Velicia benar-benar menikmati liburan singkatnya di Bern. Mereka berdua layaknya pasangan bulan madu. Setiap momen yang dilewati benar-benar menghadirkan rasa bahagia bagi mereka berdua.
Untuk pertama kalinya setelah kejadian Boston, mereka berdua merasa sangat dekat. Pagi, siang, malam selalu memberikan ceritanya sendiri.
Setiap detik yang berlalu tak pernah sia-sia. Jika Pirentz berusaha sebaik mungkin untuk melakukan yang terbaik untuk Velicia maka Velicia berusaha juga untuk menerima perlakuan Pirentz padanya tanpa protes sedikitpun.
Banyak penyesalan yang ada di pikiran Pirentz. Seandainya......
Itulah kata yang selalu terlintas di benaknya tatkala mereka melalui sebuah momen. Rasa getir dan pilu menyayat hatinya.Seperti malam ini.
Mereka baru saja pulang dari makan malam yang digelar oleh kolega bisnis Pirentz. Bukan sebuah makan malam bisnis, ini lebih tepat dikatakan sebagai makan malam ucapan selamat datang.Mereka berdua mengenakan pakaian santai dengan mantel tebal dan syal.
Pirentz menyiapkan air hangat agar Velicia dapat membersihkan dirinya. Setelah memakai piyama Velicia menemui Pirentz yang sedang memegang tablet.
"Kau masih bekerja selarut ini" Velicia memeluk Pirentz yang duduk membelakanginya.
"Aku hanya memeriksa beberapa email dan laporan yang masuk hari ini. Minumlah susu ini selagi hangat" balas Pirentz tanpa beralih dari tabnya.
Velicia melepaskan tangannya yang melingkar di punggung Pirentz dan memutar menghadap Pirentz.
"Maafkan aku. Waktumu benar-benar tersita untuk merawatku Rentz".
Pirentz meletakan tablet di meja dan menghampiri Velicia lalu berjongkok di hadapannya.
" Ssttt... Ini adalah hal yang paling membahagiakan seumur hidupku. Bersamamu melewati saat-saat yang berat. Kau tahu aku sangat mencintaimu dan akan melakukan segalanya untukmu asalkan kau bahagia dan baik-baik saja. Sekalipun nyawaku taruhannya, aku akan melakukannya untukmu Vel. Jadi jangan katakan itu lagi ya".
Pirentz menggenggam kedua tangan Velicia dan membawanya ke dadanya.
Velicia melepaskan tangannya dan membelai rambut Pirentz."Kau tahu Rentz, aku adalah wanita paling beruntung di dunia karena dicintai oleh pria seperti dirimu. Berjanjilah bahwa tidak akan ada wanita lain di hatimu selain diriku Rentz".
Pirentz menunduk dan meletakkan kepalanya di pangkuan Velicia. Lidahnya terasa kelu. Ia bahkan merasa sekujur tubuhnya berkeringat dingin.
Perlahan bayangan kejadian di Boston menghampirinya. Bagaimana tangis pilu Velicia melihat kepergiannya bersama Anna. Semuanya masih terekam jelas di pikiran dan telinganya.
Ia semakin membenamkan wajahnya. Ia merasa tak akan bisa menatap wajah Velicia saat ini apalagi membalas perkataan Velicia barusan.
Kau hanya tidak tahu apa yang kau ucapkan Vel...
Aku benar-benar belum bisa membayangkan saat ingatan semu ini hilang.
Oh Tuhan aku tidak mampu berdiri...Jerit Pirentz dalam hati. Velicia terus mengelus rambutnya lembut.
"Aku tahu kau lelah Rentz. Apa yang harus aku lakukan untukmu?".
Pirentz terdiam. Ia belum menemukan kalimat yang tepat untuk menjawab Velicia. Lagipula jika dia berbicara sekarang, suaranya pasti bergetar karena rasa sesak yang ditahan. Dan itu akan menjadi tanda tanya bagi Velicia.
