FEELING

658 34 0
                                    

Velicia merasa tiga orang pria yang menemaninya di rumah sakit memperlakukannya berlebihan. Walaupun begitu hatinya menghangat menerima perlakuan ketiga pria itu.

Ya. Sejak hasil diagnosa Velicia disampaikan pada mereka, Pirentz, Edgard dan Noel yang baru saja tahu berhati-hati dalam memperlakukan Velicia. Apalagi kejadian barusan saat Pirentz menemani Velicia sendirian.

Pagi harinya Brady datang untuk memeriksa Velicia.

"Apa kau merasa lebih baik?"tanya Brady setelah itu.

Velicia tersenyum.

" Tentu saja Brad. Apalagi ditemani mereka bertiga".

Velicia memandang ketiga pria itu bergantian.

"Mereka menjagaku seakan-akan aku terbuat dari kaca".

" Oh ya... "Sahut Brady lalu tertawa.

" Harusnya kau bersyukur Vel, itu hal yang langka"lanjut Brady.

"Ya...ya... I know Brad. Jadi aku boleh pulang sekarang?"tanya Velicia.

" Ya. Aku akan menulis beberapa resep untukmu... "Jawab Brady.

" Aku dan Edgard akan mengurusnya"jawab Pirentz cepat.

"Mengapa harus kalian berdua?"tanya Velicia.

Pirentz mengedipkan mata pada Brady.

" Bukankah begitu Brad?"kata Pirentz.

"Ya...ya... Aku butuh wali pasien".

Jawab Brady asal.

Velicia walau belum mengerti terpaksa mengangguk.
Edgard menghampirinya.

"Noel akan menemanimu untuk berkemas. Aku dan Pirentz akan menyelesaikan administrasi. Tak akan lama".

" Baiklah. Ayo Noel".

Brady berjalan keluar diikuti Pirentz dan Edgard. Mereka menuju ruang kerja Brady.

"Sebenarnya ada apa?".

Tanya Brady saat mereka menginjakan kaki di kantornya.
Pirentz duduk diikuti Edgard disampingnya.

" Sebenarnya semalam Velicia kembali pingsan..."kata Pirentz.

"Apa yang terjadi?".

Pirentz mulai menceritakan secara detail apa yang terjadi saat ia bersama Velicia sendirian.

Sesekali Edgard mengangguk membenarkan ucapan Pirentz. Sedangkan Brady terlihat sangat serius menyimak setiap kalimat yang keluar dari mulut Pirentz.

"Jadi apa yang akan kita lakukan Brad?".

Tanya Pirentz begitu ia selesai dengan ceritanya.

" Aku rasa Velicia harus segera mendapat penanganan"ujar Brady.

"Sebenarnya aku punya pemikiran sendiri"giliran Edgard yang bersuara.

Pirentz dan Brady menatapnya serius.

" Sebaiknya Velicia tak usah tahu kondisinya saat ini. Melihat apa yang terjadi semalam aku takut Velicia akan bertambah stress yang berakibat buruk pada kondisinya".

"Jadi..."sela Brady.

" Menurutku, Velicia hanya butuh refreshing dan istirahat sebentar dari kesibukannya. Kita fokus untuk kondisi psikisnya dahulu. Setelah stabil barulah kita lakukan tindakan pada gumpalan darah di otaknya"kata Pirentz.

"Bagaimana caranya?"tanya Brady.

" Semalam kami bertukar cerita dan secara tidak langsung Velicia memberitahuku kalau ia ingin sekali ke Swiss. Lalu aku katakan aku sedang membangun penthouse disana dan akan segera diresmikan sebentar lagi. Aku mengundangnya dan ia bersedia datang. Jadi aku pikir itu ide yang baik untuk pemulihan Velicia".

"Masuk akal... " Edgard mengangguk.

"Kalau begitu aku akan menemaninya di Swiss".

" Pirentz harus bertanggungjawab untuk ini. Karena semua berasal dari Pirentz maka ia juga akan mengambil bagian dalam pemulihan psikologi Velicia".

