Ia merasa serba salah dan canggung. Kesadarannya seakan baru datang. Cepat-cepat ia berdiri dan berjalan menghampiri Velicia.
Mereka berhadapan.
"Aku mewakili Andrea untuk meminta maaf atas kejadian di restoran tadi" kata Edgard tiba-tiba.
Saking terkejutnya Velicia sampai meletakan telapak tangannya di dada karena tak percaya.
"Ed? ".
Ia melongo dan kedua matanya membelalak pada Edgard. Kemudian ia menggeleng.
"Aku tidak tahu apa kesalahanku padamu. Tapi sudahlah, aku rasa segalanya harus kembali pada tempatnya" Velicia bicara dengan nada kecewa.
Sungguh, tadi ketika Edgard meminta maaf hatinya kembali menghangat dan mencoba memahami itu. Namun begitu Edgard meminta maaf atas nama Andrea, hatinya kembali panas.
Sebegitu berartinya Andrea baginya, sampai ia rela menukar harga dirinya demi kata maaf dari Velicia.
"Dulu, saat masa laluku dan Pirentz sangat membelenggu hidupku, satu hal yang selalu kupikirkan adalah balas dendam. Aku bahkan membangun istana es di hatiku untuk melindungi diriku yang rapuh. Kau bahkan melihat dan berkali-kali ada di sampingku saat aku merangkak dalam kesakitanku".
Velicia menjeda ucapannya dan menarik napas.
"Aku akhirnya menemukan bahumu untuk bersandar dan menumpahkan segalanya ketika hariku terasa berat. Lalu, momen itu datang. Aku berjanji pada diriku untuk menempatkanmu di depan pintu hatiku agar dinding es itu mencair. Dan perlahan memang, dinding itu mencair karena kehangatan dan ketulusanmu padaku. Aku bahkan tidak mengingat Pirentz dan luka itu lagi karena dirimu".
" Vel... ".
" Tapi rupanya ujian itu datang lagi. Masa laluku meninggalkan luka di kepalaku dan kau tahu itu. Bahkan kau setuju saat aku harus berobat ke Swiss. Lalu, saat aku sudah selesai dengan masa laluku dan memutuskan datang kepadamu dengan sosok Velicia yang bersih, kau sendiri yang menutup pintu itu. Dan... Kau melakukannya dengan sadar dan sengaja".
Lutut Edgard terasa lemas. Ia menatap Velicia tak berkedip. Setiap kalimat yang didengarnya seperti beton yang menghantam seluruh tubuhnya.
Give me the way... Ucap Edgard dalam hatinya.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
NOT SAME (COMPLETE)
RomanceKehidupan masa lalu yang menyakitkan membuat Velicia mengambil keputusan untuk pergi. Ia melarikan diri ke New York untuk mencoba takdirnya sendiri. Meraba dalam gelap dan berjuang dengan menggertakan gigi. Sebuah keputusan mendadak tapi membawa per...