" Jika kau lelah, ayo istirahat. Kau bisa bangun lebih pagi untuk menyelesaikan pekerjaanmu yang tertunda. Jangan paksa dirimu"rayu Velicia lembut.
Pirentz menarik napas pelan lalu menghembuskan nya. Ia mengangkat kepalanya.
"Thanks Vel. Aku merasa lebih baik sekarang".
Velicia berdiri dan mengulurkan tangannya. Pirentz menyambut tangan Velicia dan berdiri. Velicia memeluknya erat.
" Tetaplah kuat dan berdiri tegap untukku. Hanya dirimu yang aku punya".
"Tentu saja. Berjanjilah padaku bahwa kau tidak akan menangis dan lemah apabila dunia tak adil padamu. Kau harus tetap menjadi Velly ku yang kuat" balas Pirentz.
Velicia mengangguk dan semakin erat memeluk Pirentz.
Setelah itu mereka berjalan ke kamar. Hanya ada 1 kamar di vila ini. Davina memang sengaja melakukan ini. Ia ingin agar bos nya menemukan kebahagiaannya kembali.
Tapi tidak bagi Pirentz. Ia memilih menghormati Velicia. Dari semasa Velicia kuliah dia berjanji untuk menjaga Velicia hingga altar pernikahan.
Apalagi kini Velicia berada pada fase sebagian dirinya saja. Ia tidak akan menjadi laki-laki brengsek yang memanfaatkan kelemahan Velicia untuk nafsu laki-lakinya.
Karena itu ia berusaha sekeras mungkin untuk menjaga nafsunya dari godaan yang datang setiap bersama Velicia.
Setelah Velicia berbaring Pirentz merapikan selimut dan menyetel penghangat ruangan.
"Rentz... " panggil Velicia.
Pirentz berdiri tepat di hadapannya."Ada apa Vel? ".
" Berbaringlah di sampingku. Aku ingin kau di sisiku".
"Akan datang waktu yang tepat Vel. Sekarang tidurlah".
" Apa aku pernah melakukan kesalahan padamu? ".
" Tentu saja tidak sayang. Kau tahu itu komitmen kita dari dulu. Aku harus menjagamu dengan baik. Lagi pula aku tak sekuat itu untuk mengontrol diriku. Jadi cepatlah sembuh agar aku menikahimu segera".
Pirentz tersenyum di akhir kalimatnya.
"Baiklah. Maafkan aku Rentz. Aku tak tahu dari dulu kita sudah seperti ini".
" Tidurlah. Jika kau butuh sesuatu aku ada di bawah. Kau tinggal bangunkan aku".
Pirentz mengusap rambut Velicia dan mengecup keningnya.
Lalu ia mengambil bed cover dan bantal lalu tidur di samping ranjang Velicia di lantai.Suasana kamar yang remang membuat Pirentz bebas mengeluarkan sesak di hatinya. Semua perkataan Velicia kembali berputar di otaknya.
Air matanya meleleh di pipi. Ia membekap mulutnya untuk menahan isaknya.
Hukuman ini terlalu berat untukku.
Aku tak sekuat itu Vel...
Aku bersamamu tapi hatiku tidak.
Hatiku tinggal di Boston, di rumah kita.
Aku tidak tahu apakah aku bisa bertahan atau tidak...
Aku mencintaimu tapi aku tidak bisa memelukmu...
Veliciaku...Pirentz tergugu. Betapa menyakitkan ini. Ia menggigit bibirnya kuat-kuat...
Aku mencintaimu Vel,
Selalu
Dan akan begitu...***

KAMU SEDANG MEMBACA
NOT SAME (COMPLETE)
RomanceKehidupan masa lalu yang menyakitkan membuat Velicia mengambil keputusan untuk pergi. Ia melarikan diri ke New York untuk mencoba takdirnya sendiri. Meraba dalam gelap dan berjuang dengan menggertakan gigi. Sebuah keputusan mendadak tapi membawa per...