Brady menatap Pirentz.

"Tentu saja. Aku akan bertanggungjawab penuh. Melihat langsung keadaannya semalam aku tahu ia mungkin sudah ribuan kali mengalami ini. Dan saat itu terjadi, ia sendirian. Tak ada bahu lain ataupun pelukan menenangkan baginya. Hal itu membuatnya sangat tertekan. Aku bisa merasakan deru napasnya, degup jantungnya, cengkeraman tangannya bahkan keringat dingin tubuhnya saat ia berusaha menekan kesakitan itu... Sungguh aku sangat terpukul"lanjut Pirentz getir.

Matanya berkaca-kaca mengingat kondisi Velicia tadi malam.

"Kau benar. Velicia butuh seseorang yang siap untuknya 24 jam. Kita tak akan tahu pemicu down Velicia muncul kapan. Tapi  kita harus memastikan saat itu terjadi ada seseorang yang mendekapnya untuk melewati krisis itu"Brady menjelaskan.

" Ya. Jadi aku dan Edgard akan bersamanya di Swiss hingga traumanya hilang"ujar Pirentz mantap.

"Aku rasa ini solusinya. Aku harus berterima kasih pada kalian berdua. Aku tahu kita semua menginginkan yang terbaik buat Velicia. Sedikit berkorban atas nama persahabatan aku rasa itu hal yang baik".

Brady tersenyum pada keduanya.

"Jadi kapan tepatnya kita mulai?"tanya Edgard.

" Oh ya. Kita juga harus ingat bahwa Velicia adalah sosok yang paling diburu paparazi jadi sebisa mungkin ini harus sangat aman dari penciuman mereka".

"Tenang Ed. Aku yang akan mengurus semuanya. Jangan lupa bahwa kita berdua juga sama. Orangku akan mengerjakan ini serapi mungkin".

Ujar Pirentz.

"Baiklah. Aku percaya padamu Rentz. Aku tahu orangmu bisa diandalkan" Edgard menegaskan.

Brady menepuk pundak Pirentz dan Edgard.

"Percayalah Velicia wanita yang kuat. Upaya kita pasti bisa mengembalikan Velicia seperti 10 tahun lalu. Dan saat itu terjadi Ed, kau pasti akan jatuh cinta padanya".

Pirentz terkejut. Edgard apalagi. Wajahnya menegang. Bagaimanapun juga ia masih menghormati Pirentz. Brady entah disengaja atau keceplosan tapi itu membawa efek buruk bagi saraf - saraf Pirentz dan Edgard.

Edgard berdehem.

"Kurasa kau berlebihan Brad... ".

" Ayo. Jangan buat Velicia curiga. Kita sudah terlalu lama bicara"potong Pirentz.

Brady yang menyadari kecanggungan diantara mereka tersenyum dan melangkah keluar.

"Jangan terlalu serius menanggapi perkataanku tadi".

Pirentz dan Edgard berjalan di belakangnya tanpa suara. Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing. Sementara Edgard yang melihat mereka berdua melalui dinding kaca yang dilewati tersenyum puas.

Rasakan itu Rentz. Kau akan tak bisa tidur sekarang.

Tanpa sengaja ia tertawa geli. Edgard dan Pirentz heran melihatnya.

"Ada apa denganmu?".

Ucap Pirentz sambil memukul pelan kepala Brady.

" Hentikan itu Rentz. Karyawanku bisa melihatmu"bisik Brady.

"Biarkan saja" Pirentz terlihat kesal.

"Aku benar kan Ed?".

Brady tertawa kencang sambil memasukan tangan di saku jas dokternya.

Edgard menatapnya datar.

"Dokter gila"umpat Pirentz.

Brady semakin terbahak-bahak. Hanya ia yang tahu apa yang ia tertawakan. Sementara Edgard hanya menggeleng sambil tersenyum.

***

NOT SAME (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang